1.251 Warga Kota Bogor Mengidap TBC
A
A
A
BOGOR - Sebanyak 1.251 warga Kota Bogor terjangkit tuberkulosis (TBC) yang masuk dalam 10 besar penyakit mematikan di dunia, setelah jantung dan diabetes.
“Bahkan data dari Dinas Kesehatan mencatat jumlah tersebut merupakan hasil temuan dalam kurun waktu satu tahun, yakni 2017. Kemungkinan jumlahnya bisa lebih,” kata Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat dalam peringatan Hari TBC di Taman Sempur, Kota Bogor.
Karena itu, pihaknya mengajak semua pihak melakukan tindakan pencegahan dengan cara menjaga kesehatan. “Memang sangat miris, cukup banyak penderita TBC yang tidak sempat tertolong, meninggal akibat TBC, indikasinya menunjukkan banyak sekali kasusnya,” katanya.
Dia menjelaskan, kegiatan ini bagian dari upaya menekan angka penyakit TBC di Kota Bogor dengan cara menyosialisasikan kepada masyarakat agar menjalani pola hidup sehat.
Pihaknya meyakini masih ada penderita TBC lain berada di luar data Dinas Kesehatan Kota Bogor. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Rubaeah merinci berdasarkan data tuberkulosis 2017 bahwa penderita TB yang ditemukan berjumlah 1.188 kasus. Pada 2017 ditemukan kasus baru TB Paru Basil Tahan Asam (BTA) positif sebesar 108,3% dan pada 2016 angka kesembuhan mencapai 89%.
“Kasus dengan penderita Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB MDR) yang sudah ditemukan di Kota Bogor berjumlah 57 orang. Untuk pasien TB dengan HIV positif berjumlah 5 orang, satu orang mendapatkan Antiretroviral (ARV) dan menerima panduan praktik klinis (PPK),” katanya.
Salah satu strategi penanggulangan tuberkulosis yang dilakukannya, yakni melalui layanan Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) merupakan pengobatan jangka pendek dengan pengawasan lang sung.
Dia menyebut, di Kota Bogor layanan DOTS sudah tersedia di 25 puskesmas dan 10 rumah sakit antara lain RSUD Kota Bogor, RS Marzoeki Mahdi, RS Medika Dramaga, RS PMI, RS Azra, Bogor Medical Centre, RS Hermina, RS Salak, RS Melania, dan RS Islam. Seperti diketahui, Indonesia menempati posisi kedua di dunia setelah India, negara dengan penderita penyakit tuberkulosis. (Haryudi)
“Bahkan data dari Dinas Kesehatan mencatat jumlah tersebut merupakan hasil temuan dalam kurun waktu satu tahun, yakni 2017. Kemungkinan jumlahnya bisa lebih,” kata Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat dalam peringatan Hari TBC di Taman Sempur, Kota Bogor.
Karena itu, pihaknya mengajak semua pihak melakukan tindakan pencegahan dengan cara menjaga kesehatan. “Memang sangat miris, cukup banyak penderita TBC yang tidak sempat tertolong, meninggal akibat TBC, indikasinya menunjukkan banyak sekali kasusnya,” katanya.
Dia menjelaskan, kegiatan ini bagian dari upaya menekan angka penyakit TBC di Kota Bogor dengan cara menyosialisasikan kepada masyarakat agar menjalani pola hidup sehat.
Pihaknya meyakini masih ada penderita TBC lain berada di luar data Dinas Kesehatan Kota Bogor. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Rubaeah merinci berdasarkan data tuberkulosis 2017 bahwa penderita TB yang ditemukan berjumlah 1.188 kasus. Pada 2017 ditemukan kasus baru TB Paru Basil Tahan Asam (BTA) positif sebesar 108,3% dan pada 2016 angka kesembuhan mencapai 89%.
“Kasus dengan penderita Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB MDR) yang sudah ditemukan di Kota Bogor berjumlah 57 orang. Untuk pasien TB dengan HIV positif berjumlah 5 orang, satu orang mendapatkan Antiretroviral (ARV) dan menerima panduan praktik klinis (PPK),” katanya.
Salah satu strategi penanggulangan tuberkulosis yang dilakukannya, yakni melalui layanan Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) merupakan pengobatan jangka pendek dengan pengawasan lang sung.
Dia menyebut, di Kota Bogor layanan DOTS sudah tersedia di 25 puskesmas dan 10 rumah sakit antara lain RSUD Kota Bogor, RS Marzoeki Mahdi, RS Medika Dramaga, RS PMI, RS Azra, Bogor Medical Centre, RS Hermina, RS Salak, RS Melania, dan RS Islam. Seperti diketahui, Indonesia menempati posisi kedua di dunia setelah India, negara dengan penderita penyakit tuberkulosis. (Haryudi)
(nfl)