Cegah Virus Cacar Monyet, Bandara Soetta Periksa Penumpang Singapura

Rabu, 15 Mei 2019 - 18:07 WIB
Cegah Virus Cacar Monyet,...
Cegah Virus Cacar Monyet, Bandara Soetta Periksa Penumpang Singapura
A A A
TANGERANG - Ditemukannya penyakit monkeypox atau cacar monyet yang diderita oleh seorang warga Nigeria di negeri Singapura, membuat cemas warga dunia.

Tidak terkecuali di Indonesia. Bukan tanpa sebab Indonesia khawatir dengan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus binatang itu. Apalagi, warga Nigeria yang datang ke Indonesia cukup banyak.

Mereka datang dari Singapura dan negara lain, melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang dan Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Bandara Soetta Anas Maruf mengimbau, kepada penumpang maskapai yang melakukan penerbangan dari negara tempat ditemukannya monkeyfox, untuk melapor kesehatannya. Maskapai harus menyampaikan dokumen kesehatan pesawat, berupa gendecnya.

"Kemudian manifes penumpang sesaat setelah mendarat, kepada petugas Kesehatan di pos Kesehatan KKP Terminal Penerbangan Internasional," kata Anas kepada SINDOnews, Rabu (15/5/2019).

Maskapai penerbangan internasional baik komersil maupun charter, groundhandling, dan klinik-klinik, juga diwajibkan untuk melaporkan semua penumpangnya yang sakit kepada petugas kesehatan yang ada.

"Semua petugas yang melakukan kontak dengan penumpang yang sakit harus menggunakan alat pelindung diri, minimal masker dan sarung tangan," sambungnya.

Pihaknya juga membagikan Health Alert Card (HAC) kepada penumpang yang datang dari negara yang terdapat kasus sebelum mendarat di Bandara Soetta. HAC ini mulai dibagikan sejak Rabu siang ini.

Terpisah, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono mengatakan, meski demikian kasus monkeypox belum ada di Indonesia. Namun, masyarakat diminta tetap waspada.

"Masyarakat tidak perlu panik terhadap lpenyakit cacar monyet ini. Karena hingga saat ini, masih belum ditemukan kasus monkeypox di Indonesia," ungkap Anung.

Selain Singapura, negara yang ditemukan kasus monkeyfox ini adalah Afrika Tengah dan Barat. Kedua negara ini masuk ke dalam wilayah endemi penyebaran virus monkeyfox, karena pola hidup warganya.

"Monkeypox merupakan penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh atau lesi pada kulit dari binatang," sambungnya.

Virus ini dapat dicegah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun, menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata.

"Selain itu menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, menghindari kontak dengan hewan liar, atau mengonsumsi daging yang diburu dari hewan liar," tambah Anung.

Masyarakat bisa mengenali gejala penyakit ini, seperti demam, nyeri, adanya pembengkakan pada kelenjar getah bening, dan ruam atau gelembung pada kulit.

Kendati wilayah Afrika menjadi tempat yang pertama kali ditemukan virus monkeyfox, namun pemeriksaan tidak fokus kepada warga kulit hitam ini. Namun, lebih kepada penumpang maskapai dari luar negeri.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9817 seconds (0.1#10.140)