Bermodal Tato dan Wajah Seram, Tukang Palak Berkeliaran di Ancol
A
A
A
JAKARTA - Menjelang Asian Games 2018, tukang palak mulai berkeliaran kawasan Ancol. Mereka meminta uang kepada pengunjung Ancol.
Bermodal wajah seram dan tato yang diperlihatkan di badannya. Para tukang palak bergerombol meminta uang kepada sejumlah pengunjung Ancol yang menggunakan taksi online.
Bahkan beberapa pemalak itupun kemudian membuka pintu mobil secara paksa. Mereka meminta uang dengan kisaran Rp5.000 hingga Rp20.000. Bila tak diberi, pemalak ini mengancam akan melukai pengunjung dan meleceti mobil driver online.
"Dari pada saya luka, lebih baik saya kasih saja," ucap Adi (27), salah seorang korban di Jakarta, Rabu (10/7/2018).
Dalam perayaan Asian Games 2018 nanti, Ancol ditetapkan sebagai venue dua cabang olahraga, yakni Jetski dan Perahu Layar. Kedua tempat itu berada dalam pantai aAncol.
Adi yang kala itu pulang kerja, usai menghadiri rapat di kawasan ancol itu sempat memberikan uangnya sebesar Rp20.000 untuk dua pemalak.
Manager Coorporate Communication PT Impian Jaya Ancol, Rika Lestari mengakui tentang aksi pemalakan itu. Namun karena lokasinya berada di luar Ancol, pihaknya tak bisa berbuat banyak.
"Kami telah berkoordinasi dengan Polsek Pademangan untuk melakukan penertiban," ucap Rika yang mengaku akan mengintensifkan pengawasan.
Kapolsek Pademangan, Kompol Suhartatik mengakui, lemahnya pengawasan terhadap kasus tersebut. Padahal, kasus tersebut telah ditangani sebelum video kasus pemalakan viral di media sosial.
"Kita sedikit agak kendor terhadap kasus itu," kata Suhartatik kepada wartawan.
Dia enggan memastikan kapan pelaku pemalakan dalam video ditangkap. Namun, kegiatan patroli tetap dilakukan sesuai dengan program tetap (protap).
"Kalau kita prediksi berapa lama pelaku ditangkap kita ngga bisa mengatakan berapa lama ya. Pokoknya setiap ada gelagat seperti itu kita langsung tindaklanjuti dan amankan pelaku," terangnya.
Sebelumnya, Kapolri Jendral Tito Karnavian menegaskan dalam perayaan Asian Games 2018, Jakarta dan Palembang harus bebas dari aksi premanisme, termasuk pemalakan. Bahkan Tito tak segan akan mencopot Kapolres maupun Kapolsek yang tidak mampu mengatasi premanisme.
Bermodal wajah seram dan tato yang diperlihatkan di badannya. Para tukang palak bergerombol meminta uang kepada sejumlah pengunjung Ancol yang menggunakan taksi online.
Bahkan beberapa pemalak itupun kemudian membuka pintu mobil secara paksa. Mereka meminta uang dengan kisaran Rp5.000 hingga Rp20.000. Bila tak diberi, pemalak ini mengancam akan melukai pengunjung dan meleceti mobil driver online.
"Dari pada saya luka, lebih baik saya kasih saja," ucap Adi (27), salah seorang korban di Jakarta, Rabu (10/7/2018).
Dalam perayaan Asian Games 2018 nanti, Ancol ditetapkan sebagai venue dua cabang olahraga, yakni Jetski dan Perahu Layar. Kedua tempat itu berada dalam pantai aAncol.
Adi yang kala itu pulang kerja, usai menghadiri rapat di kawasan ancol itu sempat memberikan uangnya sebesar Rp20.000 untuk dua pemalak.
Manager Coorporate Communication PT Impian Jaya Ancol, Rika Lestari mengakui tentang aksi pemalakan itu. Namun karena lokasinya berada di luar Ancol, pihaknya tak bisa berbuat banyak.
"Kami telah berkoordinasi dengan Polsek Pademangan untuk melakukan penertiban," ucap Rika yang mengaku akan mengintensifkan pengawasan.
Kapolsek Pademangan, Kompol Suhartatik mengakui, lemahnya pengawasan terhadap kasus tersebut. Padahal, kasus tersebut telah ditangani sebelum video kasus pemalakan viral di media sosial.
"Kita sedikit agak kendor terhadap kasus itu," kata Suhartatik kepada wartawan.
Dia enggan memastikan kapan pelaku pemalakan dalam video ditangkap. Namun, kegiatan patroli tetap dilakukan sesuai dengan program tetap (protap).
"Kalau kita prediksi berapa lama pelaku ditangkap kita ngga bisa mengatakan berapa lama ya. Pokoknya setiap ada gelagat seperti itu kita langsung tindaklanjuti dan amankan pelaku," terangnya.
Sebelumnya, Kapolri Jendral Tito Karnavian menegaskan dalam perayaan Asian Games 2018, Jakarta dan Palembang harus bebas dari aksi premanisme, termasuk pemalakan. Bahkan Tito tak segan akan mencopot Kapolres maupun Kapolsek yang tidak mampu mengatasi premanisme.
(mhd)