Tahun Depan, Jak Lingko Utamakan Operator Existing
A
A
A
JAKARTA - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) terus berupaya merangkul operator existing guna mewujudkan Program Jak Lingko. Eksekusi Jak Lingko dimulai pada 2019.
Direktur Utama PT TransJakarta, Agung wicaksono mengatakan, Jak Lingko itu akan diwujudkan dengan ekspansi armada, kolaborasi dengan mitra dan integrasi antar moda. Menurutnya, dalam waktu dekat ini langkah kongkret yang akan dilakukan adalah melanjutkan proses dengan operator sampai berkontrak dan merencanakan rodampanya untuk dieksekusi pada 2019.
"Kami terus merangkul operator existing dengan rupiah perkilometer yang sudah diputuskan. Semuanya berjalan baik hingga saat ini, tinggal berkontrak saja," kata Agung Wicaksono di Balai Kota DKI Jakarta, kemarin.
Jak Lingko merupakan lanjutan program OK Otrip yang sudah diujicobakan selama sembilan bulan. Selama uji coba, OK Otrip telah melayani 66 ribu lebih penumpang perhari pada15 rute yang telah beroperasi, yakni Kampung Melayu-Duren Sawit (OK-2), Lebak Bulus-Pondok Labu (OK-3), Grogol-Tubagus Angke (OK-4), Semper-Rorotan (OK-5), Kampung Rambutan-Pondok Gede (OK-6), Tanjung Priok-Bulak Turi (OK-15), PGC-Condet (OK-16), Pulogadung-Senen (OK-17), Setu-Pinang Ranti (OK-19), Lubang Buaya-Cawang UKI (OK-20), Pasar Rebo-Taman Wiladatika (OK-28), Meruya-Citraland (OK-30), Pondok Labu-Blok M (OK-31), Petukangan-Lebak Bulus (OK-32), Pulogadung-Kota (OK-33). Saat ini jumlah angkutan OK-OTrip telah mencapai 384 unit.
Selain itu, pada uji coba juga ada penyesuaian tarif rupiah perkilometer OK Otrip yang dibayarkan oleh PT Transjakarta ke operator dari Rp3.459 untuk semua trayek menjadi Rp3.616 untuk jarak tempuh 200 kilometer, dan Rp3.902 untuk jarak 180 kilometer. Sebab, belum maunya 11 operator bergabung dikarenakan tarif rupiah perkilometer tidak sesuai.
Dengan tarif rupiah perkilometer yang telah disesuaikan itu, Agung menyebut bahwa dari 11 operator bus kecil, 9 diantaranya sudah tayang di katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang danJasa Pemerintah (LKPP). Sedangkan dua lainya belum lanyaran syarat dokumenya kurang.
"Dari 9 yang tayang di e-catalog, 4 sudah tanda tangan Perjanjian Kerjasama (PKS) dan beroperasi. 5 sudah deal harga di e-catalog. Minggu ini ditarget akan tanda tangan kontrak," ungkapnya.
Kepala Bidang Angkutan Jalan (BAJ) Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Masdes Aerofi mengatakan, program Jak Lingko memerlukan waktu yang cukup dan setidaknya ditargetkan seluruh integrasi transportasi angkutan jalan hingga ke pemukiman selesai pada tahun ketiga kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
"Program ini butuh waktu tidak bisa satu-dua bulan. Jak Lingko butuh armada sedikitnya 9-10 ribu. Sekarang baru sekitar 2 ribu. Trayek juga harus disesuaikan. Arahanya Operator existing harus dirangkul sebagai langkah awal mewujudkan Jak lingko," ujarnya.
Masdes menjelaskan, sambil menunggu kerja sama dengan Operator existing, saat ini pihaknya tengah melakukan restrukturiasai trayek yang berhimpit atau tumpang tindih atau beroperasi pada kelas jalan utama di atas 30 persen. Rencananya, angkutan umum yang trayek berhimpit dengan Bus Rapid Transit (BRt), bus sedang atau sesama bus kecil dan tidak sesuai dengan kelas jalan akan dicabut izin trayeknya dan di rerouting atau dipindahkan untuk melayani kelas jalan yang lebih rendah sesuai dengan struktur trayek bus kecil sebagai angkutan pengumpan.
Berdasarkan hasil sementara, Masdes menyebutkan bahwa restrukturisasi trayek yang sdh diidentifikasi saat ini yaitu, dari 71 trayek bus besar menjadi 10 trayek bus besar. Dari 82 trayek bus sedang menjadi 46 trayek bus sedang dan dari 156 trayek bus kecil menjadi 85 trayek bus kecil.
"Kami akan berkordinasi dengan organda DKI terkait restrukturisasi trayek tersebut. Termasuk soal kerjasama tekhnis operator existing dengan TransJakarta," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan sinungan meminta agar PT TransJakarta dibawah kepemimpinan Direksi baru saat ini dapat mendengarkan masukan dari operator existing agar bisa bekerjasama dengan baik. Jangan sampai, kata dia, PT TransJakarta mengeluarkan kewenangan yang membiasakan operator existing. Seperti misalnya mengoperasikan armada milik TransJakarta di trayek existing dan memindahkan operator existing semaunya.
Pada prinsipnya, kata Shafruhan, para operator angkot existing sebenarnya sangat mendukung program Jak lingko apabila kerjasamanya saling menguntungkan.
"Kami sangat siap menyabut program Jak Lingko demi melayani perjalanan penumpang. Apalagi jika Standar Pelayananan Minimum (SPM) perihal fasilitas pendingin angkutan umum disyratakan. Tapi jangan mengambil kebijakan yang merugikan operator," pungkasnya.
Direktur Utama PT TransJakarta, Agung wicaksono mengatakan, Jak Lingko itu akan diwujudkan dengan ekspansi armada, kolaborasi dengan mitra dan integrasi antar moda. Menurutnya, dalam waktu dekat ini langkah kongkret yang akan dilakukan adalah melanjutkan proses dengan operator sampai berkontrak dan merencanakan rodampanya untuk dieksekusi pada 2019.
"Kami terus merangkul operator existing dengan rupiah perkilometer yang sudah diputuskan. Semuanya berjalan baik hingga saat ini, tinggal berkontrak saja," kata Agung Wicaksono di Balai Kota DKI Jakarta, kemarin.
Jak Lingko merupakan lanjutan program OK Otrip yang sudah diujicobakan selama sembilan bulan. Selama uji coba, OK Otrip telah melayani 66 ribu lebih penumpang perhari pada15 rute yang telah beroperasi, yakni Kampung Melayu-Duren Sawit (OK-2), Lebak Bulus-Pondok Labu (OK-3), Grogol-Tubagus Angke (OK-4), Semper-Rorotan (OK-5), Kampung Rambutan-Pondok Gede (OK-6), Tanjung Priok-Bulak Turi (OK-15), PGC-Condet (OK-16), Pulogadung-Senen (OK-17), Setu-Pinang Ranti (OK-19), Lubang Buaya-Cawang UKI (OK-20), Pasar Rebo-Taman Wiladatika (OK-28), Meruya-Citraland (OK-30), Pondok Labu-Blok M (OK-31), Petukangan-Lebak Bulus (OK-32), Pulogadung-Kota (OK-33). Saat ini jumlah angkutan OK-OTrip telah mencapai 384 unit.
Selain itu, pada uji coba juga ada penyesuaian tarif rupiah perkilometer OK Otrip yang dibayarkan oleh PT Transjakarta ke operator dari Rp3.459 untuk semua trayek menjadi Rp3.616 untuk jarak tempuh 200 kilometer, dan Rp3.902 untuk jarak 180 kilometer. Sebab, belum maunya 11 operator bergabung dikarenakan tarif rupiah perkilometer tidak sesuai.
Dengan tarif rupiah perkilometer yang telah disesuaikan itu, Agung menyebut bahwa dari 11 operator bus kecil, 9 diantaranya sudah tayang di katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang danJasa Pemerintah (LKPP). Sedangkan dua lainya belum lanyaran syarat dokumenya kurang.
"Dari 9 yang tayang di e-catalog, 4 sudah tanda tangan Perjanjian Kerjasama (PKS) dan beroperasi. 5 sudah deal harga di e-catalog. Minggu ini ditarget akan tanda tangan kontrak," ungkapnya.
Kepala Bidang Angkutan Jalan (BAJ) Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Masdes Aerofi mengatakan, program Jak Lingko memerlukan waktu yang cukup dan setidaknya ditargetkan seluruh integrasi transportasi angkutan jalan hingga ke pemukiman selesai pada tahun ketiga kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
"Program ini butuh waktu tidak bisa satu-dua bulan. Jak Lingko butuh armada sedikitnya 9-10 ribu. Sekarang baru sekitar 2 ribu. Trayek juga harus disesuaikan. Arahanya Operator existing harus dirangkul sebagai langkah awal mewujudkan Jak lingko," ujarnya.
Masdes menjelaskan, sambil menunggu kerja sama dengan Operator existing, saat ini pihaknya tengah melakukan restrukturiasai trayek yang berhimpit atau tumpang tindih atau beroperasi pada kelas jalan utama di atas 30 persen. Rencananya, angkutan umum yang trayek berhimpit dengan Bus Rapid Transit (BRt), bus sedang atau sesama bus kecil dan tidak sesuai dengan kelas jalan akan dicabut izin trayeknya dan di rerouting atau dipindahkan untuk melayani kelas jalan yang lebih rendah sesuai dengan struktur trayek bus kecil sebagai angkutan pengumpan.
Berdasarkan hasil sementara, Masdes menyebutkan bahwa restrukturisasi trayek yang sdh diidentifikasi saat ini yaitu, dari 71 trayek bus besar menjadi 10 trayek bus besar. Dari 82 trayek bus sedang menjadi 46 trayek bus sedang dan dari 156 trayek bus kecil menjadi 85 trayek bus kecil.
"Kami akan berkordinasi dengan organda DKI terkait restrukturisasi trayek tersebut. Termasuk soal kerjasama tekhnis operator existing dengan TransJakarta," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan sinungan meminta agar PT TransJakarta dibawah kepemimpinan Direksi baru saat ini dapat mendengarkan masukan dari operator existing agar bisa bekerjasama dengan baik. Jangan sampai, kata dia, PT TransJakarta mengeluarkan kewenangan yang membiasakan operator existing. Seperti misalnya mengoperasikan armada milik TransJakarta di trayek existing dan memindahkan operator existing semaunya.
Pada prinsipnya, kata Shafruhan, para operator angkot existing sebenarnya sangat mendukung program Jak lingko apabila kerjasamanya saling menguntungkan.
"Kami sangat siap menyabut program Jak Lingko demi melayani perjalanan penumpang. Apalagi jika Standar Pelayananan Minimum (SPM) perihal fasilitas pendingin angkutan umum disyratakan. Tapi jangan mengambil kebijakan yang merugikan operator," pungkasnya.
(mhd)