Dikaitkan dengan Teror Bom, Aman Sebut Itu Skenario Pemerintah
A
A
A
JAKARTA - Terdakwa terorisme Aman Abdurrahman menyebut, dikaitkannya dia dalam sejumlah teror di Indonesia merupakan gaya baru aparat penegak hukum untuk menjeratnya. Karena selama peristiwa teror bom tersebut, Aman mengaku sedang dalam isolasi di Lapas Pasir Putih Nusakambangan.
"Sistem penjeratan kepada saya pada kasus-kasus ini merupakan gaya baru yang pertama kali," ujar Aman di PN Jakarta Selatan, Jumat (25/5/2018).
Menurutnya, JPU menyebutnya sebagai penggerak atau dalang dibalik terjadinya aksi teror bom di Thamrin , Kampung Melayu Jakarta, dan Oikumene Samarinda. Namun, dia mengaku tak tahu dengan adanya peristiwa tersebut, dia baru tahu tentang itu saat menjalani persidangannya. (Baca: Kuasa Hukum Anggap Jaksa Mengada-ada Soal Kasi Terorisme Aman )
"Semua (aksi terorisme) itu terjadi pada kurun waktu November 2016 sampai September 2017. Sedang saya diisolasi di Lapas Pasir Putih Nusakambangan sejak Februari 2016 silam," tuturnya. (Baca juga:
Dia menerangkan, selama diisolasi dia tak bisa melakukan komunikasi sedikitpun dengan siapapun, termasuk pihak luar, kecuali sipir. Sampai akhirnya, dia kembali ditangkap oleh Densus 88 pada 12 Agustus 2017.
"Hanya satu kasus saja yang saya baca dari kasus Thamrin dan saksi kunci Abugar sudah menjelaskan saya tidak ketahui perihal penyerangan itu," jelasnya.
Maka itu, bebernya, konstruksi dilibatkannya dia dalam kasus teror itu menjadi gaya penjeratan baru aparat penegak hukum. Padahal, tidak semua orang bertemu atau membaca tulisannya itu kerabatnya.
"Sistem penjeratan kepada saya pada kasus-kasus ini merupakan gaya baru yang pertama kali," ujar Aman di PN Jakarta Selatan, Jumat (25/5/2018).
Menurutnya, JPU menyebutnya sebagai penggerak atau dalang dibalik terjadinya aksi teror bom di Thamrin , Kampung Melayu Jakarta, dan Oikumene Samarinda. Namun, dia mengaku tak tahu dengan adanya peristiwa tersebut, dia baru tahu tentang itu saat menjalani persidangannya. (Baca: Kuasa Hukum Anggap Jaksa Mengada-ada Soal Kasi Terorisme Aman )
"Semua (aksi terorisme) itu terjadi pada kurun waktu November 2016 sampai September 2017. Sedang saya diisolasi di Lapas Pasir Putih Nusakambangan sejak Februari 2016 silam," tuturnya. (Baca juga:
Dia menerangkan, selama diisolasi dia tak bisa melakukan komunikasi sedikitpun dengan siapapun, termasuk pihak luar, kecuali sipir. Sampai akhirnya, dia kembali ditangkap oleh Densus 88 pada 12 Agustus 2017.
"Hanya satu kasus saja yang saya baca dari kasus Thamrin dan saksi kunci Abugar sudah menjelaskan saya tidak ketahui perihal penyerangan itu," jelasnya.
Maka itu, bebernya, konstruksi dilibatkannya dia dalam kasus teror itu menjadi gaya penjeratan baru aparat penegak hukum. Padahal, tidak semua orang bertemu atau membaca tulisannya itu kerabatnya.
(ysw)