PLTSa Merah Putih Beroperasi, Solusi Timbunan Sampah di Bantar Gebang?
A
A
A
BEKASI - Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, resmi beroperasi. PLTSa ini diresmikan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, Senin (25/3/2019).
Menristekdikti Mohammad Nasir berharap PLTSa Bantar Gebang ini mampu menjadi percontohan bagi kota lain. "Sampah ini menjadi persoalan yang harus segera ditangani. Pilot project PLTSa Bantar Gebang ini diharapkan dapat meminimalisir persoalan sampah di setiap-setiap daerah," ujarnya.
Hal senada dikatakan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Menurut dia, PLTSa ini bisa menjadi model percontohan bagi daerah-daerah lain dalam mengelola sampah. Ia juga mengingatkan, jangan sampai kemajuan yang ada di Jakarta dirusak dengan tumpukan sampah yang tidak bisa diatasi.
"Apalagi 2021 TPST Bantar Gebang sudah tidak menampung sampah. Tidak perlu banyak omong, ayo jalan, musnahkan sampah-sampah ini," tandasnya. (Baca juga: BPPT-Pemprov DKI Mulai Bangun PLTSa di TPST Bantar Gebang)
PLTSa yang berada di Kelurahan Ciketing, Bantar Gebang, itu dikelola oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). "Konsep kami itu adalah wastetoenergy, dari sampah menjadi energi Iistrik. Sampah yang diolah dalam PLTSa ini adalah sampah yang tidak termanfaatkan lagi,” kata Kepala BPPT, Hammam Riza.
Diketahui, PLTSa yang dibangun Bantar Gebang ini terdiri atas empat peralatan utama, yaitu bunker yang terbuat dari concrete, platform, crane, dan ruang bakar dengan reciprocating grate. Ruang bakar ini didesain dapat membakar sampah dengan suhu di atas 950 derajat celcius, sehingga meminimalisir munculnya gas buang yang mencemari lingkungan. (Baca juga: Pemkot Bekasi Uji Coba Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di TPA Sumur Batu)
Menurut Riza, PLTSa ini merupakan pilot project/model pencontohan nasional, khususnya sebagai solusi mengatasi timbunan sampah di kota besar. Untuk itu, diperlukan teknologi pengolah sampah proses thermal. Sebab, sampah mengandung bahan organik tinggi, kelembaban tinggi, dan dengan nilai kalori tinggi.
PLTSa ini juga akan menjadi sarana riset dalam reduksi sampah, khususnya secara thermal. Hal ini dibutuhkan guna mengurangi tumpukan sampah tepat dengan komponen lokal yang tinggi, mempelajari sistim operasional yang menghitung tippingfee, biaya operasional dan biaya lainnya. ”Tidak sampai satu tahun (dibangun), PLTSa ini bisa beroperasi,” pungkasnya.
Menristekdikti Mohammad Nasir berharap PLTSa Bantar Gebang ini mampu menjadi percontohan bagi kota lain. "Sampah ini menjadi persoalan yang harus segera ditangani. Pilot project PLTSa Bantar Gebang ini diharapkan dapat meminimalisir persoalan sampah di setiap-setiap daerah," ujarnya.
Hal senada dikatakan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Menurut dia, PLTSa ini bisa menjadi model percontohan bagi daerah-daerah lain dalam mengelola sampah. Ia juga mengingatkan, jangan sampai kemajuan yang ada di Jakarta dirusak dengan tumpukan sampah yang tidak bisa diatasi.
"Apalagi 2021 TPST Bantar Gebang sudah tidak menampung sampah. Tidak perlu banyak omong, ayo jalan, musnahkan sampah-sampah ini," tandasnya. (Baca juga: BPPT-Pemprov DKI Mulai Bangun PLTSa di TPST Bantar Gebang)
PLTSa yang berada di Kelurahan Ciketing, Bantar Gebang, itu dikelola oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). "Konsep kami itu adalah wastetoenergy, dari sampah menjadi energi Iistrik. Sampah yang diolah dalam PLTSa ini adalah sampah yang tidak termanfaatkan lagi,” kata Kepala BPPT, Hammam Riza.
Diketahui, PLTSa yang dibangun Bantar Gebang ini terdiri atas empat peralatan utama, yaitu bunker yang terbuat dari concrete, platform, crane, dan ruang bakar dengan reciprocating grate. Ruang bakar ini didesain dapat membakar sampah dengan suhu di atas 950 derajat celcius, sehingga meminimalisir munculnya gas buang yang mencemari lingkungan. (Baca juga: Pemkot Bekasi Uji Coba Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di TPA Sumur Batu)
Menurut Riza, PLTSa ini merupakan pilot project/model pencontohan nasional, khususnya sebagai solusi mengatasi timbunan sampah di kota besar. Untuk itu, diperlukan teknologi pengolah sampah proses thermal. Sebab, sampah mengandung bahan organik tinggi, kelembaban tinggi, dan dengan nilai kalori tinggi.
PLTSa ini juga akan menjadi sarana riset dalam reduksi sampah, khususnya secara thermal. Hal ini dibutuhkan guna mengurangi tumpukan sampah tepat dengan komponen lokal yang tinggi, mempelajari sistim operasional yang menghitung tippingfee, biaya operasional dan biaya lainnya. ”Tidak sampai satu tahun (dibangun), PLTSa ini bisa beroperasi,” pungkasnya.
(thm)