Kian Semrawut, PKL Penuhi Kawasan Kota Tua

Minggu, 17 Februari 2019 - 16:01 WIB
Kian Semrawut, PKL Penuhi...
Kian Semrawut, PKL Penuhi Kawasan Kota Tua
A A A
JAKARTA - Tak adanya pemimpin di Kecamatan Taman Sari membuat kawasan Kota Tua kian semrawut. Para PKL kini makin liar, mereka memenuhi sejumlah jalanan di kawasan Museum Fatahilla, Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, membuat kemacetan di kawasan itu tak terbendung.

Di sisi lain, adanya petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta tidak banyak membantu penataan di Kota Tua. Kesemrawutan kian tak terkendali lantaran banyaknya PKL memenuhi badan jalan.

Pantauan SINDO, Minggu (17/2/2019), kesemrawutan terlihat setelah sejumlah jalanan dipenuhi para PKL. Mereka terlihat berkumpul dibeberapa titik jalan, seperti Jalan Pintu Besar Selatan, Jalan Kunir, Jalan Kemungkus, Jalan Lada dan Jalan Ketumbar.

Kondisi ini diperburuk dengan sejumlah delman yang terparkir hingga dua badan jalan membuat kawasan kian semrawut. Para angkutan mengetem sembarang membuat kemacetan kian tak terkendali.

Bahkan, SINDO mencoba jalanan yang melingkar di kawasan Museum Fatahilla. Melintasi jalan sepanjang 1,5 kilometer. Waktu tempuh mencapai satu jam. Padahal bila berjalan normal, waktu tempuh kurang dari 15 menit dengan kecepatan 40 kilometer per jam.

"Ini makin hari makin parah. Dulu mah enggak sampai ke jalan," kata Tito (34), warga Cibinong, Bogor, Jawa Barat di lokasi.

Saat mendatangi Kota Tua, Tito datang bersama tiga anggota keluarganya. Anaknya yang pertama, ponakan, serta istrinya. Mereka kemudian berjalan di kawasan Kota Tua, menikmati rentetan bangunan Kota.

Setahun lalu, Tito mengakui Kota Tua masih terbilang tertib. Sekalipun banyak PKL tapi tidak ada yang mengganggu pejalan kaki maupun pengendara. Jalanan tampak renggang termasuk trotoar yang masih dilalui lima orang berjejer.

Kini kawasan Kota kian semrawut. Lapak PKL memenuhi trotoar dan membuat pejalan kaki terganggu. Pejalanan kaki hanya menyisahakan kurang dari satu meter membuat mereka harus saling berdesakan.

Termasuk di jalanan. Penuhnya trotoar, membuat PKL terpaksa berdagang di bahu jalan. Mereka kemudian memenuhi kawasan itu membuat dua dari lima ruas jalan terpakai.

Kemacetan kian tak terarah. Karena adanya Transjakarta yang terparkir di halte Bank BNI. Memakan jalan membuat arus lalu lintas tak terhindarkan. Kemacetan kian terjadi di kawasan itu.

Masih di lingkungan museum Fatahilla, keberadaan sentra PKL di Jalan Cengkeh, Taman Sari, Jakarta Barat tak banyak membantu kesemrawutan di Kota Tua. Kawasan Cengkeh yang menelan biaya triliunan itu kian sepi dan mulai ditinggalkan pedagang.

"Kita sudah pasrah saja mas. Kecewa sih pasti. Orang kita ini pedagang resmi, tapi pemprov tak bisa membantu kami," keluh Ina (43), pedagang bakso.

Dahulu saat Camat Taman Sari masih dipegang Firman Ibrahim penataan Kota Tua terlihat. PKL dibatasi untuk berdagang, penertiban pun dilakukan tiga kali dalam sehari. Kawasan kota tak lagi macet parah saat hari biasa maupun libur.

Kini setelah kasus penggusuran Paud, jabatan Camat Taman Sari masih kosong. Penataan masih dilakukan oleh Lurah Pinangsia, R Ilham Agustina.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1141 seconds (0.1#10.140)