Atasi Polusi, Jakarta Pacu Integrasi Transportasi Massal

Kamis, 27 Juni 2019 - 08:00 WIB
Atasi Polusi, Jakarta...
Atasi Polusi, Jakarta Pacu Integrasi Transportasi Massal
A A A
JAKARTA - Jakarta harus terus berbenah untuk meningkatkan kualitas udaranya. Berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini terbukti tidak membuahkan hasil.

Laporan teranyar, kualitas udaranya bahkan lebih parah dan tidak sehat untuk pernapasan. Parameter itu berdasar data situs penyedia peta polusi daring untuk kota-kota besar di dunia, Air Visual, per Selasa (25/6).

Nilai Air Quality Index (AQI) Jakarta mencapai 240. Tingkat skor ini mengindikasikan kondisi udara di Jakarta sangat ti dak sehat. Tingkat keburukan udara Jakarta mengalahkan Kota Lahore, Pakistan, Hanoi, Vietnam, dan Dubai, Uni Emirat Arab.

Kemarin, Rabu (26/6), skor AQI berangsur menurun menjadi 152 dan menduduki posisi ketiga sebagai kota dengan uda ra terkotor setelah Tashkent, Uzbekistan, dan Dubai. Kendati demikian kualitas udara Ibu Kota ini masih termasuk kategori tidak sehat.

Sebagai informasi, AQI dihi tung berdasarkan enam jenis polutan utama, yakni PM 2,5, PM 10, karbon monoksida, nitrogen dioksida, ozon permukaan tanah, dan asam belerang. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui persoalan tersebut.

Dalam pandangannya, kondisi tersebut terjadi karena banyak masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada transportasi massal. Berdasar catatan, hampir 75% masyarakat menggunakan kendaraan pri badi.

Adapun yang menggunakan transportasi massal hanya 25%. Kondisi demikian berbanding terbalik dengan di tahun 1998. Kala itu hampir separuh penduduk Jakarta menggunakan transportasi umum. “Yah minimal harus cepat kembali ke 1998,” ujar Anies di Jakarta kemarin.

Sebagai solusi, Pemprov DKI tengah berupaya mengurangi kendaraan pribadi. Meski saat ini pengurangan belum signifikan, upaya menggenjot kendaraan pribadi agar tak lalu lalang di Jakarta terus dilakukan. Salah satunya memperluas aturan ganji-genap.

Selain itu upaya lain adalah mengintegrasikan sejumlah trans portasi massal seperti commuterline, mass rapid transit (MRT), TransJakarta, dan light rail transit (LRT). Dia menargetkan 2030 lalui lintas Jakarta membaik dan kualitas udara membaik.

“Kota ini harus cepat menuntaskan pengintegrasian transportasi, proyek-proyek pembangunan kendaraan massal,” ucap Anies.

Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI Bestari Barus meminta Pemprov DKI rajin melakukan pengecekan ulang kendaraan yang lolos uji emisi agar kualitas udara lebih terkendali.

“Sampai sekarang kita belum mendapat penjelasan seberapa banyak kendaraan yang beroperasi di Jakarta dan belum lolos uji emisi,” kata Bestari. Bestari kemudian mencontohkan transportasi massal Metromini. Kondisi armada yang tua membuat emisi gas sangat tinggi.

Hal itu terlihat dari banyaknya asap tebal yang keluar dari pembuangan. Anehnya, saat melakukan uji kendaraan bermotor, kendaraan ini lolos uji emisi. “Dinas Perhubungan dan Lingkungan Hidup harus berkoordinasi melakukan pengecekan dan pelaksanaan uji emisi secara periodik,” tandasnya.

Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga menilai saat ini penggunaan transportasi umum di Jakarta tinggal 23%. Padahal pada 2030 pengguna transportasi ditargetkan 60%.

Untuk mewujudkan target tersebut, selain perlu integrasi, harmonisasi transportasi perlu dilakukan selaras dengan Perpes No 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabek punjur dan Perpres Nomor 55/2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jabodetabek agar pengembangan transportasi massal sejalan dengan rencana tata ruang kota.

Selain itu masyarakat harus di dorong menggunakan transportasi massal. Moda pengumpan mendesak dibuat sehingga transportasi massal menjadi satu simpul. “Perpindahan moda dalam satu perjalanan maksimal tiga kali, waktu perjalanan dari asal ke tujuan maksimal 2,5 jam, akses jalan kaki menuju angkutan umum maksimal 500 meter, serta trotoar dan park and ride memadai,” ucap Nirwono.

Selain itu untuk di lintasan besar demi mengurangi kendara an pribadi, pihaknya menyarankan Pemprov DKI segera menerapkan jalan berbayar elektronik di jalan protokol, perluasan kebijakan ganjil-genap, e-parking progresif, park and ride di terminal/stasiun.

Kota-kota di India Terparah
Sebanyak 22 dari 30 kota berpolusi terburuk di dunia versi IQAir, AirVisual, dan Green peace berasal dari India. Kota India yang paling tercemar ialah Gurugram, wilayah keuangan dan industri. Tingkat polusi udaranya 13 kali lebih tinggi bila di bandingkan dengan standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Kota lainnya yang berada di belakang Gurugram ialah Delhi, ibu kota paling tercemar di seluruh dunia, Patna, Lucknow, Faisalabad, Lahore, dan Hotan. Para ahli dari IQAir, AirVisual, dan Greenpeace fokus pada PM2.5. Partikel mikros kopis itu 20 kali lebih kecil daripada sehelai rambut manusia dan sangat berbahaya.

PM2.5 dapat berupa logam, senyawa organik, atau hasil dari pembakaran batu bara, kayu, arang, gas, dan minyak. Dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi lebih hebat daripada asap rokok. Secara global, partikel itu menyebabkan 7 juta orang tewas pertahun dan mengurangi rata-rata usia sekitar 1,8 tahun.

Kerugian ekonomi dari kematian buruh akibat PM2.5 saja mencapai USD225 miliar. Adapun untuk kesehatan ditaksir mencapai triliunan dolar AS. Bank Dunia bahkan mengestimasi polusi udara merugikan India sebesar 8,5% dari PDB.

Dengan peningkatan industrialisasi, masalah itu akan kian sulit diatasi. Menteri Lingkungan India Harsh Vardhan meluncurkan Program Udara Bersih Nasional sebagai langkah antisipasi. Dia berharap polusi udara dapat berkurang 20-30% dalam lima tahun ke depan, tergantung pada inisiatif dan kebijakan khusus dari setiap pemerintah daerah.

Jika berhasil, warga India disebutnya akan lebih sehat. Sesuai dengan program Pemerintah India, moda transportasi umum dilarang bergan tung pada mesin diesel dan pemerintah mendorong pemangku kepentingan untuk menggunakan sumber energi terbarukan, menaikkan pajak bahan bakar, dan memungut biaya kemacetan.

Para ahli menilai pendistribusian kompor juga akan membantu. China yang mengalami pertumbuhan ekonomi sangat pesat juga tidak terbebas dari polusi udara. Terkadang wilayah perkotaan di China di selimuti kabut asap selama seharian penuh.

Namun, melalui kebijakan baru, China berhasil mengurangi partikel PM2.5 dan sulfur-dioksida dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kebijakan ramah lingkungan, kualitas udara di be berapa kota Eropa juga sekarang lebih bersih bila di bandingkan dengan satu generasi sebelumnya.

Pada 1960-an, California juga pernah menjadi negara dengan polusi terburuk di dunia. Namun investasi di bidang energi terbarukan menjadikannya sebagai pelopor antipolusi. Polusi udara merupakan salah satu penyebab kematian yang tidak disadari banyak orang dan sudah menyebar keseluruh dunia.

WHO menyebut sebanyak 91% penduduk du nia menghirup udara “jahat”. PM2.5 dapat mencemari aliran darah ketika terhirup hingga menyebabkan kanker, stroke, dan penyakit jantung. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0894 seconds (0.1#10.140)