Seorang Pemabuk Luka Parah Tertembak Senpi Rakitannya Sendiri
A
A
A
TANGERANG - Seorang pemabuk, Ade Raihan Muslim, remaja asal Sudimara Selatan, Ciledug, Kota Tangerang terluka parah setelah betisnya tertembak senjata api rakitannya sendiri. Korban yang tertembak di betis kiri kini mendapat perawatan di Rumah Sakit (RS) Sari Asih Ciledug.
Kapolres Tangsel AKBP Ferdy Irawan mengatakan, pada Senin 31 Desember 2018 pihaknya mendapat laporan dari RS Sari Asih, bahwa ada korban penembakan.
"Petugas lalu mendatangi RS Sari Asih dan bertemu dengan orang tua Ade, dan temannya Suhendri, katanya Ade jadi korban penembakan," kata Ferdy, kepada Koran SINDO, di Polres Tangsel, Senin (7/1/2019).
Dijelaskan dia, korban ditembak di Jalan Raya Bintaro, depan apartemen Altiz, Pondok Aren. Petugas lalu datang ke lokasi, dan mendapat cerita yang berbeda berdasarkan keterangan saksi di lokasi.
"Setelah dilakukan pengecekan, korban yang tertembak di bagian kaki ternyata akibat perbuatannya sendiri," jelasnya.
Saat peristiwa itu terjadi, Ade sedang asyik nongkrong dan mabuk-mabukan. Diduga, saat sedang mabuk itulah, Ade secara tidak sengaja menembakan pistol buatannya sendiri, hingga kakinya terluka cukup parah.
"Setelah informasi itu dikonfrontir, ternyata Ade mengakui perbuatannya dan mengarang cerita bohong. Tersangka juga mengakui, bahwa senpi rakitan itu miliknya dan buatannya sendiri," ungkap Ferdy lagi.
Saat dilakukan penggeledahan di rumah tersangka Ade, didapati dua pucuk senjata api rakitan, berikut pelor yang dibuatnya sendiri dari barang-barang rongsokan.
"Jadi, pengetahuan merakit senjata ini oleh tersangka didapat dari belajar di internet, dan dilakukan secara otodidak. Selanjutnya, senpi dan peluru rakitan itu, akan kami serahkan ke Mabes Polri," paparnya.
Sementara itu, Ade mengaku, dalam satu minggu, dirinya bisa membuat satu pucuk senjata api rakitan. Senjata api itu dibuat dari bahan rongsokan di belakang rumah.
"Belajar dari internet secara otodidak. Tidak beli, gratis. Diambil dari belakang rumah. Lalu, saya rakit sendiri. Pelurunya juga. Tidak ada mesiunya tapi dampak ledakannya cukup keras," sambungnya.
Dilanjutkan Ade, senjata api rakitan itu dibuat untuk gagah-gagahan dan belum dijual ke pasaran. Senjata itu juga masih belum digunakan menembak orang.
"Untuk gagah-gagahan saja. Saya lagi mabuk tiba-tiba saja meletus dan mengenai kaki saya," tukasnya.
Kapolres Tangsel AKBP Ferdy Irawan mengatakan, pada Senin 31 Desember 2018 pihaknya mendapat laporan dari RS Sari Asih, bahwa ada korban penembakan.
"Petugas lalu mendatangi RS Sari Asih dan bertemu dengan orang tua Ade, dan temannya Suhendri, katanya Ade jadi korban penembakan," kata Ferdy, kepada Koran SINDO, di Polres Tangsel, Senin (7/1/2019).
Dijelaskan dia, korban ditembak di Jalan Raya Bintaro, depan apartemen Altiz, Pondok Aren. Petugas lalu datang ke lokasi, dan mendapat cerita yang berbeda berdasarkan keterangan saksi di lokasi.
"Setelah dilakukan pengecekan, korban yang tertembak di bagian kaki ternyata akibat perbuatannya sendiri," jelasnya.
Saat peristiwa itu terjadi, Ade sedang asyik nongkrong dan mabuk-mabukan. Diduga, saat sedang mabuk itulah, Ade secara tidak sengaja menembakan pistol buatannya sendiri, hingga kakinya terluka cukup parah.
"Setelah informasi itu dikonfrontir, ternyata Ade mengakui perbuatannya dan mengarang cerita bohong. Tersangka juga mengakui, bahwa senpi rakitan itu miliknya dan buatannya sendiri," ungkap Ferdy lagi.
Saat dilakukan penggeledahan di rumah tersangka Ade, didapati dua pucuk senjata api rakitan, berikut pelor yang dibuatnya sendiri dari barang-barang rongsokan.
"Jadi, pengetahuan merakit senjata ini oleh tersangka didapat dari belajar di internet, dan dilakukan secara otodidak. Selanjutnya, senpi dan peluru rakitan itu, akan kami serahkan ke Mabes Polri," paparnya.
Sementara itu, Ade mengaku, dalam satu minggu, dirinya bisa membuat satu pucuk senjata api rakitan. Senjata api itu dibuat dari bahan rongsokan di belakang rumah.
"Belajar dari internet secara otodidak. Tidak beli, gratis. Diambil dari belakang rumah. Lalu, saya rakit sendiri. Pelurunya juga. Tidak ada mesiunya tapi dampak ledakannya cukup keras," sambungnya.
Dilanjutkan Ade, senjata api rakitan itu dibuat untuk gagah-gagahan dan belum dijual ke pasaran. Senjata itu juga masih belum digunakan menembak orang.
"Untuk gagah-gagahan saja. Saya lagi mabuk tiba-tiba saja meletus dan mengenai kaki saya," tukasnya.
(ysw)