Ini Curhatan Arief Wismansyah Pimpin Tangerang Satu Dasawarsa
A
A
A
JAKARTA - Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengaku senang bisa mengabdikan dirinya untuk kemajuan tempat kelahirannya. Pria yang lahir pada 23 April 1977 ini telah menjadi orang nomor satu di kota kelahirannya.
"Tidak terasa waktu berlalu, sepuluh tahun (satu dasawarsa) sudah saya mengabdi dengan hati di kota ini. Kota dimana saya lahir dan besar di sini," kata Arief dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Kamis (27/12/2018).
Arief mengaku bahagia bisa memajukan tempat kelahirannya hingga saat ini. Tidak hanya dirinya yang bangga dengan kemajuan Tangerang tetapi juga keluarga serta masyarakat penyanggah Ibu Kota Jakarta.
"Kota Tangerang yang menjadi kebanggaan lahir batin saya, dan juga bapak/ibu saudaraku semua, seluruh warga masayarakat Kota Tangerang. Tak ada kata paling sepadan sebagai ungkapan atas rasa syukur itu, selain berkata, alhamdulillah wasyukurillah," ucapnya.
Tidak luput juga, dia mengucapkan rasa syukur kepada sang pencipta. "Terima kasih Ya Allah, atas segala limpahan karunia nikmat yang telah diberikan kepada saya, keluarga dan seluruh masyarakat Kota Tangerang, yang saya cintai ini," ucap Arief lagi.
Perjalanan selama sepuluh tahun, menurut Arief, tentu punya banyak cerita berliku. Rasa pahit manis, suka duka, selalu mewarnai–melengkapi setiap ruang kosong yang ada.
"Maklum, kodrat dan titah kita sebagai manusia, adalah tempatnya salah dan lupa. Maka dari itu, ketawadhuan kita hanya satu; belajar untuk terus memperbaiki diri agar tingkah polah kita bisa menebar maslahat–manfaat kepada orang lain," tuturnya.
Sejak 2008 dan menjabat sebagai Wakil Wali Kota Tangerang, kata Arief, masa dimana dirinya mulai kemelut dalam berpikir. Dalam hati dan pikiran saya, berkecamuk amat sangat campur aduk.
"Mulai dari urusan keluarga, usaha, hingga amanah sebagai Wakil Wali Kota. Hanya saja, ada satu prinsip dan saya yakini bahwa; sebaik-baiknya hamba adalah hamba yang paling bermanfaat bagi hamba lainnya. Dan selama perjalanan waktu, hal demikian itu akhirnya menjadi rutinitas biasa," beber Arief.
Padatnya jadwal kegiatan dinas, kata dia, kurangnya waktu berkumpul bareng keluarga, hingga melesetnya janji untuk sekadar mengantar anak sekalipun, jadi hal biasa.
"Di saat saya tak memiliki jadwal dinas, sepenuhnya waktu saya luangkan untuk keluarga di rumah. Dan sebagai saluran, ya makan, tentunya. Sebab, olah raga semacam golf atau olah raga menantang lainnya, tak paham jika harus dilakukan," kata Arief.
Masih kata Arief, dirinya akan terus berusaha untuk kemajuan kota kelahirannya. Meski demikian, dirinya juga sadar akan kekurangan dirinya sebagai makhluk Tuhan.
"Tentu saja saya tidak bermuluk kemauan. Hanya sebagai manusia saya tak pernah berhenti berihktiar. Baik saat sebagai Wakil Wali Kota tahun 2008-2013 dan sebagai Wali Kota Tangerang 2013-2018, saya selalu berusaha keras mencurahkan ide-ide, gagasan, pemikiran dan konsep-konsep dalam pengembangan Kota Tangerang," terangnya.
"Tidak terasa waktu berlalu, sepuluh tahun (satu dasawarsa) sudah saya mengabdi dengan hati di kota ini. Kota dimana saya lahir dan besar di sini," kata Arief dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Kamis (27/12/2018).
Arief mengaku bahagia bisa memajukan tempat kelahirannya hingga saat ini. Tidak hanya dirinya yang bangga dengan kemajuan Tangerang tetapi juga keluarga serta masyarakat penyanggah Ibu Kota Jakarta.
"Kota Tangerang yang menjadi kebanggaan lahir batin saya, dan juga bapak/ibu saudaraku semua, seluruh warga masayarakat Kota Tangerang. Tak ada kata paling sepadan sebagai ungkapan atas rasa syukur itu, selain berkata, alhamdulillah wasyukurillah," ucapnya.
Tidak luput juga, dia mengucapkan rasa syukur kepada sang pencipta. "Terima kasih Ya Allah, atas segala limpahan karunia nikmat yang telah diberikan kepada saya, keluarga dan seluruh masyarakat Kota Tangerang, yang saya cintai ini," ucap Arief lagi.
Perjalanan selama sepuluh tahun, menurut Arief, tentu punya banyak cerita berliku. Rasa pahit manis, suka duka, selalu mewarnai–melengkapi setiap ruang kosong yang ada.
"Maklum, kodrat dan titah kita sebagai manusia, adalah tempatnya salah dan lupa. Maka dari itu, ketawadhuan kita hanya satu; belajar untuk terus memperbaiki diri agar tingkah polah kita bisa menebar maslahat–manfaat kepada orang lain," tuturnya.
Sejak 2008 dan menjabat sebagai Wakil Wali Kota Tangerang, kata Arief, masa dimana dirinya mulai kemelut dalam berpikir. Dalam hati dan pikiran saya, berkecamuk amat sangat campur aduk.
"Mulai dari urusan keluarga, usaha, hingga amanah sebagai Wakil Wali Kota. Hanya saja, ada satu prinsip dan saya yakini bahwa; sebaik-baiknya hamba adalah hamba yang paling bermanfaat bagi hamba lainnya. Dan selama perjalanan waktu, hal demikian itu akhirnya menjadi rutinitas biasa," beber Arief.
Padatnya jadwal kegiatan dinas, kata dia, kurangnya waktu berkumpul bareng keluarga, hingga melesetnya janji untuk sekadar mengantar anak sekalipun, jadi hal biasa.
"Di saat saya tak memiliki jadwal dinas, sepenuhnya waktu saya luangkan untuk keluarga di rumah. Dan sebagai saluran, ya makan, tentunya. Sebab, olah raga semacam golf atau olah raga menantang lainnya, tak paham jika harus dilakukan," kata Arief.
Masih kata Arief, dirinya akan terus berusaha untuk kemajuan kota kelahirannya. Meski demikian, dirinya juga sadar akan kekurangan dirinya sebagai makhluk Tuhan.
"Tentu saja saya tidak bermuluk kemauan. Hanya sebagai manusia saya tak pernah berhenti berihktiar. Baik saat sebagai Wakil Wali Kota tahun 2008-2013 dan sebagai Wali Kota Tangerang 2013-2018, saya selalu berusaha keras mencurahkan ide-ide, gagasan, pemikiran dan konsep-konsep dalam pengembangan Kota Tangerang," terangnya.
(mhd)