Komunitas Beladiri Bekasi Unjuk Gigi di Dechatlon Summarecon
A
A
A
JAKARTA - Dalam melestarikan budaya beladiri di Indonesia, komunitas beladiri di Bekasi mulai melestarikanya dengan berunjuk gigi di sarana olahraga milik Dechatlon, Kawasan Summarecon Bekasi, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Sabtu (15/12/2018). Seni beladiri yang dihadirkan mulai Taekwondo, Kempo, Self Defence dan Pencak Silat.
Salah satu olahraga beladiri asli Indonesia yang mendapatkan antusias masyarakat yakni seni beladiri yang dihadirkan oleh Perguruan Pencak Silat (PPS) Sandhika Bekasi. Dengan diiringi suara gendang rampak, para pesilat asli Bekasi memeragakan beberapa jurus tunggal Ikatan Puncak Silat Indonesia (IPSI).
Selain itu, pesilat memeragakan jurus ganda, lalu tunggal Cimande yang dilakukan oleh pesilat mulai dari usia 8 hingga 50 tahun. Decak kagum penonton terlihat juga dari Warga Negara Asing (WNA) Perancis yang hadir melihat kegiatan tersebut. Bahkan, tepuk tangan dari penonton juga memeriahkan kegiatan tersebut.
Ketua Komisi Teknik Perguruan Pencak Silat (PPS) Sandhika, Tomi Guspian mengatakan, kegiatan ini sebagai modal mengembangkan dan mengenalkan kepada masyarakat bahwa di Indonesia, khususnya di Bekasi ada perguruan beladiri yang masih melestarikan pencak silat hingga kini.
"Karena ini warisan leluhur, makanya kita terus lestarikan," katanya di Bekasi, Sabtu (15/12/2018).
Menurutnya, Shandika mempunyai arti Satria Kendhali Murka. Yang mana dalam ajaran beladirinya mengajarkan anggotanya agar mengedepankan bukan tindak kekerasan dalam menyelesaikan sebuah masalah.
"Jurus silat diajarkan hanya untuk digunakan ketika berada dalam kondisi terdesak. Apalagi ini warisan asli Indonesia," ujarnya.
Sehingga, kata dia, murid PPS Shandika hanya diperbolehkan menggunakan beladirinya saat terpaksa dalam bahaya. Sebelum diajarkan beberapa jurus, pesilat diajarkan terlebih dahulu untuk menahan hawa nafsu, yang mana hal itu penting dilakukan agar pesilat tersebut tetap tidak sombong dan mawas diri.
Tomi menjelaskan, PPS Sandhika memiliki beberapa gerakan jurus dan tenaga dalam. Di samping itu, kata dia, kesenian dan budaya rampak juga menjadi kekayaan seni beladiri dalam PPS Sandhika.
"Kita memang diajarkan melempar orang dengan tenaga dalam, tetapi bukan itu tujuannya. Guru kita mengajarkan mengalah untuk menang," ujarnya.
Untuk diketahui, PPS Sandhika bermula dari didirikannya Paksi Jatayu Abadi oleh Haris dan Dadi pada tahun 1985. Pada tahun 1992 Haris kemudian memisahkan diri dan bersama Iwan mendirikan PPS Sandhika dengan aliran Silat Cimande, Bulak Bandrong, dan Syahbandar Kari Madi.
Kemudian, PPS Sandhika resmi masuk menjadi anggota IPSI Bekasi pada tahun 1993 dengan tempat padepokan di kawasan Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Saat ini, PPS Shandika bergabung dengan olahraga beladiri lainnya dalam Panther Martial Arts.
Komunitas olahraga beladiri ini berdiri sejak 2 Mei 2018 yang di dalamnya terdiri dari Taekwondo, Kempo, Pencak Silat, dan Self Defence. "Sebagai praktisi olahraga beladiri, karena kekhawatiran maraknya kejahatan kita bikin komunitas dengan berbagai macam olahraga beladiri. Jadi ini sinergi antar perguruan beladiri," tukasnya.
Salah satu olahraga beladiri asli Indonesia yang mendapatkan antusias masyarakat yakni seni beladiri yang dihadirkan oleh Perguruan Pencak Silat (PPS) Sandhika Bekasi. Dengan diiringi suara gendang rampak, para pesilat asli Bekasi memeragakan beberapa jurus tunggal Ikatan Puncak Silat Indonesia (IPSI).
Selain itu, pesilat memeragakan jurus ganda, lalu tunggal Cimande yang dilakukan oleh pesilat mulai dari usia 8 hingga 50 tahun. Decak kagum penonton terlihat juga dari Warga Negara Asing (WNA) Perancis yang hadir melihat kegiatan tersebut. Bahkan, tepuk tangan dari penonton juga memeriahkan kegiatan tersebut.
Ketua Komisi Teknik Perguruan Pencak Silat (PPS) Sandhika, Tomi Guspian mengatakan, kegiatan ini sebagai modal mengembangkan dan mengenalkan kepada masyarakat bahwa di Indonesia, khususnya di Bekasi ada perguruan beladiri yang masih melestarikan pencak silat hingga kini.
"Karena ini warisan leluhur, makanya kita terus lestarikan," katanya di Bekasi, Sabtu (15/12/2018).
Menurutnya, Shandika mempunyai arti Satria Kendhali Murka. Yang mana dalam ajaran beladirinya mengajarkan anggotanya agar mengedepankan bukan tindak kekerasan dalam menyelesaikan sebuah masalah.
"Jurus silat diajarkan hanya untuk digunakan ketika berada dalam kondisi terdesak. Apalagi ini warisan asli Indonesia," ujarnya.
Sehingga, kata dia, murid PPS Shandika hanya diperbolehkan menggunakan beladirinya saat terpaksa dalam bahaya. Sebelum diajarkan beberapa jurus, pesilat diajarkan terlebih dahulu untuk menahan hawa nafsu, yang mana hal itu penting dilakukan agar pesilat tersebut tetap tidak sombong dan mawas diri.
Tomi menjelaskan, PPS Sandhika memiliki beberapa gerakan jurus dan tenaga dalam. Di samping itu, kata dia, kesenian dan budaya rampak juga menjadi kekayaan seni beladiri dalam PPS Sandhika.
"Kita memang diajarkan melempar orang dengan tenaga dalam, tetapi bukan itu tujuannya. Guru kita mengajarkan mengalah untuk menang," ujarnya.
Untuk diketahui, PPS Sandhika bermula dari didirikannya Paksi Jatayu Abadi oleh Haris dan Dadi pada tahun 1985. Pada tahun 1992 Haris kemudian memisahkan diri dan bersama Iwan mendirikan PPS Sandhika dengan aliran Silat Cimande, Bulak Bandrong, dan Syahbandar Kari Madi.
Kemudian, PPS Sandhika resmi masuk menjadi anggota IPSI Bekasi pada tahun 1993 dengan tempat padepokan di kawasan Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Saat ini, PPS Shandika bergabung dengan olahraga beladiri lainnya dalam Panther Martial Arts.
Komunitas olahraga beladiri ini berdiri sejak 2 Mei 2018 yang di dalamnya terdiri dari Taekwondo, Kempo, Pencak Silat, dan Self Defence. "Sebagai praktisi olahraga beladiri, karena kekhawatiran maraknya kejahatan kita bikin komunitas dengan berbagai macam olahraga beladiri. Jadi ini sinergi antar perguruan beladiri," tukasnya.
(mhd)