Tiga Stasiun LRT dengan Halte Transjakarta Terhubung Skybridge
A
A
A
JAKARTA - Tiga stasiun Light Rail Transit (LRT) Velodrome-Kelapa Gading akan terintegrasi dengan moda transportasi bus Transjakarta. Jadwal operasional menunggu keputusan tarif dan kontruksi pembangunan selesai.
Direktur Proyek LRT PT Jakpro, Iwan Takwin mengatakan, progres pembangunan LRT hanya tinggal finishing stasiun dan depo. Menurutnya, seluruh stasiun yang masih dalam tahap pengerjaan pada saat ini sudah 90% dan ditargetkan selesai pada akhir November. Sedangkan untuk Depo ditargetkan selesai akhir Desember atau awal Januari.
Sebab, kata Iwan, ada pemasangan sistem yang cukup menyita waktu di dalam Depo, seperti sistem persinyalan, integrasi komunikasi, kontrol operasional dan sebagainya.
"LRT Velodrome-Kelapa Gading tetap akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya sesuai aturan. Tiga stasiun LRT akan terintegrasi dengan tiga halte bus Transjakarta," kata Iwan saat dihubungi, Senin (22/10/2018).
Iwan menjelaskan, tiga stasiun LRT nantinya akan terhubung dengan halte bus Transjakarta menggunakan Skybridge. Di antaranya yaitu, Stasiun Velodrome, Pulomas di Perintis Kemerdekaan dan Depo Kelapa Gading. Dengan adanya skybridge dari stasiun ke halte, penumpang LRT yang ingin melanjutkan perjalanan ke Dukuh Atas atau lainnya bisa menggunakan bus Transjakarta tanpa perlu keluar stasiun LRT, begitupun sebaliknya.
Selain itu, lanjut Iwan, integrasi LRT dan Bus Transjakarta itu pun bisa menjadi pengganti integrasi antar moda apabila fase II LRT velodrome-Dukuh Atas-Tanah Abang tidak dilanjutkan. Menurutnya, kelanjutan fase II masih dalam penyelesaian dokumen adminsitrasi sebagai syarat kelengkapan izin trase di Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Dia berharap akhir Desember ini bisa diputuskan.
"Pendanaan sudah kami usulkan ke Pemprov dan DPRD DKI. Detail trase akan dikeluarkan Kemenhub. Saat ini kami sedang melengkapi proses perlengkapan dokumen," ujarnya.
Direktur PT LRT, Allan Tandiono menyebut masih menunggu keputusan tarif dan peneyelsaian kontruksi untuk menentukan jadwal operasional LRT Velodrome-Kelapa Gading. Menurutnya, ujicoba LRT sudah selesai dilakukan dan tidak ada kendala sekalipun.
"Semua Sumber Daya Manusia (SDM) dan 16 gerbong sudah siap dioperasikan," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta, Sri Haryati mengatakan, dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2019, pihaknya merencanakan pemberian subsidi untuk LRT fase I (velodrome-Kelapa Gading).
Menurutnya, perencanaan tersebut tengah dibahas mengingat proses kontruksinya sendiri akan selesai pada akhir tahun. Termasuk soal skema Kerjasama antara pemeintah daerah DKI dengan PT Jakpro.
Sedangkan untuk LRT fase II, kata Sri, masih ada kajian dan menunggu revisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 13 Tahun 2014, perihal batas maksimal modal dasar yang bisa diberikan untuk Jakpro hanya Rp10 triliun. Sementara, total modal dasar yang telah diberikan sebesar Rp9,5 triliun.
"Kita masih membahas fase I. Fase II dikaji lagi agar tidak bermasalah," ujarnya. (Baca juga: Pengamat: LRT Jakarta Sudah Nyaman, tapi Kurang Terintegrasi)
Sri menjelaskan, besaran subsidi yang diberikan nanti diambil dari tarif ekonomi LRT dikurangi tarif yang dijangkau masyarakat. PT Jakpro melalui rekomendasi Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mengajukan usulan tarif Rp10.800. Menurutnya, hasil subsidi yang dibahas dari berbagai aspek akan berpatokan terhadap tarif rekomendasi tersebut.
"Skema kerjasamanya juga dihitung terlebih dahulu bagaimana kesiapan pemda, apakah akan dibeli kembali seluruhnya atau dikerjasamakan," pungkasnya.
Direktur Proyek LRT PT Jakpro, Iwan Takwin mengatakan, progres pembangunan LRT hanya tinggal finishing stasiun dan depo. Menurutnya, seluruh stasiun yang masih dalam tahap pengerjaan pada saat ini sudah 90% dan ditargetkan selesai pada akhir November. Sedangkan untuk Depo ditargetkan selesai akhir Desember atau awal Januari.
Sebab, kata Iwan, ada pemasangan sistem yang cukup menyita waktu di dalam Depo, seperti sistem persinyalan, integrasi komunikasi, kontrol operasional dan sebagainya.
"LRT Velodrome-Kelapa Gading tetap akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya sesuai aturan. Tiga stasiun LRT akan terintegrasi dengan tiga halte bus Transjakarta," kata Iwan saat dihubungi, Senin (22/10/2018).
Iwan menjelaskan, tiga stasiun LRT nantinya akan terhubung dengan halte bus Transjakarta menggunakan Skybridge. Di antaranya yaitu, Stasiun Velodrome, Pulomas di Perintis Kemerdekaan dan Depo Kelapa Gading. Dengan adanya skybridge dari stasiun ke halte, penumpang LRT yang ingin melanjutkan perjalanan ke Dukuh Atas atau lainnya bisa menggunakan bus Transjakarta tanpa perlu keluar stasiun LRT, begitupun sebaliknya.
Selain itu, lanjut Iwan, integrasi LRT dan Bus Transjakarta itu pun bisa menjadi pengganti integrasi antar moda apabila fase II LRT velodrome-Dukuh Atas-Tanah Abang tidak dilanjutkan. Menurutnya, kelanjutan fase II masih dalam penyelesaian dokumen adminsitrasi sebagai syarat kelengkapan izin trase di Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Dia berharap akhir Desember ini bisa diputuskan.
"Pendanaan sudah kami usulkan ke Pemprov dan DPRD DKI. Detail trase akan dikeluarkan Kemenhub. Saat ini kami sedang melengkapi proses perlengkapan dokumen," ujarnya.
Direktur PT LRT, Allan Tandiono menyebut masih menunggu keputusan tarif dan peneyelsaian kontruksi untuk menentukan jadwal operasional LRT Velodrome-Kelapa Gading. Menurutnya, ujicoba LRT sudah selesai dilakukan dan tidak ada kendala sekalipun.
"Semua Sumber Daya Manusia (SDM) dan 16 gerbong sudah siap dioperasikan," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta, Sri Haryati mengatakan, dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2019, pihaknya merencanakan pemberian subsidi untuk LRT fase I (velodrome-Kelapa Gading).
Menurutnya, perencanaan tersebut tengah dibahas mengingat proses kontruksinya sendiri akan selesai pada akhir tahun. Termasuk soal skema Kerjasama antara pemeintah daerah DKI dengan PT Jakpro.
Sedangkan untuk LRT fase II, kata Sri, masih ada kajian dan menunggu revisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 13 Tahun 2014, perihal batas maksimal modal dasar yang bisa diberikan untuk Jakpro hanya Rp10 triliun. Sementara, total modal dasar yang telah diberikan sebesar Rp9,5 triliun.
"Kita masih membahas fase I. Fase II dikaji lagi agar tidak bermasalah," ujarnya. (Baca juga: Pengamat: LRT Jakarta Sudah Nyaman, tapi Kurang Terintegrasi)
Sri menjelaskan, besaran subsidi yang diberikan nanti diambil dari tarif ekonomi LRT dikurangi tarif yang dijangkau masyarakat. PT Jakpro melalui rekomendasi Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mengajukan usulan tarif Rp10.800. Menurutnya, hasil subsidi yang dibahas dari berbagai aspek akan berpatokan terhadap tarif rekomendasi tersebut.
"Skema kerjasamanya juga dihitung terlebih dahulu bagaimana kesiapan pemda, apakah akan dibeli kembali seluruhnya atau dikerjasamakan," pungkasnya.
(mhd)