Identifikasi Korban Lion Air, DVI Belum Temukan Bagian Tubuh Utuh
A
A
A
JAKARTA - TIM DVI Polri hingga kini terus berupaya melakukan proses idetifikasi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin 29 Oktober 2018 pagi. Namun, hingga hari kesembilan ini, belum ada satu korban pun yang ditemukan secara utuh.
Spesialis Forensik Pusdokkes Polri, Kombes dr Adang Azhar mengatakan, hingga kini sudah ada 163 kantong jenazah penumpang Lion Air JT 610, adapun jumlah bagian tubuh dari kantong itu sebanyak 429 body part. Semua body part itu pun sudah diambil sampel data postmortemnya, termasuk DNA.
"Memang selama ini yang kelihatan utuh saya belum menemukan. Paling banyak bagian-bagian tubuh saja," ujarnya di RS Polri Said Sukamto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (6/11/2018).
Maka itu, tambahnya, proses identifikasi pun membutuhkan waktu karena identifikasi tak bisa hanya dilakukan secara kasat mata. Di samping itu, data antemortem yang diberikan keluarga pun terkadang tak lengkap sehingga harus lebih teliti dalam melakukan proses identifikasinya.
"Saat ini pun, kita masih melakukan rekonsiliasi, kalaupun ada yang tertunda (proses identifikasi), berarti belum lengkap, belum pas. Kita identifikasi secermat mungkin, teliti jangan sampai salah," katanya.
Maka itu, tambahnya, manakala proses identifikasi melalui rekonsiliasi sidik jari dan gigi pada data antemortem serta postmortem tak membuahkan hasil. Proses identifikasi bakal dilakukan melalui rekonsiliasi DNA.
Spesialis Forensik Pusdokkes Polri, Kombes dr Adang Azhar mengatakan, hingga kini sudah ada 163 kantong jenazah penumpang Lion Air JT 610, adapun jumlah bagian tubuh dari kantong itu sebanyak 429 body part. Semua body part itu pun sudah diambil sampel data postmortemnya, termasuk DNA.
"Memang selama ini yang kelihatan utuh saya belum menemukan. Paling banyak bagian-bagian tubuh saja," ujarnya di RS Polri Said Sukamto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (6/11/2018).
Maka itu, tambahnya, proses identifikasi pun membutuhkan waktu karena identifikasi tak bisa hanya dilakukan secara kasat mata. Di samping itu, data antemortem yang diberikan keluarga pun terkadang tak lengkap sehingga harus lebih teliti dalam melakukan proses identifikasinya.
"Saat ini pun, kita masih melakukan rekonsiliasi, kalaupun ada yang tertunda (proses identifikasi), berarti belum lengkap, belum pas. Kita identifikasi secermat mungkin, teliti jangan sampai salah," katanya.
Maka itu, tambahnya, manakala proses identifikasi melalui rekonsiliasi sidik jari dan gigi pada data antemortem serta postmortem tak membuahkan hasil. Proses identifikasi bakal dilakukan melalui rekonsiliasi DNA.
(mhd)