KNKT: Lion Air JT-610 Pecah saat Bersentuhan dengan Air Laut
A
A
A
JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, hancur saat bertabrakan dengan permukaan laut. Saat bertabrakan kondisi mesin pesawat dalam keadaan menyala dan melaju dengan kecepatan tinggi.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan, pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Karawang, pekan lalu tidak pecah di udara. Pesawat yang membawa 189 penumpang itu hancur saat bertabrakan dengan permukaan laut dalam kondisi mesin menyala dan kecepatan sangat tinggi.
"Mesin tidak ada masalah. Bagian-bagian dari mesin dalam kondisi hidup dengan RPM cukup tinggi ini, kita mengatakan tanda mesin kecepatan cukup tinggi saat jatuh di air," kata Soerjanto dalam jumpa pers di Hotel Ibis Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11/2018).
Soerjanto menambahkan, mesin pesawat saat jatuh masih dalam kondisi menyala dengan kecepatan putaran turbin yang tinggi terbukti dengan ditemukan mesin pesawat dalam kondisi utuh. "Keadaan mesin hidup, hal ini ditandai dengan turbin atau kompresor hidup dan putaran cukup tinggi," ujarnya.
Soerjanto menjelaskan, jika pesawat meledak di udara serpihan yang ditemukan di lapangan harusnya berukuran lebih besar. Apalagi, lanjut dia, serpihan itu pun tersebar di jarak yang cukup jauh dari jarak prakiraan pesawat jatuh.
"Jadi pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air. Pesawat tidak pecah di udara. Jika pesawat pecah di udara, maka serpihan sangat lebar dan ini kami tegaskan saat menyentuh air masih dalam keadaan utuh," ucapnya.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan, pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Karawang, pekan lalu tidak pecah di udara. Pesawat yang membawa 189 penumpang itu hancur saat bertabrakan dengan permukaan laut dalam kondisi mesin menyala dan kecepatan sangat tinggi.
"Mesin tidak ada masalah. Bagian-bagian dari mesin dalam kondisi hidup dengan RPM cukup tinggi ini, kita mengatakan tanda mesin kecepatan cukup tinggi saat jatuh di air," kata Soerjanto dalam jumpa pers di Hotel Ibis Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11/2018).
Soerjanto menambahkan, mesin pesawat saat jatuh masih dalam kondisi menyala dengan kecepatan putaran turbin yang tinggi terbukti dengan ditemukan mesin pesawat dalam kondisi utuh. "Keadaan mesin hidup, hal ini ditandai dengan turbin atau kompresor hidup dan putaran cukup tinggi," ujarnya.
Soerjanto menjelaskan, jika pesawat meledak di udara serpihan yang ditemukan di lapangan harusnya berukuran lebih besar. Apalagi, lanjut dia, serpihan itu pun tersebar di jarak yang cukup jauh dari jarak prakiraan pesawat jatuh.
"Jadi pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air. Pesawat tidak pecah di udara. Jika pesawat pecah di udara, maka serpihan sangat lebar dan ini kami tegaskan saat menyentuh air masih dalam keadaan utuh," ucapnya.
(whb)