Terungkap Co Pilot Lion Air JT-610 Harvino Harusnya Terbang ke Malang
A
A
A
TANGERANG - Co Pilot Lion Air JT-610 Harvino, yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, ternyata satu dari sedikit pilot Lion Air yang mengantongi rating penerbangan pesawat jenis Boeing NG dan MAX. Karena alasan itu, dia diminta rekannya sesama pilot yang baru memiliki rating NG, untuk menjadi Co Pilot Lion Air JT-610 registrasi PK-LQP 737 MAX 8. Seharusnya Harvino Senin (29/10/2018) pagi itu terbang ke Malang, bukan Pangkalpinang.
Senior Harvino di Avindo Angkasa Pilot School, Yelal F, memperkirakan pilot yang memiliki dua rating seperti Harvino baru sekitar 60% dari total pilot di maskapai Lion Air. Sisanya baru rating NG.
"Tiap pesawat itu beda. Ada yang NG dan MAX. Karena menurut aturan, kalau enggak punya MAX enggak boleh terbang. Di Lion Air yang punya rating MAX baru 60%," ujar mantan Pilot Lion Air, ini Jumat (2/11/2018).
Menurut dia, Lion Air masih kekurangan pilot dengan rating MAX. Memang pelatihan untuk rating MAX sudah mulai dilakukan, namun saat ini jumlah pilot Lion Air yang belum punya rating MAX masih banyak.
"Karena MAX ini pesawat baru jadi belum semuanya punya. Baru beberapa yang sudah ditraining dan Mas Vino punya rating dua, NG dan MAX. Keduanya ini sama-sama pesawat jenis Boeing," sambung Yelal.
Karena itulah warga Perumahan Serpong Green Park 2, Kelurahan Ciater, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), itu diminta menggantikan posisi rekannya terbang ke Pangkalpinang, dari yang seharusnya ke Malang. Rekan Harvino itu tidak bisa menerbangkan MAX 8, karena baru memiliki rating NG.
"Harusnya Harvino terbang ke Malang jadi ke Pangkalpinang. Karena pesawat yang dipakai terbang ke Malang itu yang NG," katanya. (Baca juga: Kisah Co-Pilot Lion Air JT-610, dari Gigi Bolong hingga Mobil-Mobilan)
Sebenarnya, pesawat Boeing MAX ini lebih canggih dan lebih bagus dibanding jenis NG. Fasilitasnya juga tergolong lebih lengkap dengan sistem keamanan terbaru yang serba digital. Dari bahan bakarnya, tipe ini juga sangat irit.
"Setahu saya MAX itu bagus, enak, saya pernah bawa. Dari instrumen enginenya juga beda, lebih irit. Navigasinya juga lebih baik dan sistem keamanannya bagus," tukasnya.
Senior Harvino di Avindo Angkasa Pilot School, Yelal F, memperkirakan pilot yang memiliki dua rating seperti Harvino baru sekitar 60% dari total pilot di maskapai Lion Air. Sisanya baru rating NG.
"Tiap pesawat itu beda. Ada yang NG dan MAX. Karena menurut aturan, kalau enggak punya MAX enggak boleh terbang. Di Lion Air yang punya rating MAX baru 60%," ujar mantan Pilot Lion Air, ini Jumat (2/11/2018).
Menurut dia, Lion Air masih kekurangan pilot dengan rating MAX. Memang pelatihan untuk rating MAX sudah mulai dilakukan, namun saat ini jumlah pilot Lion Air yang belum punya rating MAX masih banyak.
"Karena MAX ini pesawat baru jadi belum semuanya punya. Baru beberapa yang sudah ditraining dan Mas Vino punya rating dua, NG dan MAX. Keduanya ini sama-sama pesawat jenis Boeing," sambung Yelal.
Karena itulah warga Perumahan Serpong Green Park 2, Kelurahan Ciater, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), itu diminta menggantikan posisi rekannya terbang ke Pangkalpinang, dari yang seharusnya ke Malang. Rekan Harvino itu tidak bisa menerbangkan MAX 8, karena baru memiliki rating NG.
"Harusnya Harvino terbang ke Malang jadi ke Pangkalpinang. Karena pesawat yang dipakai terbang ke Malang itu yang NG," katanya. (Baca juga: Kisah Co-Pilot Lion Air JT-610, dari Gigi Bolong hingga Mobil-Mobilan)
Sebenarnya, pesawat Boeing MAX ini lebih canggih dan lebih bagus dibanding jenis NG. Fasilitasnya juga tergolong lebih lengkap dengan sistem keamanan terbaru yang serba digital. Dari bahan bakarnya, tipe ini juga sangat irit.
"Setahu saya MAX itu bagus, enak, saya pernah bawa. Dari instrumen enginenya juga beda, lebih irit. Navigasinya juga lebih baik dan sistem keamanannya bagus," tukasnya.
(thm)