15 Pelukis Disabilitas Goreskan Karyanya di Tembok Balai Kota Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berkolaborasi dengan PT Transjakarta, mengadakan kegiatan seni lukis mural yang diikuti oleh penyandang disabilitas. Kegiatan yang berlangsung di Balai Kota Jakarta, ini dalam rangka menyemarakkan Asian Para Games 2018.
Mural adalah menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok, atau media luas lainnya yang bersifat permanen. Kegiatan ini diikuti 15 peserta dan turut dihadiri Wakil Ketua The Official Account of Indonesia Asian Para Games 2018 Organizing Committee (INAPGOC) Sylviana Murni dan Direktur Utama Transjakarta Budi Kaliwono.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, sangat syukur atas penyelanggaraan kegiatan ini, karena dari berbagai pihak dapat berkumpul bersama untuk menyaksikan karya-karya dan proses pembuatan lukisan mural dari para penyandang disabilitas.
Anies dalam kesempatan itu secara simbolis melukis arah panah. Lalu diikuti para peserta dengan melukis mural di atas kanvas berukuran panjang 20 meter dan tinggi 2,5 meter yang ditempel di tembok ruang Balai Agung.
Saat kegiatan berlangsung Anies menyetel dua lagu instrumen piano klasik, yaitu ‘Ode to Joy’ dan ‘Fur Alise’ karya Ludwig van Beethoven. Anies menceritakan, dua karya fenomenal tersebut dibuat oleh seorang penyandang tuna rungu. Ludwig van Beethoven berhasil menunjukkan karya musik yang tidak bisa didengarnya tapi tidak hasilnya lekang oleh zaman.
"Beethoven, itu kalau dihitung, sejak sekitar tahun 1810 sampai sekarang, berarti 208 tahun, dan sampai sekarang kita masih mendengar karyanya," ujar Anies di Balai Kota, Kamis (11/10/2018).
Anies Baswedan secara simbolis melukis arah panah.
Anies menyampaikan apresiasi kepada PT Transjakarta yang telah menfasilitasi kegiatan tersebut. "Saya ingin sampaikan terima kasih kepada Transjakarta yang sudah memfasilitasi. Terima kasih kepada teman-teman INAPGOC dan juga para orang tua yang sudah membimbing selama ini. Tanpa dukungan dari orang tua, ini semua tidak akan terjadi," tandasnya.
Anies berharap karya seni mural ini menjadi pengingat bahwa seni adalah kesempatan yang dapat diakses oleh siapa saja, termasuk penyandang disabilitas.
"Kita semua di Jakarta ingin agar momen penting di mana ada INAPGOC sebagai pengingat. Kehadiran panitia ini bukan sekadar sebagai penyelenggara, tapi juga menjadi pengingat bagi kita semua," kata Anies.
Anies juga berpesan agar tidak menganggap ekspresi seni bisa terhambat karena persoalan fisik. Seni adalah ekspresi rasa dengan apa yang dilakukan, dengan penuh perasaan dan hati.
Selain kegiatan melukis, PT Transjakarta juga menggelar workshop bagi para atlet Asian Para Games 2018 di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Transjakarta juga memfasilitasi 2.000 penyandang disabilitas untuk menyaksikan pertandingan Asian Para Games 2018 dengan harapan bisa menginspirasi mereka untuk selalu optimistis.
Mural adalah menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok, atau media luas lainnya yang bersifat permanen. Kegiatan ini diikuti 15 peserta dan turut dihadiri Wakil Ketua The Official Account of Indonesia Asian Para Games 2018 Organizing Committee (INAPGOC) Sylviana Murni dan Direktur Utama Transjakarta Budi Kaliwono.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, sangat syukur atas penyelanggaraan kegiatan ini, karena dari berbagai pihak dapat berkumpul bersama untuk menyaksikan karya-karya dan proses pembuatan lukisan mural dari para penyandang disabilitas.
Anies dalam kesempatan itu secara simbolis melukis arah panah. Lalu diikuti para peserta dengan melukis mural di atas kanvas berukuran panjang 20 meter dan tinggi 2,5 meter yang ditempel di tembok ruang Balai Agung.
Saat kegiatan berlangsung Anies menyetel dua lagu instrumen piano klasik, yaitu ‘Ode to Joy’ dan ‘Fur Alise’ karya Ludwig van Beethoven. Anies menceritakan, dua karya fenomenal tersebut dibuat oleh seorang penyandang tuna rungu. Ludwig van Beethoven berhasil menunjukkan karya musik yang tidak bisa didengarnya tapi tidak hasilnya lekang oleh zaman.
"Beethoven, itu kalau dihitung, sejak sekitar tahun 1810 sampai sekarang, berarti 208 tahun, dan sampai sekarang kita masih mendengar karyanya," ujar Anies di Balai Kota, Kamis (11/10/2018).
Anies Baswedan secara simbolis melukis arah panah.
Anies menyampaikan apresiasi kepada PT Transjakarta yang telah menfasilitasi kegiatan tersebut. "Saya ingin sampaikan terima kasih kepada Transjakarta yang sudah memfasilitasi. Terima kasih kepada teman-teman INAPGOC dan juga para orang tua yang sudah membimbing selama ini. Tanpa dukungan dari orang tua, ini semua tidak akan terjadi," tandasnya.
Anies berharap karya seni mural ini menjadi pengingat bahwa seni adalah kesempatan yang dapat diakses oleh siapa saja, termasuk penyandang disabilitas.
"Kita semua di Jakarta ingin agar momen penting di mana ada INAPGOC sebagai pengingat. Kehadiran panitia ini bukan sekadar sebagai penyelenggara, tapi juga menjadi pengingat bagi kita semua," kata Anies.
Anies juga berpesan agar tidak menganggap ekspresi seni bisa terhambat karena persoalan fisik. Seni adalah ekspresi rasa dengan apa yang dilakukan, dengan penuh perasaan dan hati.
Selain kegiatan melukis, PT Transjakarta juga menggelar workshop bagi para atlet Asian Para Games 2018 di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Transjakarta juga memfasilitasi 2.000 penyandang disabilitas untuk menyaksikan pertandingan Asian Para Games 2018 dengan harapan bisa menginspirasi mereka untuk selalu optimistis.
(thm)