Rayakan Usia Emas, Pemprov DKI Bikin Acara Ini di TIM Selama 5 Hari
A
A
A
JAKARTA - Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) memasuki usia emas, tepatnya pada 10 November 2018 mendatang. Dalam rangka merayakan HUT ke-50 PKJ TIM, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Unit Pengelola PKJ TIM bersama para pegiat seni dan budaya akan menggelar acara 50 Tahun TIM bertajuk “Seni Bersama, Bersama Seni” di area PKJ TIM.
Tema tersebut dipilih lantaran TIM ingin menciptakan satu peleburan antara kerja sama dalam membangun ekosistem kesenian dan kerja sama seniman untuk ekosistem sosial yang lebih luas.
Perayaan 50 Tahun TIM berlangsung selama lima hari, mulai 7-11 November 2018. Kegiatan dibagi menjadi dua sesi yaitu pre-event yang dilaksanakan pada 7-9 November 2018 dan main event yang dilaksanakan pada 10-11 November 2018.
Kepala Unit Pengelola PKJ TIM Imam Hadi mengatakan, 50 tahun TIM menjadi momentum penggabungan seni dan budaya yang mempersembahkan gelaran, seperti wayang urban, tari topeng, pertunjukan video mapping, pagelaran tari, pentas musik, pagelaran wayang kulit, kegiatan workshop, dan seminar budaya astronomi.
Perayaan juga dimeriahkan oleh sejumlah musisi tanah air seperti Maliq & D’Essentials, Kunto Aji, White Shoes & The Couples Company, Tohpati, Brisia Jodie, Chiki Fawzi, Gugun Blues Shelter, OM Pancaran Sinar Petromaks, dan masih banyak lagi. Selain itu, perayaan 50 tahun TIM juga didukung oleh Wardah, Bank DKI, dan PD Pasar Jaya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga direncanakan mencanangkan Rencana Besar Revitalisasi Taman Ismail Marzuki. Sebelumnya, Gubernur Anies telah membentuk tim untuk merevitalisasi TIM yang diatur dalam Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 1018/2018 yang ditetapkan pada 7 Juni 2018. (Baca juga: Pengelolaan TIM Diubah, Ahok Rugikan DKI Jakarta)
“Kita ingin TIM memiliki tata bangunan yang lebih baik sehingga semakin banyak warga Jakarta yang memanfaatkannya. Tepat di usianya yang ke-50 tahun, kita harapkan TIM semakin berkembang sebagai pusat kesenian Jakarta yang dapat menjadi wadah kerja sama antar lembaga seni dan budaya,” ungkap Imam Hadi di Jakarta, Selasa (6/11/2018).
Untuk diketahui, TIM didirikan pada tahun 1968. Sejak awal didirikan, TIM dijadikan pusat kegiatan seni di Jakarta. Lambat laun TIM memiliki kekuatan yang lebih luas. Segala aktivitas di dalamnya sanggup menggema, tidak hanya di Indonesia tetapi hingga manca negara.
Didukung oleh model Pemerintahan Orde Baru yang sentralistik, maka TIM menjadi sentral dan menjadi panutan utama bagi perkembangan seni dan budaya di berbagai daerah di Indonesia.
Berlalunya Orde Baru pada 1998, yang sekaligus menandai 30 tahun usia TIM, tidak pelak lagi menjadi momen untuk menegosiasikan posisi TIM dalam arena kesenian dan kebudayaan di Indonesia setelah 1998.
Suatu hal yang tidak bisa dihindarkan lagi bahwa di usia ke-50 TIM pada tahun 2018, sudah begitu banyak institusi kesenian, baik milik pemerintah ataupun swasta yang punya daya saing yang sangat kuat.
Oleh karena itu, TIM dalam ranah spiritnya harus mengedepankan isu-isu kolaborasi, baik dalam pengejawantahan seni budaya yang beranjak dari ranah seni budaya menjadi ranah kerja sama antar lembaga seni budaya.
Tema tersebut dipilih lantaran TIM ingin menciptakan satu peleburan antara kerja sama dalam membangun ekosistem kesenian dan kerja sama seniman untuk ekosistem sosial yang lebih luas.
Perayaan 50 Tahun TIM berlangsung selama lima hari, mulai 7-11 November 2018. Kegiatan dibagi menjadi dua sesi yaitu pre-event yang dilaksanakan pada 7-9 November 2018 dan main event yang dilaksanakan pada 10-11 November 2018.
Kepala Unit Pengelola PKJ TIM Imam Hadi mengatakan, 50 tahun TIM menjadi momentum penggabungan seni dan budaya yang mempersembahkan gelaran, seperti wayang urban, tari topeng, pertunjukan video mapping, pagelaran tari, pentas musik, pagelaran wayang kulit, kegiatan workshop, dan seminar budaya astronomi.
Perayaan juga dimeriahkan oleh sejumlah musisi tanah air seperti Maliq & D’Essentials, Kunto Aji, White Shoes & The Couples Company, Tohpati, Brisia Jodie, Chiki Fawzi, Gugun Blues Shelter, OM Pancaran Sinar Petromaks, dan masih banyak lagi. Selain itu, perayaan 50 tahun TIM juga didukung oleh Wardah, Bank DKI, dan PD Pasar Jaya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga direncanakan mencanangkan Rencana Besar Revitalisasi Taman Ismail Marzuki. Sebelumnya, Gubernur Anies telah membentuk tim untuk merevitalisasi TIM yang diatur dalam Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 1018/2018 yang ditetapkan pada 7 Juni 2018. (Baca juga: Pengelolaan TIM Diubah, Ahok Rugikan DKI Jakarta)
“Kita ingin TIM memiliki tata bangunan yang lebih baik sehingga semakin banyak warga Jakarta yang memanfaatkannya. Tepat di usianya yang ke-50 tahun, kita harapkan TIM semakin berkembang sebagai pusat kesenian Jakarta yang dapat menjadi wadah kerja sama antar lembaga seni dan budaya,” ungkap Imam Hadi di Jakarta, Selasa (6/11/2018).
Untuk diketahui, TIM didirikan pada tahun 1968. Sejak awal didirikan, TIM dijadikan pusat kegiatan seni di Jakarta. Lambat laun TIM memiliki kekuatan yang lebih luas. Segala aktivitas di dalamnya sanggup menggema, tidak hanya di Indonesia tetapi hingga manca negara.
Didukung oleh model Pemerintahan Orde Baru yang sentralistik, maka TIM menjadi sentral dan menjadi panutan utama bagi perkembangan seni dan budaya di berbagai daerah di Indonesia.
Berlalunya Orde Baru pada 1998, yang sekaligus menandai 30 tahun usia TIM, tidak pelak lagi menjadi momen untuk menegosiasikan posisi TIM dalam arena kesenian dan kebudayaan di Indonesia setelah 1998.
Suatu hal yang tidak bisa dihindarkan lagi bahwa di usia ke-50 TIM pada tahun 2018, sudah begitu banyak institusi kesenian, baik milik pemerintah ataupun swasta yang punya daya saing yang sangat kuat.
Oleh karena itu, TIM dalam ranah spiritnya harus mengedepankan isu-isu kolaborasi, baik dalam pengejawantahan seni budaya yang beranjak dari ranah seni budaya menjadi ranah kerja sama antar lembaga seni budaya.
(thm)