Kampus IPB Siap Kembangkan Techno Socio Entrepreneurship

Jum'at, 10 Mei 2019 - 07:38 WIB
Kampus IPB Siap Kembangkan...
Kampus IPB Siap Kembangkan Techno Socio Entrepreneurship
A A A
BOGOR - Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa Indonesia ke depan harus memiliki wawasan tertentu sebagai bekal masa depan. Salah satunya adalah wawasan mengenai kewirausahaan. Karena itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar Kuliah Kewirausahaan Pemuda 2019.

Arif Satria, Rektor Institute Pertanian Bogor (IPB), sangat berterima kasih kepada Kemenpora yang sudah mau berkolaborasi dengan IPB untuk menggelar acara Kuliah Kewirausahaan Pemuda 2019. Baginya, kewirausahaan sangatlah penting. Dia pun mengutip David McClelland (ahli teori psikologis Amerika Serikat), bahwa kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat Need For Achievement (N-Ach) atau hasrat untuk meraih setinggi-tingginya prestasi dalam hidup.

Apabila negara yang mempunyai N-Ach tinggi, maka peluang meraih kesuksesan juga tinggi, sedangkan negara yang tidak mempunyai N-Ach-nya rendah maka tingkat kesuksesannya juga rendah. Selain itu, agama Islam juga mendukung tentang teori McClelland karena teori tersebut tidak bertentangan dengan dasar agama Islam atau Al-Qur’an.

Serta teori tersebut dapat bermanfaat bagi umat Islam dan virus N-Ach ternyata juga dapat menjadi sarana bangsa Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan dengan cara menyebar luaskan virus tersebut ke komponen masyarakat Indonesia.

“Karena itu, kewirausahaan menjadi suatu hal yang sangat penting saat ini, dan IPB saat ini bertekad menjadi universitas pengembangan model kewirausahaan berbasis inovasi teknologi dan sosial (techno-socio-entrepreneurship university),” katanya di Auditorium Andi Hakim Nasution, Kampus IPB, Dramaga, Bogor, Kamis.

Dia mengatakan, pihaknya bukan interpreneur, tetapi socio-entrepreneur, baik itu kewirausahaan dalam bidang bisnis maupun dalam bidang sosial. Karna saat ini yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah, teknologi dan modal. "Akan tetapi yang lebih penting adalah interpreneur-interpreneur muda," katanya.

Dia menambahkan, jadilah pengusaha jangan by accident, karena selama ini orang-orang menjadi pengusaha ataupun bisnismen itu rata-rata by accident, seperti IPK rendah hingga sulit dapat kerjaan, terkena PHK dan berasal dari keluarga yang memiliki kekayaan. Itulah tiga faktor yang membuat orang beralih menjadi pengusaha.

Sementara Deputi Pengembangan Pemuda Asrorun Ni'am Sholeh, hadir didampingi Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Imam Gunawan, Staf Khusus Bidang Kominikasi dan Kemitraan Zainul Munasichin, Ketua Panitia sekaligus Kabid Pemetaan Kewirausahaan di Kemenpora, Sutrija serta Ruskomalasari.

Ni'am menyatakan bahwa kegiatan ini bagian dari ikhtiar Kemenpora mencetak entrepreneur muda untuk kemajuan bangsa Indonesia. Dia yang juga menyampaikan materi dengan tema "Menumbuhkan Entrepreneurship Pemuda di Era Disrupsi" mengatakan kegiatan ini adalah bagian dari menumbuhkan bakat dan minat entrepreneur muda.

"Salah satu kunci untuk membangun kemandirian bangsa itu dimulai dari ekonomi dengan mencetak entrepreneur muda. Kemenpora memiliki konsentrasi menciptakan minat bagi para pemuda untuk memulai dunia wirausaha. Dan kita Kemenpora memiliki program mencetak wirausaha muda," katanya.

"Bagi teman-teman yang usahanya sudah mulai berkembang. Maka Kemenpora menyediakan ruang untuk wirausaha berprestasi. Kunci sukses dalam menjalankan wirausaha kita harus berkomitmen dan mampu menggali talenta serta mengelola potensi yang kita miliki dengan baik," tambah Ni'am. Salah satu alumni IPB yang menggeluti dunia usaha, Muhammad Firdaus, membagikan pengalamannya.

Dia kini menekuni usaha pembenihan dan pembesaran lele di Cibanteng, Kabupaten Bogor. “Dengan bekal selama kuliah dan jaringan alumni saya serius menjalani hal ini. Untuk omsetnya, masih Rp 150 juta sebulan. Sedangkan kendalanya, ada di SDM yang tekun dan betah untuk berwirausaha seperti ini,” ucap alumnus Jurusan Budidaya Perairan IPB Angkatan 48 tersebut.

“Dalam dua setengah bulan, benihnya bisa dipanen dan dijual ke pasar lewat tengkulak atau bandar. Ke depannya, saya berharap bisa mengembangkan usaha dengan buka rumah makan lele yang bahan bakunya, lele tersebut, diambil dari tempat saya. Selain itu, bisa tembus permodalan dari Kemenpora,” pungkasnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0841 seconds (0.1#10.140)