Ratusan Kebakaran Terjadi di Jakbar, Kerugian Puluhan Miliar Rupiah

Rabu, 22 Agustus 2018 - 23:30 WIB
Ratusan Kebakaran Terjadi...
Ratusan Kebakaran Terjadi di Jakbar, Kerugian Puluhan Miliar Rupiah
A A A
JAKARTA - Wilayah Jakarta Barat (Jakbar) tergolong masih rawan kebakaran. Tahun ini saja hingga Juli, telah terjadi 150 kejadian kebakaran.

Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (PKP) Jakarta Barat mencatat, pada tahun 2017 kasus kebakaran tertinggi menimpa wilayah Cengkareng dengan 68 kejadian.

Kemudian menyusul wilayah Tambora dengan 45 kasus, Kebon Jeruk dan Kalideres masing masing 43 kejadian, Kembangan 36 kejadian, Grogol Petamburan 33 kejadian, Palmerah 25 kejadian, dan Taman Sari 18 kejadian. Total terjadi 311 kasus kebakaran di wilayah Jakarta Barat sepanjang 2017.

Sementara hingga Juli 2018, wilayah Cengkareng masih menjadi yang tertinggi dengan 36 kasus kebakaran. Disusul wilayah Kembangan 28 kejadian, Kalideres 26 kejadian, Tambora 22 kejadian, Grogol Petamburan 20 kejadian, dan Palmerah dan Taman Sari 13 kejadian. Total terjadi 150 kasus kejadian hingga Juli 2018.

Kepala Seksi Pengendalian Kebakaran dan Penyalamatan Sudin PKP Jakarta Barat, Rompis Romli, menyebutkan, kebakaran yang terjadi sepanjang 2017 menimbulkan kerugian bagi masyarakat sebesar Rp54 miliar. Kerugian tertinggi terjadi pada September sekitar Rp15,5 miliar, dan terendah pada mei sekitar Rp1,78 miliar.

“Di tahun itu, ada sembilan warga yang meninggal dan 31 luka-luka. Sementara untuk petugas ada 14 orang yang mengalami luka,” ujar Rompis, Rabu (22/8/2018).

Sedangkan dari 150 kasus kebakaran hingga Juli 2018, menyebabkan kerugian sekitar Rp31 miliar. Kerugian tertinggi terjadi di bulan Juli sekitar Rp7,2 miliar dan terendah di bulan Juni sekitar Rp2 miliar. Untuk korban luka mencapai tiga orang, dimana empat korban meninggal dunia, dan dua petugas terluka.

Menurut Rompis, permukiman padat penduduk menjadi lokasi yang sering terjadi kebakaran. Di tahun 2017, tercatat 103 lokasi yang terbakar terjadi di pemukiman padat penduduk dan hingga Juli 2018 tercatat 51 lokasi.

Dibandingkan lima tahun belakangan, kata Rompis, kebakaran yang terjadi di Jakarta Barat mengalami perubahan. Wilayah Tambora yang dulunya menjadi lokasi tertinggi bergeser ke wilayah Cengkareng.

Rompis tak menampik, penurunan yang terjadi di Tambora dikarenakan adanya sosialisasi penanganan kebakaran dengan cara ‘door to door’ yang dilakukan pihaknya dan antisipasi yang meningkat dari pihak kecamatan.

Dalam sosialiasi itu petugas berbagi tips, misalnya mematikan saluran listrik apabila terjadi konsleting, dan karung basah saat kompor meleduk. Petugas juga meminta warga untuk menjaga aliran listrik dan tidak asal pasang saklar. “Kebanyakan penyebab kebakaran terjadi karena konsleting listrik. Ditambah musim kemarau, api menjadi cepat membesar,” jelas Rompis.

Sementara itu, Camat Tambora, Djaharuddin, mengatakan, penurunan kebakaran di wilayahnya tak lepas dari penindakan yang mereka lakukan. Setiap pekan pada hari Rabu pihak kecamatan bersama PLN, Satpol PP, TNI, dan Polri, menyisir pemukiman dan merazia pemasangan listrik ilegal. “Kami meyakini banyak penyebab kebakaran dari sambungan ilegal,” tuturnya.

Djaharuddin mengakui, apabila dibandingkan dengan Cengkareng, Tambora sendiri merupakan wilayah rawan kebakaran. Kondisi permukiman yang padat dan banyaknya jaringan listrik asal pasang menjadi penyebab utamanya.

Karena itu, bersama Sudin Penanggulang Kebakaran dan Pencegahan Jakarta Barat, dan sejumlah perusahaan swasta, pihaknya terus melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran. Salah satunya dengan menyebar hydrant dan alat pemadam api ringan (apar).
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0689 seconds (0.1#10.140)