Data Postmortem Terbatas, Tim DVI Sibuk Kumpulkan Data Antemortem
A
A
A
JAKARTA - Tim Disaster Victim Identificafion (DVI) Polri masih terus melakukan proses identifikasi terhadap korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di perairan Tanjung Karawang. Proses identifikasi dilakukan dengan cara membandingkan data antemortem dan data postmortem.
Data antemortem adalah data-data fisik khas korban sebelum meninggal. Sedangkan data postmortem adalah data-data fisik yang diperoleh melalui personal identification setelah korban meninggal. Misalnya sidik jari, golongan darah, konstruksi gigi, dan foto diri korban.
Kepala Laboratorium dan Klinik Odotologi Kepolisian Pusdokkes Polri, Dokter Gigi Agustinus, mengatakan, saat ini Tim DVI Polri lebih memfokuskan mengumpulkan data antemortem. Tim DVI mengumpulkan data antemortem dengan cara mencarinya dari keluarga terdekat ataupun teman terdekat yang paham tentang korban. Khususnya terkait kondisi gigi korban. Bisa juga dari dokter gigi yang pernah merawat gigi korban.
"Kenapa lebih sibuk di antemortem? Karena temuan di postmortem itu minim. Temuan gigi saja hanya ada satu buah dengan kondisi fraktur atau pecah," ujar Agustinus kepada wartawan, Jumat (2/11/2018).
Maka itu, lanjut dia, antisipasi minimnya data postmortem dilakukan dengan memperbanyak data antemortem. Misalnya, pada dokter gigi yang pernah merawat korban bisa didapatkan dental record ataupun catatan lengkap gigi korban, termasuk hasil rontgennya.
"Sehingga manakala nanti ada body part yang menjadi tanggung jawab kami, maka kami sudah siap untuk melakukan proses pembandingan itu," terangnya.
Data gigi korban juga bisa didapatkan melalui foto-foto korban semasa hidup yang memperlihatkan giginya. Hanya saja pembandingan melalui foto gigi tidak seakurat catatan gigi dan dental record.
Dia mengungkapkan, dari 212 laporan yang masuk dari keluarga korban, data antemortem yang paling lengkap dental record sampai rontgennya, khususnya terkait gigi, hanya 24 keluarga. Sedangkan yang hanya ada catatan giginya baru 18. Jadi total baru 42 korban yang ada data antemortemnya.
Maka itu, pihaknya masih terus mencari data antemortem, khususnya terkait gigi dari dokter gigi yang pernah merawat penumpang jatuhnya pesawat rute Jakarta-Pangkalpinang itu.
Data gigi yang hanya berupa catatan akan diterjemahkan kembali oleh tim antemortem dengan format odontogram, yaitu berupa simbol dan kode. Selanjutnya akan ditransfer ke bentuk gambar agar bisa dilakukan pembandingan secara visual.
"Personel kami yang terlibat (proses identifikasi) ada 25, dari Polri, TNI, dan Balai Kesehatan Penerbangan," pungkasnya.
Data antemortem adalah data-data fisik khas korban sebelum meninggal. Sedangkan data postmortem adalah data-data fisik yang diperoleh melalui personal identification setelah korban meninggal. Misalnya sidik jari, golongan darah, konstruksi gigi, dan foto diri korban.
Kepala Laboratorium dan Klinik Odotologi Kepolisian Pusdokkes Polri, Dokter Gigi Agustinus, mengatakan, saat ini Tim DVI Polri lebih memfokuskan mengumpulkan data antemortem. Tim DVI mengumpulkan data antemortem dengan cara mencarinya dari keluarga terdekat ataupun teman terdekat yang paham tentang korban. Khususnya terkait kondisi gigi korban. Bisa juga dari dokter gigi yang pernah merawat gigi korban.
"Kenapa lebih sibuk di antemortem? Karena temuan di postmortem itu minim. Temuan gigi saja hanya ada satu buah dengan kondisi fraktur atau pecah," ujar Agustinus kepada wartawan, Jumat (2/11/2018).
Maka itu, lanjut dia, antisipasi minimnya data postmortem dilakukan dengan memperbanyak data antemortem. Misalnya, pada dokter gigi yang pernah merawat korban bisa didapatkan dental record ataupun catatan lengkap gigi korban, termasuk hasil rontgennya.
"Sehingga manakala nanti ada body part yang menjadi tanggung jawab kami, maka kami sudah siap untuk melakukan proses pembandingan itu," terangnya.
Data gigi korban juga bisa didapatkan melalui foto-foto korban semasa hidup yang memperlihatkan giginya. Hanya saja pembandingan melalui foto gigi tidak seakurat catatan gigi dan dental record.
Dia mengungkapkan, dari 212 laporan yang masuk dari keluarga korban, data antemortem yang paling lengkap dental record sampai rontgennya, khususnya terkait gigi, hanya 24 keluarga. Sedangkan yang hanya ada catatan giginya baru 18. Jadi total baru 42 korban yang ada data antemortemnya.
Maka itu, pihaknya masih terus mencari data antemortem, khususnya terkait gigi dari dokter gigi yang pernah merawat penumpang jatuhnya pesawat rute Jakarta-Pangkalpinang itu.
Data gigi yang hanya berupa catatan akan diterjemahkan kembali oleh tim antemortem dengan format odontogram, yaitu berupa simbol dan kode. Selanjutnya akan ditransfer ke bentuk gambar agar bisa dilakukan pembandingan secara visual.
"Personel kami yang terlibat (proses identifikasi) ada 25, dari Polri, TNI, dan Balai Kesehatan Penerbangan," pungkasnya.
(thm)