Banyak Retakan Tanah di Puncak, IPB Temukan 55 Titik Longsor

Minggu, 08 April 2018 - 15:31 WIB
Banyak Retakan Tanah...
Banyak Retakan Tanah di Puncak, IPB Temukan 55 Titik Longsor
A A A
BOGOR - Kerusakan lingkungan di kawasan hulu daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung akibat menurunnya daya dukung membuat jumlah lokasi longsor di kawasan Puncak, tepatnya di dua desa (Tugu Utara dan Selatan) Cisarua, Kabupaten Bogor mencapai sebanyak 55 titik.

Hal tersebut diungkapkan Peneliti Senior Pusat Pengkajian, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (P4W LPPM IPB) Ernan Rustiadi. Menurut Ernman, akibat telah terlampauinya daya dukung lingkungan, kawasan Puncak setiap tahunnya terus mengalami kejadian longsor.

"Pada 2018 ini, hingga per 5 Februari 2018, Tim Konsorsium Puncak setidaknya sudah mencatat terdapat 55 titik longsor di dua desa di kawasan puncak," kata Ernan pada Minggu (8/4/2018).

Ketua Konsorsium Penyelamatan Kawasan Puncak itu menuturkan, puluhan titik longsor itu seluruhnya terjadi di Hulu DAS Ciliwung tersebut yaitu Desa Tugu Utara dan Desa Tugu Selatan, Cisarua, Kabupaten Bogor. "Penyebab terlampauinya daya dukung lingkungan puncak adalah pemanfaatan ruang termasuk aktivitas permukiman dan villa, kebun sayur dan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya," ujarnya.

Sehingga, lanjut dia, peluang terjadinya longsor sangat tinggi di musim hujan, khususnya pada saat adanya kejadian cuaca-cuaca ekstrem di kawasan ini. Maka dari itu, konsorsium Puncak mempromosikan dukungan bagi petani-petani yang memanfaatkan kawasan hutan beralih dari tanaman semusim seperti sayuran dan aktivitas yang tidak ramah lingkungan beralih ke budidaya kopi dan aktivitas-aktivitas yang ramah lingkungan.

Ernan menambahkan, kawasan Puncak adalah bagian dari area "Cagar Biosfer Cibodas" sebagaimana diratifikasi Pemerintah RI dan United Nations Educational Scientific Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 1977. "Kawasan ini dipromosikan sebagai kawasan yang dijaga keseimbangan antara manusia dan ekosistemnya karena kekayaan keragaman ekosistemnya," katanya

Sementara itu, Ketua Pelaksana Ekspose Program Pemulihan Ekosistem di hulu DAS Ciliwung dari Forest Watch Indonesia (FWI) Putri Cantika mengatakan, bencana yang kerap terjadi baik di hulu maupun di hilir Ciliwung menunjukkan bahwa kawasan DAS Ciliwung telah rusak dikarenakan daya dukungnya semakin turun. "Dari tahun ke tahun pemberitaan selalu ada mengenai banjir di kawasan Hilir Ciliwung Jakarta, maupun hulu," katanya.

Banyak kejadian longsor di kawasan Puncak, berdasarkan hasil temuannya memang banyak sekali retakan yang berpotensi kembali terjadinya longsor jika tidak ada penanganan khusus."Permasalahan terkait Puncak dan hulu DAS Ciliwung merupakan permasalahan yang bersifat multidimensional, sehingga dibutuhkan penyelesaian secara bersama-sama dengan melibatkan berbagai pihak dan stakeholder," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1361 seconds (0.1#10.140)