Disaster Outlook 2019: Kecerdasan Spiritual Kurangi Risiko Bencana

Kamis, 31 Januari 2019 - 15:38 WIB
Disaster Outlook 2019:...
Disaster Outlook 2019: Kecerdasan Spiritual Kurangi Risiko Bencana
A A A
JAKARTA - Disaster Management Institute Of Indonesia (DMII) dan Yayasan Aksl Cepat Tanggap (ACT) menggagas sebuah forum diskusi yang membahas kemungkinan adanya bencana yang terjadi di Indonesia (Disaster Outlook 2019), di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (31/1/2019).

Diskusi tersebut dihadiri para pakar kebencanaan, pengelola kawasan industri, pelaku usaha, kepada daerah serta instansi terkait. Salah satu pembicara dalam forum Disaster Outlook 2019 itu adalah Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah. Diketahui, Padang termasuk rentan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami . Pada 6 Maret 2007 silam, Padang sempat diguncang gempa besar.

Dalam kesempatan itu Mahyeldi menyampaikan pentingnya melakukan mitigasi spiritual di kala bencana melanda. Kecerdasan spiritual yang baik akan mengurangi risiko bencana dan meminimalisir korban. "Coba kita lihat, jika ada bencana alam, semua orang apapun agamanya, pasti menyebut Tuhan," ujar Mahyeldi. (Baca juga: Kumpulkan Pakar, DMII dan ACT Diskusikan Outlook Bencana 2019)

Intinya, kata dia, penguatan individu, karena memang biasanya ketika terjadi bencana membawa kekalutan. Ketika syok, yang diperlukan bagaimana menyiapkan individu. "Kesadaran individu perlu ada pencerdasan kepada mereka. Kecerdasan ketika ada bencana mesti apa sehingga bisa meminalisir korban," ucapnya. (Baca juga: DMII Gelorakan Semangat Sadar Bencana bagi Rakyat Indonesia)

Ia menambahkan, selain penguatan diri, keluarga dan tetangga dekat, perlu ditekankan bahwa setiap musibah sudah menjadi ketentuan Sang Pencipta. "Kita kuatkan spiritual. Ketika seseorang ditimpa musibah akan kembali memberikan kesadaran maka di sanalah hubungan penguatan itu dilakukan. Itulah program-program kita, penguatan keluarga, penguatan individu, dan keimanan," ucapnya.

Menurut dia, semua bencana sudah merupakan ketentuan dari Tuhan sang Pencipta, sehingga menghadapi musibah perlu ada kesadaran. "Ketika kesadaran itu ada, mereka bisa menyelamatkan dirinya dan membantu orang lain. Misalnya ada bencana ada yang stres, pendekatannya spiritual," tandasnya.

Adapun upaya yang dilakukan Pemkot Padang dalam rangka mitigasi spiritual antara lain menetapkan wajib menggunakan pakaian muslim pada sekolah negeri (SD, SMP, SMA), Pesantren Ramadan dan acara keagamaan bagi non Islam, gerakan 18-21 yang merupakan gerakan mematikan TV, salat berjamaah, dan belajar dari pukul 18.00-21.00 WIB.

Selain itu, diadakan zikir saat acara pergantian tahun baik masehi maupun hijriah, razia tempat maksiat oleh Satpol PP, razia pelaku narkoba dan judi, serta memberikan sedekah kepada warga korban gempa Palu dan NTB.

"Dampak mitigasi spiritual saat Kota Padang kena bencana, Alhamdulillah, ketika terjadi gempa masyarakat tidak terlalu larut dalam kesedihan. Ekonomi bisa langsung jalan meski dagang kecil-kecilan. Jadi ada percepatan," pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3700 seconds (0.1#10.140)