Ini Penyebab Macet Parah di Kawasan Rawa Bokor

Minggu, 16 September 2018 - 18:14 WIB
Ini Penyebab Macet Parah...
Ini Penyebab Macet Parah di Kawasan Rawa Bokor
A A A
JAKARTA - Konflik dump truk tanah yang dilarang melintas di kawasan Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat berimbas kemacetan di kawasan Rawa Bokor, Tangerang. Adanya penyempitan jalan serta volume kendaraan yang penuh membuat lalu lintas di sana tak bergerak.

Di sisi lain pengaspalan jalan menuju kawasan Dadap membuat kemacetan kian tak terurai. Imbasnya, jalanan di kawasan Rawa Bokor macet saat jam kerja. Kemacetan terparah terjadi selama tiga hari, Rabu 12-14 September 2018, kendaraan di kawasan itu tak bergerak.

Sekalipun ada petugas polisi, namun mereka tak bisa berbuat banyak. Lalu lintas padat, kendaraan besar, dan semerawutnya pengendara sepeda motor membuat kemacetan terelakan. Efek domino terjadi, hingga kendaraan di Tol Soedatmo menuju Bandara Soekarno-Hatta tak bergerak.

Warga sekitar, Endang (29), mengakui dalam sepekan terakhir, kemacetan di Rawa Bokor kian parah. Mobil dan sepeda motor tak bergerak lantaran adanya perbaikan jalan. Kondisi ini diperburuk dengan dump truk tanah yang melintas serta terjadinya botol neck di kawasan itu.

“Bisa dibilang, jalan cuman sedikit, jalan 10 menit abis itu berhenti bisa dua jam paling bentar,” ucap Endang ditemui di kawasan Jalan Husein Sastranegara, Benda, Tangerang, Banten, Minggu (16/9/2018).

Endang mengakui adanya dump truk tanah memang berimbas buruk. Kecepatan kendaraan menurun dan jalan kian sempit lantaran lantaran lebar truk memakan badan jalan. Bila berpapasan dengan truk lainnya. Kondisi jalanan kian macet parah lantaran jalan menyempit, kendaraan harus berhenti sementara dan menyebabkan kemacetan.

Kemacetan terparah terjadi saat malam hari setelah habis magrib. Tak adanya pembatasan truk di Rawa Bokor membuat volume truk meningkat. Jalanan kian macet lantaran waktu lintas truk beriringan dengan jam pulang kerja pekerja bandara.

Banyaknya truk yang melintas di kawasan Jalan Dadap disebabkan karena penolakan warga Alur, Kalideres, Jakarta Barat. Tewasnya Abdullah (18), di Jalan Kayu Besar Raya dekat ruko No 1 RT01/08, Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, Selasa 11 September 2018 karena truk, berimbas sikap anarkis warga, tujuh dump truk rusak setelah diserang warga.

Kondisi membuat pengemudi dump truk tak berani melintas. Mereka kemudian mengalihkan jalan menggunakan Tol Soedatmo keluar di off ramp Rawa Bokor dan melintas menuju Dadap. Hingga Selasa kemarin, jumlah dump truk yang melintas di kawasan Dadap kian banyak.

Pantauan KORAN SINDO di off ramp Rawa Bokor menuju Bandara Soekarno Hatta. Kondisi tak begitu padat saat hari kerja. Pekerja yang libur membuat volume kendaraan berkurang.

Meski kendaraan sedikit, namun lintas di sana sedikit macet. Penyempitan jalan terjadi mulai dari simpang tiga Rawa Bokor hingga off ramp tol sepanjang 50 meter membuat kemacetan bertambah parah. Disinilah menjadi menjadi penyebab kemacetan parah.

Kondisi diperparah dengan dump truck yang melintas. Manuver berbelok truk yang masuk dari off ramp menuju kawasan Dadap memakan waktu setengah badan jalan. Arus jalan tersendat.

Saat SINDO memantau, setangah jam menunggu di pertigaan Rawa Bokor, tercatat ada 12 truk yang menuju Dadap, dan delapan truk keluar menuju Bandara Soekarno Hatta.

Salah seorang pengendara truk, Tosin (46), mengakui dirinya melintas kawasan Rawa Bokor karena takut diserang warga di Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. Ia kemudian memilih membayar uang lebih demi keselamatan dirinya dan pesanan tanah cepat sampai. "Yah kalau telat, kita kena denda mas," ucap Tosin di lokasi.

Tosin mengakui, sekalipun kini telah mendapatkan jaminan keamanan dari Polisi dan Lurah di Tegal Alur. Namun hal itu tak membuat dirinya dan sejumlah sopir truk berani melintas. Sebab konflik antara kelompoknya, sesama sopir truk, dan warga telah terjadi sejak lama. Ia pun memilih menghindari konflik itu.

"Polisi enggak akan hadir ketika warga marah. Mereka akan ada ketika kejadian sudah usai," kata Tosin.

Tosin mengakui bila memilih, dirinya lebih baik melintasi Tegal Alur. Selain lebih cepat, jalur di sana tidak memakan uang lebih. Bila harus menggunakan tol bandara ia harus mengeluarkan uang sekitar Rp50.000 untuk biaya tol dan pak ogah di persimpangan jalan.

"Masuk tol bandara saja kita harus bayar Rp17 ribu. Kalau keluar kita kena dua kali bayar, itung saja berapa," ucapnya.

Jaber (34), warga sekitar Rawa Bokor mengakui keberadaan truk di kawasan ini bukanlah kali pertama. Dahulu truk kerap melintas. Namun karena delapan tahun lalu jalan mengalami pelebaran, truk kemudian melewati Tegal Alur. Terlebih melintas di Jalan Tegal Alur menuju Dadap jauh lebih cepat dibandingkan harus melintas dari Rawa Bokor.
Ini Penyebab Macet Parah di Kawasan Rawa Bokor
Imbas banyaknya truk yang melintas tak hanya membuat kemacetan. Jalanan menjadi rusak dan berdebu. Jalanan pun tak aman untuk dilintasi, teruma untuk anak kecil. "Dulu di sini sempat nolak, tapi sudah lama. Eh sekarang muncul lagi," kata Jaber.

Di kawasan itu pula, jalan kian parah karena ada pengaspalan dan perbaikan saluran air. Lajur jalan menyempit selebar 2 meter karena parkir alat berat dan tumpukan gundukan tanah. Padahal setiap harinya pengendara melintasi jalan itu.

"Di sini kalau macet bisa sampai berjam jam. Puncaknya tiga hari kemarin, pengendara banyak yang nginep di sini," tutur Rini (43), warga sekitar.

Rini mengakui banyak pengendara motor di sini yang melawan arus. Penerapan satu jalur, membuat pengendara malas memutar. Terlebih di jalan arteri samping parimeter selatan bandara, kondisi jalan cukup buruk, lubang jalan dan tanah berlumpur banyak di temukan di kawasan itu.

Lurah Tegal Alur, M Suratman mengatakan, pihaknya dan Polsek Kalideres telah memidiasi antara warga dan pengemudi truk. Hasil mediasi pun disepakati oleh kedua pihak ini.

Dalam mediasi ini, perusahaan angkutan dan pengurus RW sepakat angkutan truk tanah melintasi Jalan Kapuk Kamal jam operasional mulai pukul 21.00 hingga 05.00 WIB.

"Nantinya para Ketua RW 01 08, 12 akan mensosialisakan kepada warga kesepakatan tersebut," ucapnya.

Dengan pemberlakuan mediasi ini, Suratman berharap masalah Dump Truck yang melintasi kawasan Rawa Bokor tak lagi masalah. Ia pun berharap kemacetan di Rawa Bokor terurai, karena truk tak lagi takut melintasi kawasan Tegal Alur.

Ketua Organda DKI Jakarta, Syafruan Sinungan mengakui kondisi persimpangan Rawa Bokor memang mengalami masalah. Ia menyarankan agar polisi melakukan pembatasan di kawasan itu, terutama kepada dump truk yang melintas.

"Kalau bisa mereka hanya boleh melintas dari jam 9 malam sampai 5 pagi saja. Ini untuk mengatur kemacetan di kawasan itu," kata Syafruan.

Tak hanya itu, dalam pengendalian jalan, Syafruan meminta agar polisi menindak tegas sepeda motor semerawut. Operasi tilang lantas dilakukan di kawasan itu, demi mendisplinkan pengendara. Terlebih di Jabodetabek, pengendara motor menjadi penyebab kecelakaan, dengan presentasi 70% disebabkan pengguna motor.

Karena itu, tak hanya untuk mendisiplinkan. Operasi yang dilakukan bisa membuat kawasan ini menjadi tertib. Kemacetan yang disebabkan kesemerawutan pengendara bisa terurai.

Di Jakarta, kata Syafruan, pihaknya bersama BPTJ, MTI, Dishub, dan Dirlantas Polda Metro Jaya tengah merancang pembatasan jam operasional truk logistik. Dalam pemabatasan itu, Syafruan berharap masalah truk teratasi.
Ini Penyebab Macet Parah di Kawasan Rawa Bokor
Kasatlantas Polres Bandara Soekarno Hatta, Kompol Agung Wuryanto mengtakan, tak bisa berbuat banyak dengan kondisi macetnya kawasan Rawa Bokor. Hal ini disebabkan jalan di sana bukan wilayahnya.

Meski demikian, kata dia, pihaknya hanya membantu Lantas Polres Kota Besar Tangerang untuk mengurai kawasan itu. "Paling hanya itu sebatas yang bisa kami lakukan," tutupnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0978 seconds (0.1#10.140)