Gawat, Ratusan Narapidana di Lapas Bulak Kapal Terinfeksi HIV/AIDS

Rabu, 27 Februari 2019 - 17:46 WIB
Gawat, Ratusan Narapidana di Lapas Bulak Kapal Terinfeksi HIV/AIDS
Gawat, Ratusan Narapidana di Lapas Bulak Kapal Terinfeksi HIV/AIDS
A A A
BEKASI - Ratusan narapidana di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Bulak Kapal, Bekasi Timur berkategori orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Mereka terkena virus yang mematikan itu lewat penggunaan jarum suntik berisi narkotika secara bergantian hingga perilaku seks bebas yang dilakukan selama ini.

”Ratusan orang kami data menderita HIV/AIDS hingga akhir tahun lalu,” kata Ketua Jaringan Indonesia Positif, Festika Rosani, Rabu (27/2/2019). Menurutnya, ratusan narapidan itu terkena virus itu sebelum masuk ke sel tahanan. Saat memasuki lembaga pemasyarakatan (lapas), kesehatan mereka diperiksa dan dinyatakan HIV/AIDS.

Saat ini, kata dia, mereka mendapatkan pendampingan khusus untuk diberikan konseling selama menjalani masa tahanan. Sehingga, pendampingan itu bisa memberikan mereka semangat dalam menjalani kesehariannya, sekaligus diberikan pemahaman supaya virus tidak berkembang ke tahanan lain.

Festika mengatakan, 115 orang sudah menjalani pengobatan antiretroviral (ARV), sedangkan 40 orang lagi belum menjalani pengobatan. Lokasi pengobatan untuk para penderita ODHA sudah tersebar di Kota dan Kabupaten Bekasi. Untuk di Kota Bekasi klinik yang melayani pengobatan pengidap HIV. Diantaranya RSUD Kota Bekasi, RS Elisabeth, dan RS Ananda. (Baca Juga: Angka Penderita HIV/AIDS di Jakarta Urutan ke-4 se-Indonesia)

Dia berharap, pada tahun 2030 mendatang kasus HIV dan AIDS bisa hilang. Paling tidak, angka kematian yang disebabkan virus tersebut sudah tidak ditemukan lagi. Hal itu dilakukannya dengan cara pendampingan kepada seluruh penderita ODHA. ”Target kita sampai 2030 Indonesia bebas HIV,” tegasnya. (Baca Juga: Didominasi Kaum Gay, Penderita HIV di Bekasi Meningkat)

Kabid Perawatan RSUD Kota Bekasi, Sudirman mengatakan, penderita ODHA yang berkunjung untuk berobat di rumah sakit milik pemerintah daerah mencapai 750 setiap bulan. Biasanya mereka akan mendapatkan obat secara gratis, namun untuk biaya konsultasi kebanyakan dibayar secara terpisah.

Hingga kini, RSUD sudah menempatkan dokter khusus yang sudah terlatih dalam penanganan penderita ODHA, sehingga jumlah kunjungan yang datangpun sudah cukup besar. ”Ada saja pasien yang menjalani konseling di klinik RSUD, karena selain memberikan obat kami juga menyediakan layanan konseling bagi pasien,” katanya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4283 seconds (0.1#10.140)