Bogor Lakukan Modernisasi Pasar Tradisional
A
A
A
BOGOR - Pasar-pasar tradisional jangan mau kalah dengan pasar modern atau toko ritel yang kian menjamur. Diperlukan penataan ulang atau revitalisasi demi memodernisasi pasar tradisional agar tidak sepi pembeli.
Contoh pasar tradisional yang akan ditata secara menyeluruh yakni Pasar Kebon Kembang atau Pasar Anyar di Kota Bogor.
Karena itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menginstruksikan PD Pasar Pakuan Jaya (PPJ) fokus dalam merevitalisasi pasar. "Pertama, PD PPJ harus fokus melayani pedagang yang memiliki kios. Kedua, PD PPJ secara bertahap membangun pasar yang dapat menampung pedagang sesuai kapasitas. Ketiga, segera berkoordinasi dengan wilayah dan dinas terkait untuk mulai menata kembali Pasar Anyar secara keseluruhan," ujar Dedie saat peresmian bangunan baru Blok G, Pasar Kebon Kembang, Jalan Dewi Sartika, Bogor Tengah, Kota Bogor, beberapa waktu lalu.
PD PPJ juga perlu menyediakan kios-kios bagi pedagang kaki lima (PKL) yang rencananya ditata dan difasilitasi untuk berjualan di dalam pasar. "Perlu dipikirkan juga lahan parkir dan menata PKL di sekitar pasar. Terdapat 33 kios di Blok G yang didominasi pedagang komoditas sepatu dan sandal," katanya.
Direktur Utama PD PPJ Muzakkir menuturkan, Blok G merupakan pasar yang paling unggul di antara blok-blok lainnya di Pasar Kebon Kembang. "Jadi yang berjualan di sini mayoritas pedagang grosiran semua. Ke depan kita segera berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait untuk penataan parkir juga penataan PKL," sebutnya.
Ke depan PPJ akan menata seluruh PKL yang berada di sepanjang Jalan Dewi Sartika agar bisa berjualan di dalam pasar. Pihaknya segera bekerjasama dengan dinas terkait untuk pendataan ulang seluruh PKL di Kota Bogor.
"Intinya PKL tidak seharusnya dan tidak sewajarnya berjualan di jalan. Kan kasihan pedagang yang sudah berjualan di dalam sepi pengunjung, sementara sebagian dari mereka berjualan di depan. Menurut saya sangat tidak adil," ucapnya.
Dia berharap ikhtiarnya dalam menangani segala persoalan di seluruh pasar di Bogor berjalan lancar. "Termasuk dalam hal pelayanan, pengembangan, pembangunan pasar, dan menata secara keseluruhan pasar-pasar tradisional di Kota Bogor," ujar Muzakkir.
Revitalisasi juga diterapkan di Kota Bekasi terhadap empat pasar tradisional yakni Pasar Kranji Baru, Pasar Jatiasih, Pasar Family Mart, serta Pasar Bantargebang. Pasar-pasar tersebut kondisinya sudah tidak layak. “Tahun ini sudah mulai direvitalisasi dan yang membangunnya adalah pihak ketiga,” kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bekasi Makbullah.
Pemerintah tidak mengeluarkan anggaran untuk merevitalisasi. Hanya saja proyek pembangunan keempat pasar itu dibiayai pihak ketiga. Setelah dibangun pasar akan dikelola pihak ketiga dan keuntungan dibagi rata oleh pemerintah daerah.
Sesuai rencana pasar akan dikelola pihak ketiga selama 20 tahun. Nilai proyek revitalisasi pasar bervariasi tergantung dimensi dan luas pasar yang dibangun. Misalnya, Pasar Kranji Baru nilai investasinya Rp145 miliar lebih. Kemudian Pasar Jatiasih Rp44 miliar lebih, Pasar Family Mart Rp17 miliar lebih, dan Pasar Bantargebang Rp42 miliar lebih. Meski nilai anggaran berbeda, tapi bangunannya tetap dua lantai. “Nanti bangunannya dua lantai dibuat modern dan nyaman,” ucapnya.
Pemkot Bekasi sebenarnya bisa saja membangun pasar itu menggunakan APBD. Hanya pemerintah daerah lebih memprioritaskan pembangunan sekolah dan jalan baru sehingga pembangunan pasar diserahkan kepada pihak ketiga.
Keempat pasar ini dibangun ulang karena kondisinya dianggap tidak layak. Selain atap bocor, sistem drainase juga kurang baik sehingga menimbulkan kesan kumuh. “Kondisinya tidak layak dan tidak nyaman karena usia keempat pasar itu sudah 33 tahun atau dibangun pada 1986 lalu,” ungkapnya.
Agar aktivitas transaksi tetap berjalan, pemerintah meminta kepada pihak swasta untuk dibuatkan tempat relokasi sementara di sekitar pasar sehingga pedagang tetap bisa berjualan.
PT Mukti Sarana Abadi (MSA) selaku pihak ketiga yang membangun Pasar Jatiasih menyatakan telah menyediakan 500 tempat penampungan sementara untuk relokasi para pedagang. Lokasinya berada tepat di samping pasar sebelumnya dan kondisinya layak berupa kios dengan beberapa zona. “TPS untuk merelokasi dibangun dua blok. Dari dua blok itu kita bagi beberapa zona sesuai keinginan pedagang yang telah kita data,” kata Tio selaku Marketing PT MSA.
Saat ini ada 401 pedagang yang mendaftar bakal mengisi TPS dari total 500 pedagang di Pasar Jatiasih. Mereka bersedia direlokasi ke tempat baru dengan harapan proyek revitalisasi pasar segera dilaksanakan. Apalagi sejak ditetapkan sebagai pemenang tender proyek revitalisasi Pasar Jatiasih, PT MSA telah menjalankan seluruh kewajibannya sesuai poin tertuang dalam nota kesepakatan atau MoU.
Misalnya, sosialisasi, menetapkan harga kios, mendapat persetujuan pedagang, hingga menyediakan TPS. Dari total 500 pedagang saat ini yang menyatakan kesediaannya untuk direlokasi sebanyak 480 pedagang. Persetujuan diperoleh langsung dari pedagang melalui tanda tangan. (Haryudi/Abdullah M Surjaya)
Contoh pasar tradisional yang akan ditata secara menyeluruh yakni Pasar Kebon Kembang atau Pasar Anyar di Kota Bogor.
Karena itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menginstruksikan PD Pasar Pakuan Jaya (PPJ) fokus dalam merevitalisasi pasar. "Pertama, PD PPJ harus fokus melayani pedagang yang memiliki kios. Kedua, PD PPJ secara bertahap membangun pasar yang dapat menampung pedagang sesuai kapasitas. Ketiga, segera berkoordinasi dengan wilayah dan dinas terkait untuk mulai menata kembali Pasar Anyar secara keseluruhan," ujar Dedie saat peresmian bangunan baru Blok G, Pasar Kebon Kembang, Jalan Dewi Sartika, Bogor Tengah, Kota Bogor, beberapa waktu lalu.
PD PPJ juga perlu menyediakan kios-kios bagi pedagang kaki lima (PKL) yang rencananya ditata dan difasilitasi untuk berjualan di dalam pasar. "Perlu dipikirkan juga lahan parkir dan menata PKL di sekitar pasar. Terdapat 33 kios di Blok G yang didominasi pedagang komoditas sepatu dan sandal," katanya.
Direktur Utama PD PPJ Muzakkir menuturkan, Blok G merupakan pasar yang paling unggul di antara blok-blok lainnya di Pasar Kebon Kembang. "Jadi yang berjualan di sini mayoritas pedagang grosiran semua. Ke depan kita segera berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait untuk penataan parkir juga penataan PKL," sebutnya.
Ke depan PPJ akan menata seluruh PKL yang berada di sepanjang Jalan Dewi Sartika agar bisa berjualan di dalam pasar. Pihaknya segera bekerjasama dengan dinas terkait untuk pendataan ulang seluruh PKL di Kota Bogor.
"Intinya PKL tidak seharusnya dan tidak sewajarnya berjualan di jalan. Kan kasihan pedagang yang sudah berjualan di dalam sepi pengunjung, sementara sebagian dari mereka berjualan di depan. Menurut saya sangat tidak adil," ucapnya.
Dia berharap ikhtiarnya dalam menangani segala persoalan di seluruh pasar di Bogor berjalan lancar. "Termasuk dalam hal pelayanan, pengembangan, pembangunan pasar, dan menata secara keseluruhan pasar-pasar tradisional di Kota Bogor," ujar Muzakkir.
Revitalisasi juga diterapkan di Kota Bekasi terhadap empat pasar tradisional yakni Pasar Kranji Baru, Pasar Jatiasih, Pasar Family Mart, serta Pasar Bantargebang. Pasar-pasar tersebut kondisinya sudah tidak layak. “Tahun ini sudah mulai direvitalisasi dan yang membangunnya adalah pihak ketiga,” kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bekasi Makbullah.
Pemerintah tidak mengeluarkan anggaran untuk merevitalisasi. Hanya saja proyek pembangunan keempat pasar itu dibiayai pihak ketiga. Setelah dibangun pasar akan dikelola pihak ketiga dan keuntungan dibagi rata oleh pemerintah daerah.
Sesuai rencana pasar akan dikelola pihak ketiga selama 20 tahun. Nilai proyek revitalisasi pasar bervariasi tergantung dimensi dan luas pasar yang dibangun. Misalnya, Pasar Kranji Baru nilai investasinya Rp145 miliar lebih. Kemudian Pasar Jatiasih Rp44 miliar lebih, Pasar Family Mart Rp17 miliar lebih, dan Pasar Bantargebang Rp42 miliar lebih. Meski nilai anggaran berbeda, tapi bangunannya tetap dua lantai. “Nanti bangunannya dua lantai dibuat modern dan nyaman,” ucapnya.
Pemkot Bekasi sebenarnya bisa saja membangun pasar itu menggunakan APBD. Hanya pemerintah daerah lebih memprioritaskan pembangunan sekolah dan jalan baru sehingga pembangunan pasar diserahkan kepada pihak ketiga.
Keempat pasar ini dibangun ulang karena kondisinya dianggap tidak layak. Selain atap bocor, sistem drainase juga kurang baik sehingga menimbulkan kesan kumuh. “Kondisinya tidak layak dan tidak nyaman karena usia keempat pasar itu sudah 33 tahun atau dibangun pada 1986 lalu,” ungkapnya.
Agar aktivitas transaksi tetap berjalan, pemerintah meminta kepada pihak swasta untuk dibuatkan tempat relokasi sementara di sekitar pasar sehingga pedagang tetap bisa berjualan.
PT Mukti Sarana Abadi (MSA) selaku pihak ketiga yang membangun Pasar Jatiasih menyatakan telah menyediakan 500 tempat penampungan sementara untuk relokasi para pedagang. Lokasinya berada tepat di samping pasar sebelumnya dan kondisinya layak berupa kios dengan beberapa zona. “TPS untuk merelokasi dibangun dua blok. Dari dua blok itu kita bagi beberapa zona sesuai keinginan pedagang yang telah kita data,” kata Tio selaku Marketing PT MSA.
Saat ini ada 401 pedagang yang mendaftar bakal mengisi TPS dari total 500 pedagang di Pasar Jatiasih. Mereka bersedia direlokasi ke tempat baru dengan harapan proyek revitalisasi pasar segera dilaksanakan. Apalagi sejak ditetapkan sebagai pemenang tender proyek revitalisasi Pasar Jatiasih, PT MSA telah menjalankan seluruh kewajibannya sesuai poin tertuang dalam nota kesepakatan atau MoU.
Misalnya, sosialisasi, menetapkan harga kios, mendapat persetujuan pedagang, hingga menyediakan TPS. Dari total 500 pedagang saat ini yang menyatakan kesediaannya untuk direlokasi sebanyak 480 pedagang. Persetujuan diperoleh langsung dari pedagang melalui tanda tangan. (Haryudi/Abdullah M Surjaya)
(nfl)