Cerita Anak Pensiunan TNI AL yang Tewas Dibunuh Perampok
A
A
A
JAKARTA - Anak pensiunan TNI AL Hunaedi, Agus Purnama Hadi (57) masih tak percaya dengan kematian bapaknya yang diduga menjadi korban perampokan. Menurut Agus, dirinya tidak memiliki firasat apapun, namun beberapa hari ini memang ada rindu terhadap orang tuanya yang tinggal di rumah dinas di Cilandak, Jaksel itu.
"Saya masih gak percaya ayah saya semalam meninggal karena dibunuh. Saya langsung ke sini dari rumah saya di Serang," ujar Agus kepada wartawan di rumahnya, Jumat (6/4/2018).
Agus mengaku memang sempat merasakan firasat aneh beberapa hari sebelum ayahnya ditemukan tewas bersimbah darah di kediamannya sendiri. Entah kenapa beberapa hari belakangan dia merasa ingin segera berkunjung menemui ayahnya dan ibunya.
"Beberapa hari belakangan saya mau ke rumah tapi ragu-ragu. Baru hari Minggu kemarin saya ke sini. Biasanya saya memang tiap hari Minggu ke sini. Tapi ini kok belum hari Minggu saya udah mau ke sini lagi ketemu bapak," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengaku sungguh menyesal tak jadi menuruti kemauannya untuk datang ke kediaman sang ayah sebelum hari Minggu seperti jadwal yang biasa ia lakukan. Kini, sang ibu akan tinggal bersama dengan adiknya di kawasan Bekasi, tidak lagi di rumah dinas milik ayahnya.
Dia juga membenarkan kalau ayah dan ibunya, Sopiah sempat kehilangan uang dua hari sebelum ayahnya tewas. Dari cerita sang ibu kepada dia, uang itu diduga digondol seseorang yang masuk ke rumahnya secara diam-diam dan Hanya ibunya yang melihat itu.
Keduanya kehilangan uang sebesar Rp3,2 juta. Namun ia tak mau menduga-duga apakah kejadian dua hari lalu itu ada hubungannya dengan apa yang menimpa sang ayah. "Dua hari lalu ibu kehilangan uang. Katanya ada orang masuk tapi cepat dan gak tahu siapa," tegasnya.
Menurutnya, ayahnya dan ibunya itu tak pernah memiliki masalah dengan orang lain. Apalagi usia mereka sudah tak lagi muda. "Gak pernah keluar paling ngaji yah," tukasnya.
Usai kejadian ibunya juga masih terpukul atas apa yang menimpa sang ayah. Sampai saat ini ibunya itu masih kerap tak sadarkan diri. Sehingga sampai sekarang sendiri, polisi masih kesulitan meminta keterangan lebih lanjut pada Sopiah soal apa yang terjadi.
Ia mengaku polisi tak membolehkan keluarganya untuk sementara waktu masuk ke rumah dinas ayahnya itu untuk mengambil barang-barang ibunya lantaran lokasi masih harus steril guna menyelidiki kasus pembunuhan yang menimpa ayahnya itu. Untuk itu, mulai sekarag Sopiah akan tinggal di rumah salah satu anaknya di bilangan Bekasi.
"Kata polisi selama satu minggu gak boleh dimasukin dulu rumahnya harus steril. Kita tahlilan tapi di Bekasi. Di rumah adik saya," katanya.
Hunaedi sendiri mengalami tiga luka tusukan. Yakni di bagian perut, dada dan tangan. Pada saat kejadian nahas itu terjadi, lanjutnya, sang ibu sedang berada di dalam kamar. Tiba-tiba saja Sopiah mendengar suara teriakan minta tolong Hunaedi yang sebelumnya sedang mengaji.
Sopiah sempat melihat Hunaedi kepalanya dibenturkan ke pintu beberapa kali sebelum akhirnya ditemukan tewas bersimbah darah. Sopiah yang melihat itu sempat teriak minta tolong hingga mendatangkan warga, namun sayang nyawa Hunaedi sudah tak tertolong.
"Saya masih gak percaya ayah saya semalam meninggal karena dibunuh. Saya langsung ke sini dari rumah saya di Serang," ujar Agus kepada wartawan di rumahnya, Jumat (6/4/2018).
Agus mengaku memang sempat merasakan firasat aneh beberapa hari sebelum ayahnya ditemukan tewas bersimbah darah di kediamannya sendiri. Entah kenapa beberapa hari belakangan dia merasa ingin segera berkunjung menemui ayahnya dan ibunya.
"Beberapa hari belakangan saya mau ke rumah tapi ragu-ragu. Baru hari Minggu kemarin saya ke sini. Biasanya saya memang tiap hari Minggu ke sini. Tapi ini kok belum hari Minggu saya udah mau ke sini lagi ketemu bapak," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengaku sungguh menyesal tak jadi menuruti kemauannya untuk datang ke kediaman sang ayah sebelum hari Minggu seperti jadwal yang biasa ia lakukan. Kini, sang ibu akan tinggal bersama dengan adiknya di kawasan Bekasi, tidak lagi di rumah dinas milik ayahnya.
Dia juga membenarkan kalau ayah dan ibunya, Sopiah sempat kehilangan uang dua hari sebelum ayahnya tewas. Dari cerita sang ibu kepada dia, uang itu diduga digondol seseorang yang masuk ke rumahnya secara diam-diam dan Hanya ibunya yang melihat itu.
Keduanya kehilangan uang sebesar Rp3,2 juta. Namun ia tak mau menduga-duga apakah kejadian dua hari lalu itu ada hubungannya dengan apa yang menimpa sang ayah. "Dua hari lalu ibu kehilangan uang. Katanya ada orang masuk tapi cepat dan gak tahu siapa," tegasnya.
Menurutnya, ayahnya dan ibunya itu tak pernah memiliki masalah dengan orang lain. Apalagi usia mereka sudah tak lagi muda. "Gak pernah keluar paling ngaji yah," tukasnya.
Usai kejadian ibunya juga masih terpukul atas apa yang menimpa sang ayah. Sampai saat ini ibunya itu masih kerap tak sadarkan diri. Sehingga sampai sekarang sendiri, polisi masih kesulitan meminta keterangan lebih lanjut pada Sopiah soal apa yang terjadi.
Ia mengaku polisi tak membolehkan keluarganya untuk sementara waktu masuk ke rumah dinas ayahnya itu untuk mengambil barang-barang ibunya lantaran lokasi masih harus steril guna menyelidiki kasus pembunuhan yang menimpa ayahnya itu. Untuk itu, mulai sekarag Sopiah akan tinggal di rumah salah satu anaknya di bilangan Bekasi.
"Kata polisi selama satu minggu gak boleh dimasukin dulu rumahnya harus steril. Kita tahlilan tapi di Bekasi. Di rumah adik saya," katanya.
Hunaedi sendiri mengalami tiga luka tusukan. Yakni di bagian perut, dada dan tangan. Pada saat kejadian nahas itu terjadi, lanjutnya, sang ibu sedang berada di dalam kamar. Tiba-tiba saja Sopiah mendengar suara teriakan minta tolong Hunaedi yang sebelumnya sedang mengaji.
Sopiah sempat melihat Hunaedi kepalanya dibenturkan ke pintu beberapa kali sebelum akhirnya ditemukan tewas bersimbah darah. Sopiah yang melihat itu sempat teriak minta tolong hingga mendatangkan warga, namun sayang nyawa Hunaedi sudah tak tertolong.
(ysw)