Menekan Pengeluaran dengan Angkutan Umum

Minggu, 12 Mei 2019 - 11:43 WIB
Menekan Pengeluaran dengan Angkutan Umum
Menekan Pengeluaran dengan Angkutan Umum
A A A
JAKARTA - Masyarakat Ibu Kota kini sudah bisa menghemat pengeluaran mereka untuk kebutuhan transportasi.

Syaratnya hanya masyarakat menggunakan angkutan umum yang sudah disiapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta yakni Jak Lingko.

Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta Masdes Arouffy mengatakan, Dishub mendesain transportasi umum dengan prinsip tidak memberatkan dari segi finansial bagi masyarakat.

Dishub bahkan menginginkan sektor transportasi di DKI Jakarta mengambil peran untuk mengurangi biaya pengeluaran hidup di Ibu Kota. Angkutan kota (angkot) hanya Rp5.000 sekali perjalanan sekalipun berpindah-pindah angkot atau pindah ke TransJakarta.

Hingga saat ini Jak Lingko sudah menyebar di seluruh Jakarta. Namun, memang belum semua permukiman dilewati. Sebanyak 37 trayek yang dibuat untuk melayani masyarakat berpindah tempat menggunakan armada yang kini berjumlah 900 kendaraan.

“Penambahan armada itu perlu waktu, tidak semua angkot bisa ikut program ini. Ada persyaratannya sesuai Perda No 5 Tahun 2014 salah satunya kendaraan harus legal dengan usia di bawah 10 tahun,” ungkapnya.

Hemat di perjalanan dengan Jak Lingko bahkan penumpang tidak dikenakan biaya alias gratis. Angkutan umum gratis ini hanya untuk bus kecil. Bus kecil tersebut milik mitra operator perusahaan angkutan serta koperasi seperti Komilet, Kopamilet, Kolamas, KWK, Budi Luhur, dan lainnya.

“Sistemnya, mereka dikontrak oleh kami dibayar rupiah kilometer. Kelebihannya supir tidak memikirkan jumlah setoran sehingga mereka tidak sering mengetem untuk mendapatkan penumpang,” ungkapnya.

Selama ini penumpang mengeluhkan supir yang sering berhenti lama hanya untuk mencari penumpang. Hal tersebut juga memicu kemacetan lalu lintas. Namun, kini jika supir lama berhenti, ukuran kilometer akan rendah, pendapatan juga akan sedikit.

Program Jak Lingko sudah memperhitungkan salama satu hari berapa kilometer yang harus dicapai sehingga permasalahan waktu tempuh pun terselesaikan. Masdes mengatakan, trayek ditargetkan tahun ini berjumlah 100.

Banyak jalur yang sedang dikaji serta diskusi dengan operator untuk memasukan program Jak Lingko ke dalam rute mereka. Armada juga akan terus ditambah, sebanyak 1.400 kendaraan menjadi target tahun ini.

Tidak tanggung-tanggung harapan dari Pemprov DKI agar seluruh trayek dengan program Jak Lingko akan gratis. Fasilitas juga semakin canggih, yang terbaru peningkatan jenis alat pembayaran.

Angkutan umum Jak Lingko sudah tidak menggunakan transaksi tunai, tetapi menggunakan kartu uang elektronik. Di setiap armada pada bagian depan tepatnya di atas dashboard terdapat alat card reader untuk tap kartu. Saat ini hanya BNI dan Bank DKI, sedangkan bank lain menyusul, masih dalam proses.

Bagi armada yang gratis, penumpang tetap harus tap indan tap outuntuk memantau pergerakan penumpang. “Setiap armada juga kini sudah terdapat alat GPS untuk pusat mengendalikan pergerakan kendaraan. Kemana saja mereka, apakah menyimpang trayek atau tidak. Kedepannya bus kecil menggunakan CCTV mengikuti bus sedang dan bus sedang yang sudah dahului dipasang CCTV demi keamanan penumpang,” jelasnya.

Alat sistem GPS masih belum secanggih milik bus TransJakarta yang digunakan penumpang untuk memantau lokasi. Tahapan selanjutnya dimungkinkan memasang GPS Tracking bagi penumpang.

Sebelum fitur canggih tersebut hadir, Masdes meyakini jarak kedatangan per angkutan hanya lima menit. “Kalau tidak sesuai jadwal, akan ada penalti. Pemerintah menjamin segala ketepatan waktu dengan membayar operator dan operator menjamin kenyaman bagi penumpang,” sambungnya.

Pemprov DKI Jakarta berupaya maksimal agar masyarakat menggunakan angkutan umum. Salah satunya dengan mendekatkan angkutan umum dengan rumah mereka seperti program Jabodetabek Residence Connection (JRC).

JRC yang menjadi tanggung jawab Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) ini bertujuan untuk mendekatkan masyarakat dengan angkutan yang membawa mereka menuju tempat aktivitas.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan BPTJ Karlo Manik menjelaskan, BPTJ menyediakan bus TransJabodetabek dengan banyak rute menuju Jakarta. Salah satunya di Mal Mega City, masyarakat Bekasi yang beraktivitas di Ibu Kota dapat menitipkan kendaraannya di parkiran mal dengan biaya Rp10.000 seharian.

“Kami bekerja sama dengan pihak mal untuk menyediakan lahan parkir bagi masyarakat. Hasilnya luar biasa, peminatnya di pagi hari, bus juga jalan setiap 15 menit ke Jakarta seperti Kota, Kuningan, Sudirman, dan lainnya,” sebut Karlo.

JRC juga ada di Tangerang, Bogor, dan Cibubur. Untuk Cibubur lebih khusus lagi karena bus tersedia di perumahan. BPTJ mempertemu kan perusahaan perumahan dan perusahaan otobus untuk menyediakan angkutan.

JRC di perumahan membuat masyarakat perumahan tersebut dan sekitar yang ingin naik angkutan umum tanpa harus jauh dari rumah. Gerakan mengurangi kendaraan pribadi pun bisa sukses dilakukan.

Perumahan juga mendapat keuntungan karena JRC yang mereka punya menjadi sarana promosi mereka. “Kami menempatkan bus, perumahan hanya perlu membangun halte dan lahan parkir menginap bus,” tuturnya.

BPTJ juga punya rute yang sama seperti yang dilalui JRC, namun berada di terminal. Rute reguler ini juga berhenti di beberapa titik sebelum sampai tujuan. Tidak seperti JRC yang berhenti hanya di kawasan perkantoran dan mal.

Karlo menjelaskan, misalnya penumpang yang naik rute tujuan Bekasi Barat-Blok M hanya akan diturunkan di Semanggi atau Komdak dan Ratu Plaza. Perbedaan JRC dengan bus TransJakarta reguler ialah biaya perjalanan lebih mahal dua kali lipat.

Namun, sebanding dengan harganya, bus JRC dilengkapi dengan fasilitas premium seperti WiFi serta tempat duduk yang dapat diatur dan colokan listrik. “Permintaan JRC semakin bertambah. Rencananya di masing-masing tempat akan ditambah sesuai kebutuhan.

PO bus yang bekerja sama dalam JRC ialah Sinar Jaya dan Lorena, Big Bird untuk di wilayah Cibubur, sedangkan Tangerang menggunakan bus PPD,” terangnya. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3683 seconds (0.1#10.140)