Masih Ditemukan Hewan Kurban di Bekasi Alami Radang Mata
A
A
A
BEKASI - Menjelang Idul Adha 2018, Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Bekasi terus melakukan pemeriksaan terhadap hewan kurban di wilayahnya. Dalam pemeriksaan itu, masih ditemukan sejumlah penyakit kepada hewan kurban yang dijajakan pedagang di wilayahnya.
Meski tidak membahayakan, akan tetapi sejumlah sapi dan domba yang dijual belikan masih mengalami penyakit rhinitis atau radang mata. "Ada tujuh kecamatan, kita temukan hewan kurban sakit radang mata," ujar Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, Distanikan Kota Bekasi, Satia Sriwijayanti.
Selain ditemukan radang mata, kata dia, ada juga hewan yang mengalami kelelahan. Menurutnya, pemeriksaan akan terus dilakukan ke seluruh lapak penjual hewan kurban. Pada pemeriksaan di tujuh kecamatan itu telah ditemukan 3 hewan sapi yang terjangkit rhinitis dari satu pedagang.
Termasuk penyakit lesi padan kelopak mata. Apalagi, pemeriksaan di enam kecamatan itu dilakukan kepada enam titik penjual yang berada di Kecamatan Bekasi Selatan. Sehingga, kalau di total hewan yang terjangkit rhinitis ada sebanyak sembilan hewan.
Saat ini, kata Satia, tim pemeriksaan hewan diperbantukan dari praktisi dokter hewan dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Bahkan, ada juga dilibatikan dua petugas paramedis selama melakukan pengecekan ke sejumlah penjual hewan.
Untuk pemeriksaan kali ini, pihaknya menerjunkan enam tim yang akan bergerak melakukan pemriksaan dan pengawasan di 12 Kecamatan di Kota Bekasi. "Pemeriksaan hewan kurban dilakukan sejak h-10, hingga nanti h+2 ditempat pemotongan hewan di masjid-masjid," ungkapnya.
Satia mengaku, pemeriksaan ini telah melakukan pengecekan ke hewan jenis Sapi sebanyak 1911 ekor, untuk jenis kambing sebanyak 1.664 ekor, dan domba sebanyak 308 ekor. Rata-rata seluruh hewan itu dikirim dari Wonosobo, Pekalongan, Ponorogi, Madura dan Bali.
Praktisi Dokter Hewan Indonesia, Jawa Barat V, Ajat Sudrajat mengatakan, tingkat trauma yang dialami hewan itu alami. Sama halnya dengan manusia yang menempuh perjalanan jauh tubuh tidak kuat, hingga akhirnya drop saat berada di kendaraan.
"Hewan juga sama dengan manusia, mereka perlu istirahat. Kalau manusia bisa tiga hari menempuh Bali-Bekasi via darat. Tapi baiknya untuk hewan ternak minimal enam hari dari Bali ke Bekasi. Hal itu dilakukan dengan cara diperbanyak transit, agar hewan tersebut tidak stres," katanya.
Distanikan mengklaim dua daerah seperti Bali dan Kupang mendominasi hewan kurban jenis sapi yang paling banyak dijual di musim kurban. Sedang, untuk sapi impor sudah tidak dijualbelikan lantaran adanya aturan dari pemerintah pusat.
Meski tidak membahayakan, akan tetapi sejumlah sapi dan domba yang dijual belikan masih mengalami penyakit rhinitis atau radang mata. "Ada tujuh kecamatan, kita temukan hewan kurban sakit radang mata," ujar Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, Distanikan Kota Bekasi, Satia Sriwijayanti.
Selain ditemukan radang mata, kata dia, ada juga hewan yang mengalami kelelahan. Menurutnya, pemeriksaan akan terus dilakukan ke seluruh lapak penjual hewan kurban. Pada pemeriksaan di tujuh kecamatan itu telah ditemukan 3 hewan sapi yang terjangkit rhinitis dari satu pedagang.
Termasuk penyakit lesi padan kelopak mata. Apalagi, pemeriksaan di enam kecamatan itu dilakukan kepada enam titik penjual yang berada di Kecamatan Bekasi Selatan. Sehingga, kalau di total hewan yang terjangkit rhinitis ada sebanyak sembilan hewan.
Saat ini, kata Satia, tim pemeriksaan hewan diperbantukan dari praktisi dokter hewan dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Bahkan, ada juga dilibatikan dua petugas paramedis selama melakukan pengecekan ke sejumlah penjual hewan.
Untuk pemeriksaan kali ini, pihaknya menerjunkan enam tim yang akan bergerak melakukan pemriksaan dan pengawasan di 12 Kecamatan di Kota Bekasi. "Pemeriksaan hewan kurban dilakukan sejak h-10, hingga nanti h+2 ditempat pemotongan hewan di masjid-masjid," ungkapnya.
Satia mengaku, pemeriksaan ini telah melakukan pengecekan ke hewan jenis Sapi sebanyak 1911 ekor, untuk jenis kambing sebanyak 1.664 ekor, dan domba sebanyak 308 ekor. Rata-rata seluruh hewan itu dikirim dari Wonosobo, Pekalongan, Ponorogi, Madura dan Bali.
Praktisi Dokter Hewan Indonesia, Jawa Barat V, Ajat Sudrajat mengatakan, tingkat trauma yang dialami hewan itu alami. Sama halnya dengan manusia yang menempuh perjalanan jauh tubuh tidak kuat, hingga akhirnya drop saat berada di kendaraan.
"Hewan juga sama dengan manusia, mereka perlu istirahat. Kalau manusia bisa tiga hari menempuh Bali-Bekasi via darat. Tapi baiknya untuk hewan ternak minimal enam hari dari Bali ke Bekasi. Hal itu dilakukan dengan cara diperbanyak transit, agar hewan tersebut tidak stres," katanya.
Distanikan mengklaim dua daerah seperti Bali dan Kupang mendominasi hewan kurban jenis sapi yang paling banyak dijual di musim kurban. Sedang, untuk sapi impor sudah tidak dijualbelikan lantaran adanya aturan dari pemerintah pusat.
(maf)