Kikis Premanisme, Sosiolog Sarankan Lapangan Kerja Diperluas

Selasa, 28 Agustus 2018 - 21:28 WIB
Kikis Premanisme, Sosiolog...
Kikis Premanisme, Sosiolog Sarankan Lapangan Kerja Diperluas
A A A
JAKARTA - Rektor Ibnu Chaldun, Musni Umar menilai munculnya premanisme tak lepas dari kurangnya lapangan pekerjaan. Tinggi kebutuhan hidup membuat sejumlah masyarakat kemudian menjadi preman sebagai profesi.

“Jadi karena lapangan pekerjaan kurang, mereka kemudian menjadikan ini sebagai mata pencarian. Modalnya cukup tampang seram, berani main kasar,” kata Musni ketika dihubungi, Selasa (28/8/2018).

Musni kemudian menyampaikan, aksi premanisme muncul tak hanya baru baru ini. Bahkan aksi ini terjadi sejak lama. Namun untuk kali ini, aksi lebih teorganisir dengan baik.

Mereka kemudian mengusai sejumlah lahan untuk dimanfaatkan dan menghasilkan uang. Memanfaatkan suatu pelanggaran hingga masalah ekonomi mulai dari lapak pedagang, tempat parkir, hingga lokasi lainnya.

Lokasi demikian menjadi tumbuh subur, para pedagang kemudian menjadi berasa aman setelah kejadian ini. Kondisi ini lah yang kemudian tumbuh subur diantara tatanan masyarakat.

“Jadi kemudian masyarakat menjadi merasa aman setelah dibantu preman dan dilindungi,” ucap Musni.

Namun demikian, karena peningkatan taraf hidup yang kian tinggi. Preman kemudian menaikan harganya, masyarakat yang merasa tak nyaman kemudian menjadi takut. Ini yang menjadikan aksi preman dianggap meresahkan.

Meski didesak dan diganggu, namun ketergantungan terlalu lama dan ketakutan dari masyarakat membuat mereka tak berani melapor. Karena itu polisi harus hadir membantu masyarakat demikian, hukuman berat harus diberikan.

“Pertanyaanya, apakah hukuman itu akan membuat mereka jera? Tidak, orang yang menggantungkan hidupnya dari profesi ini kembali terjun. Mereka kemudian kembali berbuat onar,” ucapnya.

Karena itu, Musni menilai premanisme bisa ditekan bila penyediaan lapangan kerja di perluas. Dengan demikian masyarakat akan bisa mencari uang dengan kondisi lebih baik. Sehingga kebutuhan bisa tercukupi.

“Jadi bisa dikatakan harus bisa menyediakan lapangan kerja lebih dari cukup. Satu lagi berikan bekal pendidikan cukup,” tuturnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1014 seconds (0.1#10.140)