Jakarta Rawan Kebakaran di Musim Kemarau
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 823 peristiwa kebakaran terjadi selama satu semester 2019. Warga diimbau untuk berhati-hati pada saat musim kemarau yang terjadi saat ini.
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, Subejo mengatakan, pada saat musim kemarau sekarang ini, kebakaran rawan terjadi. Dia mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati, mengingat sudah terjadi sebanyak 823 peristiwa kebakaran sejak Januari hingga Juni 2019.
"Paling banyak itu terjadi di perumahan akibat korsleting listrik dan tabung gas," kata Subejo kepada wartawan, Selasa 2 Juli 2019.
Subejo menyebutkan, wilayah Jakarta Selatan tercatat mengalami kebakaran terbanyak, yakni sekitar 222 kejadian disusul Jakarta Timur sebanyak 207 kejadian. Sedangkan wilayah Jakarta Barat ada sebanyak 148 kejadian, Jakarta Utara sebanyak 129 kejadian dan Jakarta Pusat sebanyak 117 kejadian.
Dalam kebakaran tersebut, tercatat ada sebanyak 1.908 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 8.524 orang jiwa yang kehilangan tempat tinggal. Kebakaran tersebut pun ditaksir merugikan sebesar Rp 155,3 miliar.
"Dalam kejadian ada sepuluh korban meninggal dunia dan 64 orang terluka dari warga, sedangkan dari petugas ada 11 orang yang terluka saat sedang bertugas," ungkapnya.
Berdasarkan data yang terhimpun, kebakaran terbesar dipicu korsleting listrik, yakni sebanyak 565 kejadian atau sebesar 65 persen, kebocoran tabung gas sebanyak 87 kejadian atau sebesar 10 persen, membakar sampah sebanyak 48 kejadian atau enam persen. Sedangkan penyebab kebakaran dari rokok sebanyak 22 kejadian atau tiga persen, lilin sebanyak tiga kejadian atau 0,3 persen.
"Penyebab kebakaran lainnya ada 98 kejadian atau 12 persen, penyebab ini di antaranya kembang api, kendaraan terbakar dan lainnya," jelasnya.
Sementara, bangunan yang menjadi lokasi kebakaran disebutkannya meliputi perumahan sebanyak 267 kejadian, bangunan umum dan perdagangan sebanyak 136, instalasi luar gedung sebanyak 247 kejadian, bangunan industri sebanyak sembilan kejadian, kendaraan sebanyak 64 kejadian, tanaman 23 kejadian, lapak 14 kejadian, sampah 28 kejadian dan bangunan lainnya sebanyak 35 kejadian.
Kebakaran tersebut tercatat terjadi sepanjang Januari hingga akhir Juni 2019, antara lain Januari sebanyak 143 kejadian, Februari sebanyak 129 kejadian, Maret sebanyak 133 kejadian, April sebanyak 122 kejadian, Mei sebanyak 137 kejadian dan Juni sebanyak 159 kejadian.
Sedangkan, waktu kebakaran terbagi empat waktu, terbanyak pada pukul 06.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, yakni sebanyak 672 kejadian, pukul 12.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB sebanyak 503 kejadian, pukul 18.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB sebanyak 620 dan pukul 00.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB ada sebanyak 197 kejadian.
"Kalau dilihat dari trennya, kebakaran terbanyak jelang musim kemarau, karena itu diingatkan kepada masyarakat agar menjaga lingkungan, mulai dari memeriksa instalasi listrik rumah, jangan membakar sampah dan tidak mengambil listrik dari tiang PJU (Penerangan Jalan Umum) karena pemicu kebakaran terbanyak diketahui karena korsleting listrik," pungkasnya.
Sementara itu, sekertaris Komisi D DPRD DKI Jakarta, Padapotan Sinaga meminta, agar Dinas pemadam kebakaran turun langsung kelapangan mensosialisasikan antisipasi kebakaran dan dampak bahaya dari kebakaran.
"Jemput bola, bentuk pelatihan pencegahan kebakaran. Perbaiki listrik rawan korsleting di perumahan penduduk," tegasnya
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, Subejo mengatakan, pada saat musim kemarau sekarang ini, kebakaran rawan terjadi. Dia mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati, mengingat sudah terjadi sebanyak 823 peristiwa kebakaran sejak Januari hingga Juni 2019.
"Paling banyak itu terjadi di perumahan akibat korsleting listrik dan tabung gas," kata Subejo kepada wartawan, Selasa 2 Juli 2019.
Subejo menyebutkan, wilayah Jakarta Selatan tercatat mengalami kebakaran terbanyak, yakni sekitar 222 kejadian disusul Jakarta Timur sebanyak 207 kejadian. Sedangkan wilayah Jakarta Barat ada sebanyak 148 kejadian, Jakarta Utara sebanyak 129 kejadian dan Jakarta Pusat sebanyak 117 kejadian.
Dalam kebakaran tersebut, tercatat ada sebanyak 1.908 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 8.524 orang jiwa yang kehilangan tempat tinggal. Kebakaran tersebut pun ditaksir merugikan sebesar Rp 155,3 miliar.
"Dalam kejadian ada sepuluh korban meninggal dunia dan 64 orang terluka dari warga, sedangkan dari petugas ada 11 orang yang terluka saat sedang bertugas," ungkapnya.
Berdasarkan data yang terhimpun, kebakaran terbesar dipicu korsleting listrik, yakni sebanyak 565 kejadian atau sebesar 65 persen, kebocoran tabung gas sebanyak 87 kejadian atau sebesar 10 persen, membakar sampah sebanyak 48 kejadian atau enam persen. Sedangkan penyebab kebakaran dari rokok sebanyak 22 kejadian atau tiga persen, lilin sebanyak tiga kejadian atau 0,3 persen.
"Penyebab kebakaran lainnya ada 98 kejadian atau 12 persen, penyebab ini di antaranya kembang api, kendaraan terbakar dan lainnya," jelasnya.
Sementara, bangunan yang menjadi lokasi kebakaran disebutkannya meliputi perumahan sebanyak 267 kejadian, bangunan umum dan perdagangan sebanyak 136, instalasi luar gedung sebanyak 247 kejadian, bangunan industri sebanyak sembilan kejadian, kendaraan sebanyak 64 kejadian, tanaman 23 kejadian, lapak 14 kejadian, sampah 28 kejadian dan bangunan lainnya sebanyak 35 kejadian.
Kebakaran tersebut tercatat terjadi sepanjang Januari hingga akhir Juni 2019, antara lain Januari sebanyak 143 kejadian, Februari sebanyak 129 kejadian, Maret sebanyak 133 kejadian, April sebanyak 122 kejadian, Mei sebanyak 137 kejadian dan Juni sebanyak 159 kejadian.
Sedangkan, waktu kebakaran terbagi empat waktu, terbanyak pada pukul 06.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, yakni sebanyak 672 kejadian, pukul 12.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB sebanyak 503 kejadian, pukul 18.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB sebanyak 620 dan pukul 00.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB ada sebanyak 197 kejadian.
"Kalau dilihat dari trennya, kebakaran terbanyak jelang musim kemarau, karena itu diingatkan kepada masyarakat agar menjaga lingkungan, mulai dari memeriksa instalasi listrik rumah, jangan membakar sampah dan tidak mengambil listrik dari tiang PJU (Penerangan Jalan Umum) karena pemicu kebakaran terbanyak diketahui karena korsleting listrik," pungkasnya.
Sementara itu, sekertaris Komisi D DPRD DKI Jakarta, Padapotan Sinaga meminta, agar Dinas pemadam kebakaran turun langsung kelapangan mensosialisasikan antisipasi kebakaran dan dampak bahaya dari kebakaran.
"Jemput bola, bentuk pelatihan pencegahan kebakaran. Perbaiki listrik rawan korsleting di perumahan penduduk," tegasnya
(mhd)