Pemkab Bogor Segera Operasikan Hotel Bintang Tiga Senilai Rp32 Miliar
A
A
A
BOGOR - Guna meningkatkan potensi pendapatan asli daerah (PAD), Pemkab Bogor segera mengoperasikan hotel bintang tiga yang dikelola PT Sayaga Wisata selaku Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Jalan Raya Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, akhir tahun ini. Meski sempat molor dari rencana awal namun direksi perusahaan pelat merah itu tetap berani menjamin akhir tahun ini proyek pembangunannya selesai dan langsung bisa dioperasikan.
Direktur Utama PT Sayaga Wisata, Supriyadi Jufri mengatakan, progres pembangunan hotel yang berdiri diatas lahan 5.000 meter persegi itu sudah di atas 50%. Jika melihat dari kontrak kerja pelaksana proyek, lanjut Supriyadi, seharusnya pengejaan bisa selesai Agustus lalu, namun mundur dan dipastikan Oktober ini bisa selesai.
"Banyak kendala sejak awal perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan. Setelah teken kontrak dengan PT Amarta Karya– PT Saritama Purna (KSO) selaku pemenang lelang, Agustus tahun lalu, tiga bulan selanjutnya baru masuk ke proses perencanaan," kata Supriyadi pada wartawan Jumat (5/10/2018).
"Di sini ada keterlambatan. Jika berbicara masalah anggaran, kita akui memang pembangunan Hotel Sayaga ini berat dikonstruksi, karena lahannya merupakan bekas tanah rawa," ungkapnya. Meski demikian, lanjut dia, pihaknya memastikan dan sudah mendesak pihak kontraktor untuk sesegera mungkin menyelesaikan Oktober ini dan diperkirakan akhir tahun bisa beroperasi.
"Sekarang itu, sebetulnya sudah 52% pekerjaan. Tapi kalau mekanikal elektrik gedung (MEG) datang itu sudah 70%. Mereka (kontrakator) saat ini sedang berupaya menghadirkan itu, tapi lambat karena alasan kurs rupiah sedang melemah," ujarnya.
Menurutnya secara proyek, PT Sayaga aman, tapi peluang pendapatan yang menjadi target PAD tidak aman. "Artinya, jika hotel ini jadi Oktober, otomatis November bisa jalankan. Peluang pendapatan itulah yang tak aman," katanya.
Supriyadi menuturkan, anggaran Rp32 miliar untuk bangun hotel delapan lantai di tanah rawa itu, maka dari itu pihaknya sempat mengusulkan pinjaman ke bank Rp11 miliar. "Tapi sampai saat ini belum disetujui," jelasnya.
Tak hanya itu sejak awal, lanjut dia, proses pembangunan Hotel Sayaga memang tidak menggunakan detail engineering design (DED), tapi design and build (DAB). Secara keseluruhan, tender akan lebih singkat waktunya, tapi pelaksanaannya terbilang baru, sehingga belum terbiasa.
"Harus konsultasi ke sana kemari, tapi enggak apa-apa itu bagian pembelajaran. Untuk DAB ini, pokoknya anggaran Rp32 miliar harus jadi 80 kamar, ada kolam renang, ballroom dan lainnya," jelasnya.
Dia juga menjelaskan, jika hotel ini beroperasi banyak peluang untuk meningkatkan PAD. Selain lokasinya yang strategis, karena letaknya sangat dekat dengan kompleks Pemkab Bogor Jalan Raya Tegar Beriman, ditambah belum ada pesaing bisnis.
"Target pasar kita adalah tamu daerah yang hendak kunjungan atau studi banding ke Kabupaten Bogor. Kita sudah hitung dalam satu hari berapa DPRD di Indonesia yang kunjungan ke Kabupaten Bogor, nanti kita akan garap itu termasuk rencana perjalanan dan kegiatannya,. Belum dinas-dinas atau SKPD," jelasnya.
Sementara itu, Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor, Adang Suptandar berharap dengan berdiri dan dioperasikannya bisnis penginapan pertama milik Pemkab Bogor ini dapat meningkatkan PAD. Apalagi, lanjut dia, bisnis hotel dan beberapa bisnis lain yang dilaksanakan PT Sayaga Wisata sudah melewati kajian yang matang dan panjang.
"Itu sesuai dengan salah satu tujuan awal dari pendirian awal BUMD itu untuk dapat memberikan kontribusi PAD kepada Pemkab Bogor makanya harus profitable," terangnya. Pemkab Bogor sudah menyerahkan aset tanah, tempat didirikannya hotel bintang tiga itu.
Menurutnya sejak empat tahun lalu didirikannya BUMD Pariwisata dengan penyertaan modal Rp70 miliar itu, yang harus dijalankan PT Sayaga Wisata itu ada tiga bisnis sesuai bisnis plan mereka. "Nah hotel atau resort ini sebagai, bisnis utama yang memang sudah dicanangkan PT Sayaga Wisata, selain pengembangan kawasan wisata terpadu camping ground dan agen travel lainnya," ucapnya.
Direktur Utama PT Sayaga Wisata, Supriyadi Jufri mengatakan, progres pembangunan hotel yang berdiri diatas lahan 5.000 meter persegi itu sudah di atas 50%. Jika melihat dari kontrak kerja pelaksana proyek, lanjut Supriyadi, seharusnya pengejaan bisa selesai Agustus lalu, namun mundur dan dipastikan Oktober ini bisa selesai.
"Banyak kendala sejak awal perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan. Setelah teken kontrak dengan PT Amarta Karya– PT Saritama Purna (KSO) selaku pemenang lelang, Agustus tahun lalu, tiga bulan selanjutnya baru masuk ke proses perencanaan," kata Supriyadi pada wartawan Jumat (5/10/2018).
"Di sini ada keterlambatan. Jika berbicara masalah anggaran, kita akui memang pembangunan Hotel Sayaga ini berat dikonstruksi, karena lahannya merupakan bekas tanah rawa," ungkapnya. Meski demikian, lanjut dia, pihaknya memastikan dan sudah mendesak pihak kontraktor untuk sesegera mungkin menyelesaikan Oktober ini dan diperkirakan akhir tahun bisa beroperasi.
"Sekarang itu, sebetulnya sudah 52% pekerjaan. Tapi kalau mekanikal elektrik gedung (MEG) datang itu sudah 70%. Mereka (kontrakator) saat ini sedang berupaya menghadirkan itu, tapi lambat karena alasan kurs rupiah sedang melemah," ujarnya.
Menurutnya secara proyek, PT Sayaga aman, tapi peluang pendapatan yang menjadi target PAD tidak aman. "Artinya, jika hotel ini jadi Oktober, otomatis November bisa jalankan. Peluang pendapatan itulah yang tak aman," katanya.
Supriyadi menuturkan, anggaran Rp32 miliar untuk bangun hotel delapan lantai di tanah rawa itu, maka dari itu pihaknya sempat mengusulkan pinjaman ke bank Rp11 miliar. "Tapi sampai saat ini belum disetujui," jelasnya.
Tak hanya itu sejak awal, lanjut dia, proses pembangunan Hotel Sayaga memang tidak menggunakan detail engineering design (DED), tapi design and build (DAB). Secara keseluruhan, tender akan lebih singkat waktunya, tapi pelaksanaannya terbilang baru, sehingga belum terbiasa.
"Harus konsultasi ke sana kemari, tapi enggak apa-apa itu bagian pembelajaran. Untuk DAB ini, pokoknya anggaran Rp32 miliar harus jadi 80 kamar, ada kolam renang, ballroom dan lainnya," jelasnya.
Dia juga menjelaskan, jika hotel ini beroperasi banyak peluang untuk meningkatkan PAD. Selain lokasinya yang strategis, karena letaknya sangat dekat dengan kompleks Pemkab Bogor Jalan Raya Tegar Beriman, ditambah belum ada pesaing bisnis.
"Target pasar kita adalah tamu daerah yang hendak kunjungan atau studi banding ke Kabupaten Bogor. Kita sudah hitung dalam satu hari berapa DPRD di Indonesia yang kunjungan ke Kabupaten Bogor, nanti kita akan garap itu termasuk rencana perjalanan dan kegiatannya,. Belum dinas-dinas atau SKPD," jelasnya.
Sementara itu, Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor, Adang Suptandar berharap dengan berdiri dan dioperasikannya bisnis penginapan pertama milik Pemkab Bogor ini dapat meningkatkan PAD. Apalagi, lanjut dia, bisnis hotel dan beberapa bisnis lain yang dilaksanakan PT Sayaga Wisata sudah melewati kajian yang matang dan panjang.
"Itu sesuai dengan salah satu tujuan awal dari pendirian awal BUMD itu untuk dapat memberikan kontribusi PAD kepada Pemkab Bogor makanya harus profitable," terangnya. Pemkab Bogor sudah menyerahkan aset tanah, tempat didirikannya hotel bintang tiga itu.
Menurutnya sejak empat tahun lalu didirikannya BUMD Pariwisata dengan penyertaan modal Rp70 miliar itu, yang harus dijalankan PT Sayaga Wisata itu ada tiga bisnis sesuai bisnis plan mereka. "Nah hotel atau resort ini sebagai, bisnis utama yang memang sudah dicanangkan PT Sayaga Wisata, selain pengembangan kawasan wisata terpadu camping ground dan agen travel lainnya," ucapnya.
(whb)