Rugi Rp51 M, Alasan RS Aria Sentra Medika Lakukan PHK Massal
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Kepala Divisi Legal RS Aria Sentra Medika Djenny Suharso mengatakan, pihaknya melakukan PHK massal, karena kerap mengalami kerugian.
"RS selalu merugi selama lima tahun terakhir sampai pihak Yayasan Fatmawati tidak sanggup melakukan subsidi," kata Djenny kepada wartawan, disela aksi demonstrasi berlangsung, Rabu 6 Juni 2018 sore.
Dijelaskan dia, keputusan PHK itu diambil untuk restrukturisasi RS demi efisiensi pengeluaran dari gaji karyawan dan mengganti sejumlah kerugian di bagian umum dari karyawan jadi outsourcing.
"Prinsipnya begini, rumah sakit ini milik Yayasan Fatmawati. Lima tahun ini rugi Rp51 miliar. Terus disubsidi yayasan Rp47 miliar. Di tahun kelima kolaps. Yayasan sudah tidak bisa apa-apa," sambungnya.
Dijelaskan dia, saat ini pilihan yang dipunya oleh pihak RS adalah melakukan restrukturisasi pegawai atau tutup. Maka, pilihan yang diambil adalah efisiensi.
"Perusahaan-perusahaan sekarang kan trennya begitu. Kita juga begitu. Ada beberapa yang dioutsourcingkan. Antara lain, bagian teman-teman sekuriti, OB dan maintenance driver," sambungnya.
Lebih lanjut, pihak RS menyadari jika melakukan PHK, mereka harus membayarkan haknya, seperti pesangon dan hal-hal lain yang mengikutinya.
"Saya tidak bisa menjamin waktu yang jelas terkait pemberian hak-hak itu kepada karyawan yang di-PHK. Semua akan diberikan saat kondisi keuangan RS sudah memungkinkan," pungkasnya.
"RS selalu merugi selama lima tahun terakhir sampai pihak Yayasan Fatmawati tidak sanggup melakukan subsidi," kata Djenny kepada wartawan, disela aksi demonstrasi berlangsung, Rabu 6 Juni 2018 sore.
Dijelaskan dia, keputusan PHK itu diambil untuk restrukturisasi RS demi efisiensi pengeluaran dari gaji karyawan dan mengganti sejumlah kerugian di bagian umum dari karyawan jadi outsourcing.
"Prinsipnya begini, rumah sakit ini milik Yayasan Fatmawati. Lima tahun ini rugi Rp51 miliar. Terus disubsidi yayasan Rp47 miliar. Di tahun kelima kolaps. Yayasan sudah tidak bisa apa-apa," sambungnya.
Dijelaskan dia, saat ini pilihan yang dipunya oleh pihak RS adalah melakukan restrukturisasi pegawai atau tutup. Maka, pilihan yang diambil adalah efisiensi.
"Perusahaan-perusahaan sekarang kan trennya begitu. Kita juga begitu. Ada beberapa yang dioutsourcingkan. Antara lain, bagian teman-teman sekuriti, OB dan maintenance driver," sambungnya.
Lebih lanjut, pihak RS menyadari jika melakukan PHK, mereka harus membayarkan haknya, seperti pesangon dan hal-hal lain yang mengikutinya.
"Saya tidak bisa menjamin waktu yang jelas terkait pemberian hak-hak itu kepada karyawan yang di-PHK. Semua akan diberikan saat kondisi keuangan RS sudah memungkinkan," pungkasnya.
(mhd)