Kisah Polisi yang Menyelam Cari Badan Pesawat Lion Air JT-610
A
A
A
JAKARTA - Salah satu penyelam dari Satuan Gegana Brimob Polda Metro Jaya AKP Ibrahim menceritakan kisahnya bersama para tim evakuasi saat mencari bodi pesawat Lion Air JT-610 di Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat.
"Jadi kami dapat bagian di sekitar KM VICTORY. Itu dari kapal Basarnas. Tapi untuk kendala saat ini, di bawah arusnya kuat. Jadi kami masih melihat situasi. Tadi kendalanya arus kuat," kata Ibrahim di KP Parikesit, Jumat (2/11/2018).
Ia menuturkan bahwa di lokasi pencarian arus bawah laut cukup deras. Belum lagi selama lima hari lumpur cukup tebal. "Kemarin kami menyelam sampai kedalaman 35 meter. Lumpur itu tebalnya sekitar 2 meter. Tapi waktu itu belum ditemukan titik. Waktu hari ketiga. Masih menunggu instruksi dari Basarnas," tuturnya.
Ibrahim menjelaskan, tim selam Polri pada Selasa (30/10/2018) sempat mendapatkan potongan-potongan pakaian dan beberapa potongan bagian badan korban. "Untuk jarak pandangnya masih bisa dilihat. Tapi karena kendala arusnya, 2-3 meter masih kelihatan," ungkap Ibrahim.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo membenarkan apa yang dialami oleh para penyelam. Namun yang terpenting bagaimana para penyelam dapat selamat dari terjangan arus.
"Jadi kedalaman 35 meter itu, waktu untuk menyelam kalau kondisi lagi bagus cuma 15 menit. Tidak bisa lebih. Itu harus bergantian. Kalau lebih dari 15 menit membahayakan keselamatan penyelam," tutur Dedi.
Polri masih menunggu peralatan dari Kementerian ESDM dan Pertamina. Crane untuk pengangkut yang kapasitas lebih dari 100 ton. "Masih menunggu. Nanti tunggu perintah Kabasarnas. Cek ulang kembali, analisa kembali untuk lokasinya. Kalau sudah fix penyelam turun pasang tali-tali untuk angkat baru bisa diangkat," tutup Dedi.
"Jadi kami dapat bagian di sekitar KM VICTORY. Itu dari kapal Basarnas. Tapi untuk kendala saat ini, di bawah arusnya kuat. Jadi kami masih melihat situasi. Tadi kendalanya arus kuat," kata Ibrahim di KP Parikesit, Jumat (2/11/2018).
Ia menuturkan bahwa di lokasi pencarian arus bawah laut cukup deras. Belum lagi selama lima hari lumpur cukup tebal. "Kemarin kami menyelam sampai kedalaman 35 meter. Lumpur itu tebalnya sekitar 2 meter. Tapi waktu itu belum ditemukan titik. Waktu hari ketiga. Masih menunggu instruksi dari Basarnas," tuturnya.
Ibrahim menjelaskan, tim selam Polri pada Selasa (30/10/2018) sempat mendapatkan potongan-potongan pakaian dan beberapa potongan bagian badan korban. "Untuk jarak pandangnya masih bisa dilihat. Tapi karena kendala arusnya, 2-3 meter masih kelihatan," ungkap Ibrahim.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo membenarkan apa yang dialami oleh para penyelam. Namun yang terpenting bagaimana para penyelam dapat selamat dari terjangan arus.
"Jadi kedalaman 35 meter itu, waktu untuk menyelam kalau kondisi lagi bagus cuma 15 menit. Tidak bisa lebih. Itu harus bergantian. Kalau lebih dari 15 menit membahayakan keselamatan penyelam," tutur Dedi.
Polri masih menunggu peralatan dari Kementerian ESDM dan Pertamina. Crane untuk pengangkut yang kapasitas lebih dari 100 ton. "Masih menunggu. Nanti tunggu perintah Kabasarnas. Cek ulang kembali, analisa kembali untuk lokasinya. Kalau sudah fix penyelam turun pasang tali-tali untuk angkat baru bisa diangkat," tutup Dedi.
(amm)