Dilengkapi CCTV Canggih, Akses Masuk Pabrik Sabu Terbatas
A
A
A
JAKARTA - Rumah minimalis berlantai tiga di Perumahan Citra 2, Kalideres, Jakarta Barat, digerebek polisi, Minggu 23 Juni 2019. Di rumah itu Mangendar Warto (42), memproduksi sabu.
Akses masuk perumahan yang terbatas membuat rumah tersebut tersembunyi. Tak hayal setahun lamanya industri itu tak tercium, bahkan polisi sendiri harus sembunyi untuk mengungkapkan industri ini.
Pantauan SINDOnews di lokasi, rumah No 8 itu tak jauh berbeda dengan kebanyakan rumah di sana. Sejumlah warga tak mencurigai kondisi rumah yang belakangan terdapat laboratorium narkoba. Terlebih di rumah itu terdapat Mangendar tinggal bersama keluarganya, istri dan dua anaknya.
"Siapa yang berpikir itu ada laboratorium narkoba. Pikir saja mas, dia tinggal sama istri dan anaknya. Yah kaya keluarga normal saja," kata Tina (36), tetangganya yang berada di samping kanan rumah Mangendar, Senin (24/6/2019).
Saat SINDOnews memasuki rumah itu, kondisi rumah sangat normal, lantai satu digunakan untuk bercengkrama dengan keluarga, terdapat ruang keluarga yang dilengkapi televisi 42 inci dan dapur. Sedangkan di lantai dua terdapat tiga kamar untuk anggota keluarga.
Kondisi berbeda justru terlihat di lantai tiga rumah yang dijadikan mini laboratorium. Sejumlah peralatan lengkap tertata rapih terlihat di lantai ini.
Ada dua kamar, satu kamar berukuran 3x3 digunakan pelaku untuk memproduksi sabu. Rungan itu terlihat cukup lengkap dengan adanya meja besar untuk peracikan, beberapa botol menampung senyawa kimia hingga tv led 32 inci yang digunakan untuk monitoring CCTV yang terpasang di luar rumah.
"CCTV cukup canggih. Bisa merekam voice (suara) dan gerak. Resolusinya juga tinggi mengawasi orang di luar," ucap Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Erick Frendrizh.
Depan mini lab terdapat pula kamar mandi yang digunakan untuk penyulingan yang tersambung melalui lubang kecil untuk selang. Dari kamar mandi itu, senyawa prekusor dibuat yang kemudian dijadikan bahan dasar pembuatan sabu.
Di samping mini laboratorium yang berhadapan dengan tangga, terdapat ruangan 1x1,5 meter yang digunakan sebagai gudang penyimpanan bahan baku sabu. Ada sebuah rak setinggi tiga meter bertingkat lima. Disitu pula dirigen cairan kimia tersimpan.
Usai sabu dibuat dan masih berbentuk cairan. Sabu kemudian dimasukan ke kulkas besar seukuran 50x20 centimeter. Kulkas itu ditempatkan dekat tangga kamar mandi.
Kanit 1 Satnarkoba Polres Metro Jakarta Barat, AKP Arif Oktora mengatakan, pola penyusunan yang dilakukan Mangendar cukup rapih. Ia kemudian membagi sejumlah ruangan sesuai kebutuhan bahan baku.
Termasuk lab yang dilengkapi oleh pendingin ruangan. Saat SINDOnews menyambangi ruangan itu, kondisi ruangan sangat dingin. "Jadi kalau panas bisa bahaya," ucap Arif.
Menghindari aksinya tercium warga, Mangendar kemudian membuat hexos atau aliran udara ke atas rumah. Hal ini kemudian membuat bau menyengat hasil pembuatan sabu tak tercium warga sekitar.
Akses masuk perumahan yang terbatas membuat rumah tersebut tersembunyi. Tak hayal setahun lamanya industri itu tak tercium, bahkan polisi sendiri harus sembunyi untuk mengungkapkan industri ini.
Pantauan SINDOnews di lokasi, rumah No 8 itu tak jauh berbeda dengan kebanyakan rumah di sana. Sejumlah warga tak mencurigai kondisi rumah yang belakangan terdapat laboratorium narkoba. Terlebih di rumah itu terdapat Mangendar tinggal bersama keluarganya, istri dan dua anaknya.
"Siapa yang berpikir itu ada laboratorium narkoba. Pikir saja mas, dia tinggal sama istri dan anaknya. Yah kaya keluarga normal saja," kata Tina (36), tetangganya yang berada di samping kanan rumah Mangendar, Senin (24/6/2019).
Saat SINDOnews memasuki rumah itu, kondisi rumah sangat normal, lantai satu digunakan untuk bercengkrama dengan keluarga, terdapat ruang keluarga yang dilengkapi televisi 42 inci dan dapur. Sedangkan di lantai dua terdapat tiga kamar untuk anggota keluarga.
Kondisi berbeda justru terlihat di lantai tiga rumah yang dijadikan mini laboratorium. Sejumlah peralatan lengkap tertata rapih terlihat di lantai ini.
Ada dua kamar, satu kamar berukuran 3x3 digunakan pelaku untuk memproduksi sabu. Rungan itu terlihat cukup lengkap dengan adanya meja besar untuk peracikan, beberapa botol menampung senyawa kimia hingga tv led 32 inci yang digunakan untuk monitoring CCTV yang terpasang di luar rumah.
"CCTV cukup canggih. Bisa merekam voice (suara) dan gerak. Resolusinya juga tinggi mengawasi orang di luar," ucap Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Erick Frendrizh.
Depan mini lab terdapat pula kamar mandi yang digunakan untuk penyulingan yang tersambung melalui lubang kecil untuk selang. Dari kamar mandi itu, senyawa prekusor dibuat yang kemudian dijadikan bahan dasar pembuatan sabu.
Di samping mini laboratorium yang berhadapan dengan tangga, terdapat ruangan 1x1,5 meter yang digunakan sebagai gudang penyimpanan bahan baku sabu. Ada sebuah rak setinggi tiga meter bertingkat lima. Disitu pula dirigen cairan kimia tersimpan.
Usai sabu dibuat dan masih berbentuk cairan. Sabu kemudian dimasukan ke kulkas besar seukuran 50x20 centimeter. Kulkas itu ditempatkan dekat tangga kamar mandi.
Kanit 1 Satnarkoba Polres Metro Jakarta Barat, AKP Arif Oktora mengatakan, pola penyusunan yang dilakukan Mangendar cukup rapih. Ia kemudian membagi sejumlah ruangan sesuai kebutuhan bahan baku.
Termasuk lab yang dilengkapi oleh pendingin ruangan. Saat SINDOnews menyambangi ruangan itu, kondisi ruangan sangat dingin. "Jadi kalau panas bisa bahaya," ucap Arif.
Menghindari aksinya tercium warga, Mangendar kemudian membuat hexos atau aliran udara ke atas rumah. Hal ini kemudian membuat bau menyengat hasil pembuatan sabu tak tercium warga sekitar.
(mhd)