Penyakit Demam Berdarah Terus Merenggut Korban Jiwa

Senin, 18 Februari 2019 - 10:59 WIB
Penyakit Demam Berdarah Terus Merenggut Korban Jiwa
Penyakit Demam Berdarah Terus Merenggut Korban Jiwa
A A A
JAKARTA - Penyakit demam berdarah dangue (DBD) kembali merenggut korban jiwa. Kali ini seorang anak bernama Neta Maria Dinata, 7, tewas seusai menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Berdasarkan data yang dihimpun KORAN SINDO, korban tewas akibat DBD sejak awal tahun ini hingga Februari di beberapa daerah mencapai delapan orang.

Rinciannya empat penderita di Bogor serta di Tangerang dan Depok masing-masing dua orang. Parnomo, 38, ayah Neta mengaku tidak kuasa menahan sedih. Dirinya tidak menyangka jika anak keduanya meninggal karena DBD. Terlebih anaknya masih dalam usia belia. “Awalnya saya pikir demam biasa,” kata Purnomo ditemani istrinya Sri Supriyatini Kusumawati, 45, kemarin.

Parnomo menuturkan, sejak Sabtu (9/2) anaknya telah menjalani perawatan di rumah sakit karena demam tinggi yang dialaminya naik turun. Tidak hanya itu, anaknya kerap muntah-muntah. “Masuk rumah sakit Sabtu sore, pas dibawa itu sebenarnya sudah turun panasnya, justru panas tinggi terjadi pada Senin dan Selasa,” tuturnya.

Kemudian buah hatinya tersebut menjalani perawatan intensif di ICU pada Kamis (14/2) sebelum akhirnya meninggal dunia pada Jumat (15/2). “Ya mungkin sudah takdir mas, sudah kehendak Tuhan, walau kita juga sudah ikhtiar, kita cuma bisa mengikhlaskan saja,” katanya.

Sementara itu, Diaz Prawira, 28, penderita DBD yang tinggal di Kelurahan Palmerah, Jakarta Barat, nyawanya masih tertolong seusai menjalani perawatan selama dua pekan di RS Pelni. Diaz awalnya mengira hanya terkena radang tenggorakan karena susah menelan. “Saya mencoba berobat ke dokter datang ke IGD RS. Pelni. Setelah itu, saya dinyatakan terkena DBD. Alhamdulillah, setelah jalani perawatan, badan saya agak membaik,” ucapnya.

Lurah Kalideres, Muhammad Fahmi, belum memastikan apakah korban meninggal dunia karena terjangkit DBD atau bukan. Pihaknya masih mencari tahu penyebab pasti kematian korban. “Kami belum tahu, apakah ini DBD atau bukan, pihak keluarga sendiri juga belum tahu itu,” kata Fahmi.

Berdasarkan data Puskesmas Kalideres ada 27 penderita terjangkit DBD. Menurut dia, kerap kali memberikan sosialisasi kepada warganya untuk mengatasi permasalahan DBD ini bersama-sama. “Kita sudah melakukan sosialisasi kepada warga dan membentuk kader jumantik dasawisma, kita juga lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSM) setiap hari sejak Januari hingga saat ini,” ucapnya.

Kasudinkes Pemkot Jakarta Barat Weningtyas Purnomo Rini menyebut masih menghimpun korban yang terkena demam berdarah. Menurut dia, kasus ini telah dilaporkan ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta. “Kita sudah laporkan ke dinas. Dinas juga sudah jawab ke teman-teman wartawan,” katanya.

Weningtyas menjelaskan, ada empat virus menyerang tubuh saat terjangkit DBD, yakni Den 1, 2, 3, dan 4 dengan kondisi paling ganas Den 3. Untuk mencegah jatuhnya korban, kata dia, kepedulian dari seluruh komponen masyarakat dan swasta sangat diperlukan. Apabila ada masyarakat terutama anak itu demam kurang dari tiga hari sudah harus dibawa ke puskesmas.

“Jadi, tidak menunggu sampai tiga hari atau trombositnya sudah keliatan turun. Nah, ini tidak usah menunggu tiga hari, demam satu hari langsung ke puskesmas,” kata Weningtyas. Terlebih saat ini Pemprov DKI Jakarta telah menggratiskan biaya pengobatan bagi warga tidak mampu. Karena itu, pihaknya mengajak masyarakat agar segera melakukan pemeriksaan apabila ada indikasi DBD.

“Harus segera, jangan menunggu lama-lama. Pokoknya kurang dari tiga hari masyarakat atau kader temukan ada warga yang demam segera cek darah ke puskesmas,” katanya. Selain itu, semua rumah sakit di Jakarta juga sudah membuat edaran untuk mempersiapkan semua logistik, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia (SDM).

Menurut dia, sesuai instruksi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahwa penderita yang dirawat di rumah sakit adalah pasien BPJS DKI atau bukan. Bagi pasien yang dirawat di RSUD kelas 3 digratiskan dan kebijakan itu sudah berjalan. Hingga saat ini RSUD di Jakarta Barat masih bisa menampung pasien DBD.

“Kalau di RSUD saat ini masih bisa tertangani. Kalau tidak, saya sudah perintahkan untuk membuat rencana - rencana, seperti ruang rawat inap mana yang dikhususkan untuk pasien menular seperti DBD. Sementara masih cukup, obat-obatan juga masih cukup,” tuturnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5323 seconds (0.1#10.140)