Cegah Kenakalan, Siswa Wajib Sukseskan Bogor Ngaos
A
A
A
BOGOR - Kabupaten Bogor membuat kebijakan bagi seluruh siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk mengikuti program Bogor Ngaos atau Bogor Mengaji untuk meminimalisasi aksi tawuran dan kenakalan remaja.
Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan program ini wajib digelar di seluruh sekolah dengan tujuan menciptakan generasi muda yang berkarakter melalui pengajian. “Selain itu, Bogor Ngaos juga bertujuan meminimalisasi masalah kenakalan remaja semisal tawuran antarpelajar dan pergaulan bebas. Melalui program ini diharapkan dapat diantisipasi masalah-masalah di kalangan remaja,” paparnya. Dia menjelaskan, Bogor Ngaos ini akan dilaksanakan para siswa selama 30 menit atau satu jam sebelum proses belajar mengajar dimulai. “Selain itu, seusai pengajian, bersama-sama para siswa juga diperkenankan melaksanakan salat duha. Kami juga menambah jam mata pelajaran agama menjadi empat jam dalam sepekan,” katanya.
Selain itu, dalam waktu dekat pihaknya akan meluncurkan program Bogor Nyunda. Setiap hari Kamis, seluruh sekolah di Kabupaten Bogor tak hanya diwajibkan mengenakan pakaian khas Sunda, tapi juga menggunakan bahasa Sunda saat berkomunikasi. “Ini tujuannya untuk membudayakan bahasa Sunda di Kabupaten Bogor,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor TB Luthfie Syam menuturkan, inisiatif program Bogor Ngaos untuk menyelaraskan dengan kurikulum 2013 agar setiap peserta didik memiliki karakter atau budi pekerti. “Bagi saya, basis budi pekerti atau karakter, setidaknya, ada dua fondasi utama, yakni agama dan budaya. Nah , Bogor Ngaos ini tak bisa dilepaskan juga dengan Bogor Nyunda. Dua pendekatan itu kami lakukan sekarang ini,” katanya.
Dia menjelaskan, maksud dari dua program tersebut diharapkan anak-anak di lingkungan SD dan SMP yang beragama Islam membiasakan membaca tulis Alquran. “Dengan kurikulum sekarang, nyaris anak-anak tidak bisa sekolah madrasah pada sore harinya. Kemudian sekolah madrasah umumnya saat ini lokasinya jauh, sudah jarang di perkotaan,” ungkapnya.
Dalam program Bogor Ngaos, kata dia, terdapat metode Tarsana (Tartil, Syar’i, dan Nagog), yakni metode yang mirip dengan iqra karena memiliki sejumlah kelebihan. “Karena ini dunia pendidikan maka harus menggunakan buku yang ada kurikulumnya. Tarsana ini ada bukunya, malah ada CDnya. Jadi, anak-anak membaca Alquran, tartilnya seperti menyanyi sehingga mudah diingat,” ujarnya.
Luthfie mengatakan program Bogor Ngaos dilaksanakan sekolah dalam sepekan selama 30 menit hingga satu jam yang dimulai pukul 07.00-08.00 WIB. “Bogor Ngaos ini juga diharapkan efektif melancarkan murid-murid membaca Alquran. Dimulainya sebelum jam mereka belajar yang diakhiri salat duha setiap hari Jumat, tapi ada juga sekolah yang mengadakan sepekan dua kali, Jumat dan Selasa,” katanya.
Terkait masih maraknya aksi kenakalan remaja berupa tawuran, pihaknya selalu menyampaikan meski perkelahian itu terjadi di luar sekolah, Disdik tak lepas tanggung jawab.
“Kalau ada kejadian tawuran seperti perkelahian semacam gladitor hingga menewaskan pelajar beberapa waktu lalu, itu merupakan bentuk kegagalan sistem pendidikan kami dan itu harus diperbaiki. Berarti masih ada yang kurang dan harus dibenahi,” tandasnya.
Menurutnya, orang tua dan masyarakat juga harus ikut bertanggung jawab terhadap segala bentuk kenakalan remaja ini dengan memberikan contoh dan nasihat kepada anak didik.
“Karena itu, masalah budi pekerti adalah tanggung jawab bersama, termasuk mengajari membaca Alquran bagi yang muslim. Sebab, ada penelitian yang menyatakan anak yang bisa membaca Alquran, perilakunya cenderung baik. Inilah upaya fundamental yang kami lakukan untuk mengurangi kenakalan remaja,” ucapnya. (Haryudi)
Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan program ini wajib digelar di seluruh sekolah dengan tujuan menciptakan generasi muda yang berkarakter melalui pengajian. “Selain itu, Bogor Ngaos juga bertujuan meminimalisasi masalah kenakalan remaja semisal tawuran antarpelajar dan pergaulan bebas. Melalui program ini diharapkan dapat diantisipasi masalah-masalah di kalangan remaja,” paparnya. Dia menjelaskan, Bogor Ngaos ini akan dilaksanakan para siswa selama 30 menit atau satu jam sebelum proses belajar mengajar dimulai. “Selain itu, seusai pengajian, bersama-sama para siswa juga diperkenankan melaksanakan salat duha. Kami juga menambah jam mata pelajaran agama menjadi empat jam dalam sepekan,” katanya.
Selain itu, dalam waktu dekat pihaknya akan meluncurkan program Bogor Nyunda. Setiap hari Kamis, seluruh sekolah di Kabupaten Bogor tak hanya diwajibkan mengenakan pakaian khas Sunda, tapi juga menggunakan bahasa Sunda saat berkomunikasi. “Ini tujuannya untuk membudayakan bahasa Sunda di Kabupaten Bogor,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor TB Luthfie Syam menuturkan, inisiatif program Bogor Ngaos untuk menyelaraskan dengan kurikulum 2013 agar setiap peserta didik memiliki karakter atau budi pekerti. “Bagi saya, basis budi pekerti atau karakter, setidaknya, ada dua fondasi utama, yakni agama dan budaya. Nah , Bogor Ngaos ini tak bisa dilepaskan juga dengan Bogor Nyunda. Dua pendekatan itu kami lakukan sekarang ini,” katanya.
Dia menjelaskan, maksud dari dua program tersebut diharapkan anak-anak di lingkungan SD dan SMP yang beragama Islam membiasakan membaca tulis Alquran. “Dengan kurikulum sekarang, nyaris anak-anak tidak bisa sekolah madrasah pada sore harinya. Kemudian sekolah madrasah umumnya saat ini lokasinya jauh, sudah jarang di perkotaan,” ungkapnya.
Dalam program Bogor Ngaos, kata dia, terdapat metode Tarsana (Tartil, Syar’i, dan Nagog), yakni metode yang mirip dengan iqra karena memiliki sejumlah kelebihan. “Karena ini dunia pendidikan maka harus menggunakan buku yang ada kurikulumnya. Tarsana ini ada bukunya, malah ada CDnya. Jadi, anak-anak membaca Alquran, tartilnya seperti menyanyi sehingga mudah diingat,” ujarnya.
Luthfie mengatakan program Bogor Ngaos dilaksanakan sekolah dalam sepekan selama 30 menit hingga satu jam yang dimulai pukul 07.00-08.00 WIB. “Bogor Ngaos ini juga diharapkan efektif melancarkan murid-murid membaca Alquran. Dimulainya sebelum jam mereka belajar yang diakhiri salat duha setiap hari Jumat, tapi ada juga sekolah yang mengadakan sepekan dua kali, Jumat dan Selasa,” katanya.
Terkait masih maraknya aksi kenakalan remaja berupa tawuran, pihaknya selalu menyampaikan meski perkelahian itu terjadi di luar sekolah, Disdik tak lepas tanggung jawab.
“Kalau ada kejadian tawuran seperti perkelahian semacam gladitor hingga menewaskan pelajar beberapa waktu lalu, itu merupakan bentuk kegagalan sistem pendidikan kami dan itu harus diperbaiki. Berarti masih ada yang kurang dan harus dibenahi,” tandasnya.
Menurutnya, orang tua dan masyarakat juga harus ikut bertanggung jawab terhadap segala bentuk kenakalan remaja ini dengan memberikan contoh dan nasihat kepada anak didik.
“Karena itu, masalah budi pekerti adalah tanggung jawab bersama, termasuk mengajari membaca Alquran bagi yang muslim. Sebab, ada penelitian yang menyatakan anak yang bisa membaca Alquran, perilakunya cenderung baik. Inilah upaya fundamental yang kami lakukan untuk mengurangi kenakalan remaja,” ucapnya. (Haryudi)
(nfl)