Jakarta Segera Miliki Formula E, Balapan Bergengsi Dunia
A
A
A
JAKARTA - Jakarta segera memiliki magnet baru. Formula E, salah satu balapan bergengsi dunia, dipastikan akan digelar di ibu kota Indonesia ini pada pertengahan 2020. Event ini bukan sekadar sebatas pada balapan itu sendiri, tetapi juga menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai penjuru dunia untuk berbondong-bondong datang ke Jakarta.
Dengan demikian Formula E bisa menjadi pendongkrak kunjungan wisatawan asing dan memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya Jakarta. Keyakinan akan dampak positif ajang Formula E di Jakarta disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya dan kalangan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia atau Asita. Menurut Arief Yahya, misalnya, sebagai event olahraga dunia, Formula E pasti akan membawa dampak langsung seperti kehadiran kru, suporter, penggemar, dan sponsorship untuk datang ke Jakarta.
Selain itu ada dampak tidak langsung terkait dengan liputan media ke seluruh dunia sehingga Jakarta mendapat porsi liputan yang besar dan banyak. “Maka event ini bisa juga menaikkan media value Jakarta. Jadi selamat buat DKI Jakarta yang akan menjadi tuan rumah event dunia. Sukses,” ujar Arief Yahya kepada KORANSINDO kemarin.
Dia menuturkan, dalam pengembangan destinasi, event sport seperti Formula E masuk dalam kategori atraksi. Atraksi ini terbagi dalam culture, nature, dan manmade. “Karena itulah Kemenpar selalu menyambut gembira jika setiap daerah memiliki agenda event internasional untuk dipromosikan bersama-sama agar menarik lebih banyak wisatawan,” katanya.
Ketua Asita Jakarta Hasiyanna Syarain Ashadi juga meliat gelaran Formula E akan dapat menarik wisatawan asing datang ke Indonesia. Dia meyakini masyarakat datang ke Jakarta bukan sekadar untuk menonton balapan Formula E, tetapi juga akan mengunjungi berbagai destinasi wisata di Tanah Air.
Karena itu dia menyarankan seluruh stakeholder agar dapat berkolaborasi supaya gelaran tersebut tidak hanya meriah dalam acaranya saja, tetapi juga sebagai ajang promosi pariwisata. “Perlu adanya kolaborasi seluruh pihak, baik itu pemerintah pusat, Kementerian Pariwisata, Pemprov DKI maupun pihak lain sehingga mendapatkan manfaat optimal, tidak hanya menguntungkan sepihak. Sayang sekali kalau acara ini tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya,” sebutnya.
Dia menuturkan, Pemprov DKI bisa belajar dari kesuksesan penyelenggaraan Asian Games beberapa waktu lalu. Kendati tak sebesar gelaran Asian Games, Formula E juga cukup berpotensi mempromosikan pariwisata di Indonesia. “Saya rasa sudah pernah mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah gelaran internasional seperti ini, yaitu saat penyelenggaraan Asian Games. Tentu ini akan menjadi pengalaman berharga sehingga penyelenggaraan ke depan akan lebih baik.
Tapi yang terpenting jangan hanya heboh di depan dan menguntungkan segelintir orang saja,” tandas dia. Optimisme atas adanya dampak positif sebelumnya disampaikan Gubernur Jakarta Anies Baswedan saat mengumumkan kepastian ajang Formula E digelar di Jakarta lewat media sosial Facebook. Menurut Anies, gelaran Formula E akan membuat mata dan kamera dari seluruh dunia akan hadir langsung di Jakarta dan Jakarta akan berada di radar perhatian dunia.
“Yang tak kalah penting adalah manfaat pergerakan ekonomi pun akan dirasakan, insyaallah," ujar Anies saat berada di Brooklyn, Amerika Serikat, Minggu, kemarin. Berdasar preliminary study, satu agenda balapan di Jakarta ini akan menggerakkan perekonomian Ibu kota hingga lebih dari 78 juta euro atau Rp 1,2 triliun. "Ini adalah kesempatan bagi kesejahteraan, lapangan usaha dan lapangan kerja bagi warga Jakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Insyaallah," imbuh Anies.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengaku bersyukur Jakarta yang dipilih dan mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah Formula E. "Kepada dunia kita kirimkan pesan: Jakarta bukan cuma pemain domestik, Jakarta siap menyongsong, siap sejajar dan makin bersinar di antara megapolitan dunia dan insyaallah akan makin kokoh hadir di orbit global. Mari Jakarta, kita segera bersiap jadi tuan rumah laga kelas dunia," ucapnya.
Kalangan DPRD DKI Jakarta juga berharap ajang Formula E bisa mendongkrak perekonomian. Wakil Ketua DPRD DKI Muhammad Taufik, misalnya, menyebut akan ada sedikitnya ada 30.000 orang datang ke Jakarta saat penyelenggaraan Formula E. “Hal itu tentu sangat menggerakkan perekonomian. Kemudian dengan adanya penyelenggaraan bertaraf internasional di Jakarta, hal itu secara langsung menggambarkan Jakarta itu aman dan sejajar dengan negara-negara lain,” sebutnya sembari meminta Formula E dijadikan agenda tahunan.
Senada, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike meyakini setiap penyelenggaraan pasti akan berdampak terhadap pergerakan ekonomi. Namun dia berharap event tersebut benar-benar bisa membawa kemanfaatan kepada masyarakat luas. "Kami mendukung apa pun pergelaran. Tapi jangan terburu buru, 2020 tinggal satu semester lagi. Sementara belum ada kesiapan. Jangan sampai justru memalukan," ucapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kepastian Jakarta menjadi salah satu penyelenggara event balapan Formula E terjadi setelah dilakukan negosiasi dengan lembaga pengelola Formula E. Mereka menganggap Jakarta layak menjadi salah satu tuan rumah balap mobil kelas dunia ini. Formula E adalah turnamen balapan jet darat selevel Formula 1. Bedanya Formula E menggunakan mesin bertenaga listrik sehingga bebas dari emisi.
Biasanya balapan diadakan di jalan raya yang diubah jadi sirkuit sementara. Di Indonesia, Formula E bisa jadi masih asing. Selain tidak terlalu populer, olahraga ini juga relatif baru dari sisi usia bila dibandingkan dengan F1. Hal ini bisa dimaklumi karena Formula E relatif baru. Balapan ini dilontarkan langsung Presiden FIA Jean Todt, Alejandro Agag, dan Antonio Tajani. Seri pertama dimulai pada 13 September 2014 di Beijing, China.
Olahraga ini juga kurang populer karena dianggap kurang berisik dan tidak terlalu menegangkan. Karena itu pengelola terus berevolusi dari sisi teknologi. Termasuk teknologi pengisian baterai listrik dengan cepat. Mobil ini bertenaga 200 kw atau setara dengan 270 bhp (break horse power) dalam mode Max Power. Berat mobil dibatasi 896 kg, sudah termasuk pembalap dan baterai dengan berat maksimal 230 kg.
Saat balapan, tenaga maksimal 150 kw atau 202,5 bhp. Mobil bisa melaju dengan kecepatan 0–62 meter per tiga detik dan kecepatan maksimum yang ditetapkan FIA adalah 225 km/jam. Saat balapan, pebalap tak melakukan pengisian baterai. Jadi pit stop pada balapan digunakan pebalap untuk mengganti mobil saat baterai mereka habis.
Persiapkan Dua Rute
Pemprov DKI Jakarta mempersiapkan dua rute pelaksanaan formula E di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Dua rute ini dipilih setelah melalui seleksi dari lima rute awal yang dipersiapkan. Adanya dua rute yang berpeluang kuat setelah pada 8 Juli lalu, pihak panitia datang langsung ke Jakarta dan melakukan survei.
"Dari lima, penyelenggara mendesain dua. Visible-nya dua dan akan mereka bahas di sana. Dari situ tentu kira-kira apa yang bisa disetujui, kita akan mengikuti usulan mereka," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo saat dihubungi kemarin.
Dua rute dimaksud adalah di luar dan di dalam kawasan Monas. Untuk yang di luar Monas, pit stop ada di belakang Stasiun Gambir, kemudian masuk ke Ridwan Rais, berputar di Tugu Tani, kembali ke Ridwan Rais dan selanjutnya belok kiri ke Merdeka Selatan dan berputar di ujung Wisma Antara. Setelah itu kembali ke lintasan depan Kedutaan Besar Amerika.
Adapun rute kedua, semua berada di dalam Monas. Rencananya, pit stop berada di silang Monas Selatan. Kemudian masuk arah belakang Gambir menuju Ridwan Rais, lalu tekuk kanan ke Merdeka Selatan. "Tapi kemudian di Merdeka Selatan dengan Ridwan Rais dari arah utara tidak ada bukaan, jadi alternatif rutenya bukaan jalur di sana Merdeka Selatan, kemudian masuk ke Silang Monas di Bundaran Air mancur dan Silang Monas Selatan," ungkapnya.
Sekretaris Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jeffrey JP mengaku Pemerintah DKI Jakarta sudah melakukan komunikasi dengan Ketua Umum IMI Erwin Aksa. Koordinasi dilakukan terkait dengan persiapan teknis, safety, dan regulasi. Adapun pelaksanaan secara makro, termasuk di mana rutenya, kapan, dan bagaimana persiapannya, pihak penyelenggara bisa berkoordinasi langsung dengan promotor.
“Satu tahun dianggap sudah cukup untuk memenuhi persyaratan yang diinginkan. Apalagi, dari sisi infrastruktur, apa yang dibutuhkan Formula E tidak serumit kebutuhan untuk menjadi tuan rumah MotoGP atau Formula 1 (F1),” ujar dia. Dia menuturkan, balapan digelar di ibu kota negara dan bisa menggunakan jalan raya sebagai sirkuitnya seperti F1 di Singapura, Monako atau Makau. Tinggal bagaimana modifikasi yang diperlukan agar memenuhi standar yang diharapkan promotor.
“Formula E juga lebih menekankan tingkat polusi di ibu kota negara dengan parameter polusi di tiap negara. Itu yang membuat Jakarta punya peluang,” tandasnya. Jeffrey lantas menegaskan kesiapan IMI membantu apa yang dibutuhkan Pemerintah DKI, apalagi Formula E merupakan agenda resmi dari FAI yang masuk dalam kalender internasional seperti halnya Formula 1 atau MotoGP.
“Kami berharap ada pembalap Indonesia yang bisa ambil bagian dalam ajang Formula E saat digelar di Jakarta. Apalagi ada beberapa pebalap Indonesia yang sudah terbiasa di single seater seperti Rio Haryanto, Sean Gelael, dan beberapa pembalap lain. Rio bahkan sudah pernah mencoba di Formula E tahun 2018,” sebutnya.
Dengan demikian Formula E bisa menjadi pendongkrak kunjungan wisatawan asing dan memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya Jakarta. Keyakinan akan dampak positif ajang Formula E di Jakarta disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya dan kalangan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia atau Asita. Menurut Arief Yahya, misalnya, sebagai event olahraga dunia, Formula E pasti akan membawa dampak langsung seperti kehadiran kru, suporter, penggemar, dan sponsorship untuk datang ke Jakarta.
Selain itu ada dampak tidak langsung terkait dengan liputan media ke seluruh dunia sehingga Jakarta mendapat porsi liputan yang besar dan banyak. “Maka event ini bisa juga menaikkan media value Jakarta. Jadi selamat buat DKI Jakarta yang akan menjadi tuan rumah event dunia. Sukses,” ujar Arief Yahya kepada KORANSINDO kemarin.
Dia menuturkan, dalam pengembangan destinasi, event sport seperti Formula E masuk dalam kategori atraksi. Atraksi ini terbagi dalam culture, nature, dan manmade. “Karena itulah Kemenpar selalu menyambut gembira jika setiap daerah memiliki agenda event internasional untuk dipromosikan bersama-sama agar menarik lebih banyak wisatawan,” katanya.
Ketua Asita Jakarta Hasiyanna Syarain Ashadi juga meliat gelaran Formula E akan dapat menarik wisatawan asing datang ke Indonesia. Dia meyakini masyarakat datang ke Jakarta bukan sekadar untuk menonton balapan Formula E, tetapi juga akan mengunjungi berbagai destinasi wisata di Tanah Air.
Karena itu dia menyarankan seluruh stakeholder agar dapat berkolaborasi supaya gelaran tersebut tidak hanya meriah dalam acaranya saja, tetapi juga sebagai ajang promosi pariwisata. “Perlu adanya kolaborasi seluruh pihak, baik itu pemerintah pusat, Kementerian Pariwisata, Pemprov DKI maupun pihak lain sehingga mendapatkan manfaat optimal, tidak hanya menguntungkan sepihak. Sayang sekali kalau acara ini tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya,” sebutnya.
Dia menuturkan, Pemprov DKI bisa belajar dari kesuksesan penyelenggaraan Asian Games beberapa waktu lalu. Kendati tak sebesar gelaran Asian Games, Formula E juga cukup berpotensi mempromosikan pariwisata di Indonesia. “Saya rasa sudah pernah mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah gelaran internasional seperti ini, yaitu saat penyelenggaraan Asian Games. Tentu ini akan menjadi pengalaman berharga sehingga penyelenggaraan ke depan akan lebih baik.
Tapi yang terpenting jangan hanya heboh di depan dan menguntungkan segelintir orang saja,” tandas dia. Optimisme atas adanya dampak positif sebelumnya disampaikan Gubernur Jakarta Anies Baswedan saat mengumumkan kepastian ajang Formula E digelar di Jakarta lewat media sosial Facebook. Menurut Anies, gelaran Formula E akan membuat mata dan kamera dari seluruh dunia akan hadir langsung di Jakarta dan Jakarta akan berada di radar perhatian dunia.
“Yang tak kalah penting adalah manfaat pergerakan ekonomi pun akan dirasakan, insyaallah," ujar Anies saat berada di Brooklyn, Amerika Serikat, Minggu, kemarin. Berdasar preliminary study, satu agenda balapan di Jakarta ini akan menggerakkan perekonomian Ibu kota hingga lebih dari 78 juta euro atau Rp 1,2 triliun. "Ini adalah kesempatan bagi kesejahteraan, lapangan usaha dan lapangan kerja bagi warga Jakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Insyaallah," imbuh Anies.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengaku bersyukur Jakarta yang dipilih dan mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah Formula E. "Kepada dunia kita kirimkan pesan: Jakarta bukan cuma pemain domestik, Jakarta siap menyongsong, siap sejajar dan makin bersinar di antara megapolitan dunia dan insyaallah akan makin kokoh hadir di orbit global. Mari Jakarta, kita segera bersiap jadi tuan rumah laga kelas dunia," ucapnya.
Kalangan DPRD DKI Jakarta juga berharap ajang Formula E bisa mendongkrak perekonomian. Wakil Ketua DPRD DKI Muhammad Taufik, misalnya, menyebut akan ada sedikitnya ada 30.000 orang datang ke Jakarta saat penyelenggaraan Formula E. “Hal itu tentu sangat menggerakkan perekonomian. Kemudian dengan adanya penyelenggaraan bertaraf internasional di Jakarta, hal itu secara langsung menggambarkan Jakarta itu aman dan sejajar dengan negara-negara lain,” sebutnya sembari meminta Formula E dijadikan agenda tahunan.
Senada, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike meyakini setiap penyelenggaraan pasti akan berdampak terhadap pergerakan ekonomi. Namun dia berharap event tersebut benar-benar bisa membawa kemanfaatan kepada masyarakat luas. "Kami mendukung apa pun pergelaran. Tapi jangan terburu buru, 2020 tinggal satu semester lagi. Sementara belum ada kesiapan. Jangan sampai justru memalukan," ucapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kepastian Jakarta menjadi salah satu penyelenggara event balapan Formula E terjadi setelah dilakukan negosiasi dengan lembaga pengelola Formula E. Mereka menganggap Jakarta layak menjadi salah satu tuan rumah balap mobil kelas dunia ini. Formula E adalah turnamen balapan jet darat selevel Formula 1. Bedanya Formula E menggunakan mesin bertenaga listrik sehingga bebas dari emisi.
Biasanya balapan diadakan di jalan raya yang diubah jadi sirkuit sementara. Di Indonesia, Formula E bisa jadi masih asing. Selain tidak terlalu populer, olahraga ini juga relatif baru dari sisi usia bila dibandingkan dengan F1. Hal ini bisa dimaklumi karena Formula E relatif baru. Balapan ini dilontarkan langsung Presiden FIA Jean Todt, Alejandro Agag, dan Antonio Tajani. Seri pertama dimulai pada 13 September 2014 di Beijing, China.
Olahraga ini juga kurang populer karena dianggap kurang berisik dan tidak terlalu menegangkan. Karena itu pengelola terus berevolusi dari sisi teknologi. Termasuk teknologi pengisian baterai listrik dengan cepat. Mobil ini bertenaga 200 kw atau setara dengan 270 bhp (break horse power) dalam mode Max Power. Berat mobil dibatasi 896 kg, sudah termasuk pembalap dan baterai dengan berat maksimal 230 kg.
Saat balapan, tenaga maksimal 150 kw atau 202,5 bhp. Mobil bisa melaju dengan kecepatan 0–62 meter per tiga detik dan kecepatan maksimum yang ditetapkan FIA adalah 225 km/jam. Saat balapan, pebalap tak melakukan pengisian baterai. Jadi pit stop pada balapan digunakan pebalap untuk mengganti mobil saat baterai mereka habis.
Persiapkan Dua Rute
Pemprov DKI Jakarta mempersiapkan dua rute pelaksanaan formula E di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Dua rute ini dipilih setelah melalui seleksi dari lima rute awal yang dipersiapkan. Adanya dua rute yang berpeluang kuat setelah pada 8 Juli lalu, pihak panitia datang langsung ke Jakarta dan melakukan survei.
"Dari lima, penyelenggara mendesain dua. Visible-nya dua dan akan mereka bahas di sana. Dari situ tentu kira-kira apa yang bisa disetujui, kita akan mengikuti usulan mereka," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo saat dihubungi kemarin.
Dua rute dimaksud adalah di luar dan di dalam kawasan Monas. Untuk yang di luar Monas, pit stop ada di belakang Stasiun Gambir, kemudian masuk ke Ridwan Rais, berputar di Tugu Tani, kembali ke Ridwan Rais dan selanjutnya belok kiri ke Merdeka Selatan dan berputar di ujung Wisma Antara. Setelah itu kembali ke lintasan depan Kedutaan Besar Amerika.
Adapun rute kedua, semua berada di dalam Monas. Rencananya, pit stop berada di silang Monas Selatan. Kemudian masuk arah belakang Gambir menuju Ridwan Rais, lalu tekuk kanan ke Merdeka Selatan. "Tapi kemudian di Merdeka Selatan dengan Ridwan Rais dari arah utara tidak ada bukaan, jadi alternatif rutenya bukaan jalur di sana Merdeka Selatan, kemudian masuk ke Silang Monas di Bundaran Air mancur dan Silang Monas Selatan," ungkapnya.
Sekretaris Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jeffrey JP mengaku Pemerintah DKI Jakarta sudah melakukan komunikasi dengan Ketua Umum IMI Erwin Aksa. Koordinasi dilakukan terkait dengan persiapan teknis, safety, dan regulasi. Adapun pelaksanaan secara makro, termasuk di mana rutenya, kapan, dan bagaimana persiapannya, pihak penyelenggara bisa berkoordinasi langsung dengan promotor.
“Satu tahun dianggap sudah cukup untuk memenuhi persyaratan yang diinginkan. Apalagi, dari sisi infrastruktur, apa yang dibutuhkan Formula E tidak serumit kebutuhan untuk menjadi tuan rumah MotoGP atau Formula 1 (F1),” ujar dia. Dia menuturkan, balapan digelar di ibu kota negara dan bisa menggunakan jalan raya sebagai sirkuitnya seperti F1 di Singapura, Monako atau Makau. Tinggal bagaimana modifikasi yang diperlukan agar memenuhi standar yang diharapkan promotor.
“Formula E juga lebih menekankan tingkat polusi di ibu kota negara dengan parameter polusi di tiap negara. Itu yang membuat Jakarta punya peluang,” tandasnya. Jeffrey lantas menegaskan kesiapan IMI membantu apa yang dibutuhkan Pemerintah DKI, apalagi Formula E merupakan agenda resmi dari FAI yang masuk dalam kalender internasional seperti halnya Formula 1 atau MotoGP.
“Kami berharap ada pembalap Indonesia yang bisa ambil bagian dalam ajang Formula E saat digelar di Jakarta. Apalagi ada beberapa pebalap Indonesia yang sudah terbiasa di single seater seperti Rio Haryanto, Sean Gelael, dan beberapa pembalap lain. Rio bahkan sudah pernah mencoba di Formula E tahun 2018,” sebutnya.
(don)