Bunuh Diri Diduga Korban Bullying, Kak Seto: Kuncinya Pendampingan Psikologis
A
A
A
DEPOK - Reni Novita Dewi (23) mahasiswi yang tewas bunuh diri di Apartemen di Depok diduga menjadi korban bullying karena sempat curhat di sosial media miliknya. Menanggapi hal tersebut Kak Seto menyarankan agar orang terdekat bisa peka terhadap orang sekitarnya agar bullying tidak berujung dengan bunuh diri.
Sebelum ditemukan tewas, korban pernah mencurahkan perasaannya di sosial media. Pada Februai 2019, korban sempat menuliskan di dinding sosmednya. Dia menuliskan “Koo manusia julid itu dimana mana ya. Ga di WhatsaApp ga di facebook. Suka lucu aja”.
Kemudian korban juga diketahui berencana bunuh diri dan menuliskan di dinding sosmednya. Dia menuliskan “Masalah terus menghantam bertubi-tubi. Dalam hati rasa ingin bunuh diri. Siapa yang sebenarnya korban disini? Kenapa semua membully? Seakan sayalah tersangka utamanya”
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, dampak dari bullying sendiri dapat menyebabkan tekanan jiwa terhadap korbannya. Korban bullying juga menjadi tidak percaya diri dan bisa sampai pada tindakan agresif. (Baca Juga: Perempuan Muda Terjun Bebas dari Lantai 3 Apartemen di Depok)
“Bullying ini bisa menyebabkan seseorang bunuh diri karena dia merasa tertekan dan merasa tidak ada lagi tempat baginya di dunia ini,” katanya ditemui usai acara Program Generasi Titanium Indonesia 5.0 di Vokasi Universitas Indonesia (UI) Depok, Selasa (12/3/2019).
Dampak dari cyber bullying sendiri kata dia sudah banyak terjadi. Sehingga orang terdekat harus menjadi garda terdepan sebagai penolong orang yang dalam kondisi depresi akibat korban bullying.
Kuncinya kata dia, korban bullying atau orang yang terindikasi depresi harus didampingi. Orang terdekat harus peka dan memperhatikan perubahan yang terjadi pada rekannya atau anggota keluarganya.
“Kuncinya memang pada pendampingan psikologis. Misalnya orang tua menjadi sahabat anak untuk bercerita, saling terbuka," katanya.
Sehingga korban bullying atau orang terindikasi depresi bisa merasa nyaman jika dia bisa mencurahkan isi hatinya pada orang lain. Sebaliknya, jika dia tidak punya tempat maka dia merasa sendiri. "Dalam kondisi demikian, dia merasa tidak ada tempat lagi dan memutuskan tindakan tersebut (bunuh diri),” ungkapnya.
Sebelum ditemukan tewas, korban pernah mencurahkan perasaannya di sosial media. Pada Februai 2019, korban sempat menuliskan di dinding sosmednya. Dia menuliskan “Koo manusia julid itu dimana mana ya. Ga di WhatsaApp ga di facebook. Suka lucu aja”.
Kemudian korban juga diketahui berencana bunuh diri dan menuliskan di dinding sosmednya. Dia menuliskan “Masalah terus menghantam bertubi-tubi. Dalam hati rasa ingin bunuh diri. Siapa yang sebenarnya korban disini? Kenapa semua membully? Seakan sayalah tersangka utamanya”
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, dampak dari bullying sendiri dapat menyebabkan tekanan jiwa terhadap korbannya. Korban bullying juga menjadi tidak percaya diri dan bisa sampai pada tindakan agresif. (Baca Juga: Perempuan Muda Terjun Bebas dari Lantai 3 Apartemen di Depok)
“Bullying ini bisa menyebabkan seseorang bunuh diri karena dia merasa tertekan dan merasa tidak ada lagi tempat baginya di dunia ini,” katanya ditemui usai acara Program Generasi Titanium Indonesia 5.0 di Vokasi Universitas Indonesia (UI) Depok, Selasa (12/3/2019).
Dampak dari cyber bullying sendiri kata dia sudah banyak terjadi. Sehingga orang terdekat harus menjadi garda terdepan sebagai penolong orang yang dalam kondisi depresi akibat korban bullying.
Kuncinya kata dia, korban bullying atau orang yang terindikasi depresi harus didampingi. Orang terdekat harus peka dan memperhatikan perubahan yang terjadi pada rekannya atau anggota keluarganya.
“Kuncinya memang pada pendampingan psikologis. Misalnya orang tua menjadi sahabat anak untuk bercerita, saling terbuka," katanya.
Sehingga korban bullying atau orang terindikasi depresi bisa merasa nyaman jika dia bisa mencurahkan isi hatinya pada orang lain. Sebaliknya, jika dia tidak punya tempat maka dia merasa sendiri. "Dalam kondisi demikian, dia merasa tidak ada tempat lagi dan memutuskan tindakan tersebut (bunuh diri),” ungkapnya.
(ysw)