Prostitusi Marak di Kalibata City, Ini Kata Perhimpunan Penghuni
A
A
A
JAKARTA - Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun (P3SRS) Apartemen Kalibata City menyayangkan pernyataan segelintir penghuni yang meminta penggantian pengelola apartemen Kalibata City menyusul terungkapnya praktik prostitusi di kawasan itu.
Permintaan pergantian pengelola tersebut dinilai berlebihan dan membuat suasana tidak kondusif. Dewan Pembina P3SRS Kalibata City, Musdalifah, mengatakan, permasalahan utama munculnya kasus prostitusi bukan berasal dari pengelola, melainkan dari agen properti nakal yang menyewakan unit apartemen secara harian.
Padahal sudah sejak lama pengelola dengan tegas melarang agen properti menyewakan unit apartemen secara harian. “Karena prostitusi itu muncul dari sewa-sewa harian itu. Pihak kepolisian juga sudah menyatakan bahwa pelaku sendiri berasal dari luar kawasan apartemen. Jadi kalau sewa harian itu bisa berasumsikan apartemen ini layaknya hotel,” ujarnya, Minggu (7/4/2018).
Menurut Musdalifah, dalam melakukan pengawasan memang tidak bisa seluruhnya dibebankan kepada security maupun badan pengelola. Para penghuni pun sebenarnya memiliki petugas sendiri dalam mengawasi lingkungan, yakni Tenant Safety Officer (TSO). Di setiap tower apartemen Kalibata City terdapat dua TSO.
Untuk memaksimalkan fungsi pengawasan tersebut, rencananya TSO ini akan ditambah menjadi lima orang di setiap tower. “TSO ini adalah penghuni apartemen sendiri dan tidak dibayar, tapi ini dilakukan secara sukarela demi kenyamanan dan keamanan bersama,” katanya.
Keberadaan TSO ini, lanjut Musdalifah, untuk melengkapi fungsi pengawasan di apartemen. Sebab penghuni merupakan orang yang mengetahui suasana dilingkungannya sendiri. “Security tidak akan tahu atau bisa menilai jika ada wanita yang sudah dipesan dan masuk wilayah sini, bisa saja saat masuk penampilannya sopan,” ucapnya.
Jadi, menurut dia penggantian badan pengelola tidak menjamin menghilangkan praktik prostitusi secara seketika. Ia justru menduga ada kepentingan tertentu dari upaya penggantian pengelola ini. (Baca juga: Sandi Uno Akan Tindaklanjuti Dugaan Praktik Prostitusi di Kalibata City)
“Saya sudah tinggal lama di sini dan pengelolaannya sangat baik, itu juga diakui oleh mayoritas penghuni di sini. Yang kami khawatirkan adalah segelintir orang yang minta pergantian ini punya maksud tertentu dengan mendorong isu prostitusi ini ke arah lainnya,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Kanis, penghuni Tower Flamboyan Apartemen Kalibata City. Ia menilai kelompok yang meminta pergantian pengelola dan mengatasnamakan penghuni tersebut justru tidak pernah aktif di lingkungannya.
“Mereka baru banyak bicara ketika terjadi kasus-kasus. Seharusnya warga yang baik mendorong Kalibata ini ke arah yang baik juga, ini justru sebaliknya,” katanya.
Kanis mengatakan, selama 10 tahun terakhir tinggal di Kalibata City, pengelolaan yang dilakukan sangat profesional dan mengutamakan kenyamanan penghuni Kalibata City. “Kalau pengelola itu korup atau tidak becus, baru kita dukung untuk diganti. Tapi saya lihat selama ini bagus,” katanya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengamankan empat orang terkait prostitusi di Kalibata City. Empat orang tersebut berinisial SL alias M (50), IP alias R (27) dan MP alias N (21) sebagai mucikari dan YP alias Y (19). (Baca juga: Prostitusi di Kalibata City, 3 Wanita dan 1 Pria Dibekuk)
General Manager Kalibata City Ishak Lopung dalam beberapa kesempatan menyatakan mendukung penuh kepolisian untuk menuntaskan kasus prostitusi ini. Sebab keberadaannya justru mengganggu kenyamanan penghuni.
Ia mengatakan bahwa YP, petugas kebersihan yang diduga mengantarkan pelaku prostitusi ke kamar, bukanlah pegawai Pengelola Apartemen Kalibata City, melainkan petugas dari agen properti.
Saat ini, pengelola tengah memeriksa seluruh agen properti yang dititipkan unit-unit apartemen oleh para pemiliknya untuk disewakan. Jika diketahui ada agen yang terbukti menyewakan secara harian dan terlibat praktik prostitusi maka akan dicoret sebagai agen di apartemen Kalibata City.
“Jika terbukti, kami juga akan umumkan ke penghuni agar agen tersebut tidak bisa beroperasi disini," tukasnya.
Permintaan pergantian pengelola tersebut dinilai berlebihan dan membuat suasana tidak kondusif. Dewan Pembina P3SRS Kalibata City, Musdalifah, mengatakan, permasalahan utama munculnya kasus prostitusi bukan berasal dari pengelola, melainkan dari agen properti nakal yang menyewakan unit apartemen secara harian.
Padahal sudah sejak lama pengelola dengan tegas melarang agen properti menyewakan unit apartemen secara harian. “Karena prostitusi itu muncul dari sewa-sewa harian itu. Pihak kepolisian juga sudah menyatakan bahwa pelaku sendiri berasal dari luar kawasan apartemen. Jadi kalau sewa harian itu bisa berasumsikan apartemen ini layaknya hotel,” ujarnya, Minggu (7/4/2018).
Menurut Musdalifah, dalam melakukan pengawasan memang tidak bisa seluruhnya dibebankan kepada security maupun badan pengelola. Para penghuni pun sebenarnya memiliki petugas sendiri dalam mengawasi lingkungan, yakni Tenant Safety Officer (TSO). Di setiap tower apartemen Kalibata City terdapat dua TSO.
Untuk memaksimalkan fungsi pengawasan tersebut, rencananya TSO ini akan ditambah menjadi lima orang di setiap tower. “TSO ini adalah penghuni apartemen sendiri dan tidak dibayar, tapi ini dilakukan secara sukarela demi kenyamanan dan keamanan bersama,” katanya.
Keberadaan TSO ini, lanjut Musdalifah, untuk melengkapi fungsi pengawasan di apartemen. Sebab penghuni merupakan orang yang mengetahui suasana dilingkungannya sendiri. “Security tidak akan tahu atau bisa menilai jika ada wanita yang sudah dipesan dan masuk wilayah sini, bisa saja saat masuk penampilannya sopan,” ucapnya.
Jadi, menurut dia penggantian badan pengelola tidak menjamin menghilangkan praktik prostitusi secara seketika. Ia justru menduga ada kepentingan tertentu dari upaya penggantian pengelola ini. (Baca juga: Sandi Uno Akan Tindaklanjuti Dugaan Praktik Prostitusi di Kalibata City)
“Saya sudah tinggal lama di sini dan pengelolaannya sangat baik, itu juga diakui oleh mayoritas penghuni di sini. Yang kami khawatirkan adalah segelintir orang yang minta pergantian ini punya maksud tertentu dengan mendorong isu prostitusi ini ke arah lainnya,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Kanis, penghuni Tower Flamboyan Apartemen Kalibata City. Ia menilai kelompok yang meminta pergantian pengelola dan mengatasnamakan penghuni tersebut justru tidak pernah aktif di lingkungannya.
“Mereka baru banyak bicara ketika terjadi kasus-kasus. Seharusnya warga yang baik mendorong Kalibata ini ke arah yang baik juga, ini justru sebaliknya,” katanya.
Kanis mengatakan, selama 10 tahun terakhir tinggal di Kalibata City, pengelolaan yang dilakukan sangat profesional dan mengutamakan kenyamanan penghuni Kalibata City. “Kalau pengelola itu korup atau tidak becus, baru kita dukung untuk diganti. Tapi saya lihat selama ini bagus,” katanya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengamankan empat orang terkait prostitusi di Kalibata City. Empat orang tersebut berinisial SL alias M (50), IP alias R (27) dan MP alias N (21) sebagai mucikari dan YP alias Y (19). (Baca juga: Prostitusi di Kalibata City, 3 Wanita dan 1 Pria Dibekuk)
General Manager Kalibata City Ishak Lopung dalam beberapa kesempatan menyatakan mendukung penuh kepolisian untuk menuntaskan kasus prostitusi ini. Sebab keberadaannya justru mengganggu kenyamanan penghuni.
Ia mengatakan bahwa YP, petugas kebersihan yang diduga mengantarkan pelaku prostitusi ke kamar, bukanlah pegawai Pengelola Apartemen Kalibata City, melainkan petugas dari agen properti.
Saat ini, pengelola tengah memeriksa seluruh agen properti yang dititipkan unit-unit apartemen oleh para pemiliknya untuk disewakan. Jika diketahui ada agen yang terbukti menyewakan secara harian dan terlibat praktik prostitusi maka akan dicoret sebagai agen di apartemen Kalibata City.
“Jika terbukti, kami juga akan umumkan ke penghuni agar agen tersebut tidak bisa beroperasi disini," tukasnya.
(thm)