Pengamanan Pertandingan Sepak Bola Wajib Dievaluasi

Selasa, 25 September 2018 - 00:13 WIB
Pengamanan Pertandingan...
Pengamanan Pertandingan Sepak Bola Wajib Dievaluasi
A A A
JAKARTA - Psikolog Forensik sekaligus Kriminolog Universitas Indonesia, Reza Indra Giri menilai pengamanan pertandingan wajib dievaluasi menyusul tewasnya The Jak, Haringga Sirila (23) saat laga Persib vs Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Gedebage, Kota Bandung, Minggu (23/9/2018).

Reza melihat kejadian ini bukan karena antarindividu maupun kelompok semata. Melainkan karena personel polisi yang tak sebanding dengan warga yang harus dilayani. Terlebih bila dalam sewaktu pertanding sepak bola dengan tensi tinggi dan rivalitas lama, keamanan maksimum harus dilakukan.

“Memang harus diakui jumlah personel kita tidak sebanding proporsional dengan jumlah yang dilayani,” kata Reza saat disindir mengenai kondisi jumlah personel polisi, Senin (24/9/2018).

Reza melihat sebenarnya kekurangan itu bisa diminimalisir dengan polisi yang lebih cermat dalam menilai situasi dari huru hara. Karena itu pihaknya mendorong agar evaluasi dilakukan.

“Ini potensi ricuh. Benturan sangat tinggi, dengan kata lain jumlah sisi kelebihan tapi sisi lain. Situasi perlu dievaluasi lebih lanjut,” katanya sembari menjelaskan kecermatan bisa dilakukan untuk membaca resiko.

Mengenai korban yang tewas, Reza melihat Haringga merupakan orang nekat. Sekalipun larangan untuk tak datang, namun kesetian, loyalitas, hingga penghambaan terhadap tokoh maupun pihak tertentu atau kelembagaan menjadi bumerang. Sikap ini dinamakan Hindsight Bias.

“Proses berpikir menyimpang yang ditandai keyakinan kuat bahwa aku mampu lolos dari maut, aku sanggup menghindari bahaya, aku digdaya mengatasi bahaya,” kata Sekjend LPAI.

Kecenderungan berpikir bias semacam itu tidak hanya menjangkiti satu dua macam orang. Tapi banyak orang yang berpikir bias macam itu. Itu yang mendasari, kenapa orang nekat pergi ke luar rumah sendiri malam hari. Ada yang nekat berpergian tidak menggunakan helm.

Sementara terhadap pelakunya, dua di antaranya di bawah umur. Reza melihat ini suatu fanatisme yang berpikir salah. Kondisi ini lebih pada ingin dihargai oleh kelompoknya.

“Bahwa agresivitas, kecenderungan berperilaku resiko menyerempet bahaya membuat energi berlipat ganda berkat masuknya mereka kedalam sebuah massa atau kelompok,” tutupnya. (Baca Juga: Cegah Bentrok Suporter Bola, Psikolog: Beri Edukasi dari Seluruh Lini)
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1073 seconds (0.1#10.140)