Begini Kata Psikolog Terkait Maraknya Artis Terjerat Narkoba
A
A
A
DEPOK - Sepekan ini jagat hiburan Indonesia dihebohkan dengan ditangkapnya sejumlah artis yang terjerat narkoba. Mulai dari anak musisi kawakan Ahmad Albar yaitu Fachri Albar, artis cantik Roro Fitria hingga anak dari pedangdut senior Elvy Sukaesih yaitu Dawiyah.
Menanggapi hal itu, psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta menuturkan secara garis besar kasus narkoba bisa menjerat siapa saja. Artinya bukan hanya menyasar kalangan artis saja dan keluarganya.
"Yang bukan artis atau keluarga artis juga jauh lebih banyak. Hanya saja kalau dari kalangan artis eksposurenya menjadi lebih dibanding masyarakat umum," kata Shinta kepada wartawan Minggu (18/2/2018).
Pada umumnya sebagian orang menggunakan narkoba itu biasanya dimulai dari jalinan pertemanan. Meskipun tahu akan efeknya namun mereka seolah merasakan kenikmatan sesaat ketika menggunakan.
"Hal ini membuat adiksi. Dan penggunanya biasanya merasa 'pasti bisa' mengendalikan penggunaannya," ujarnya. Padahal kenyataannya justru mereka yang terjebak dalam adiksi, dehingga tidak bisa mengontrol penggunaannya.
Menurut kacamata Shinta, lingkungan artis mungkin memiliki akses lebih mudah pada narkoba dibanding orang biasa. Biasanya mereka punya cukup uang untuk bisa membeli sehingga menjadi 'prospektive consumer' oleh pengedar. Dorongan lingkungan yang juga menempatkan perilaku tersebut sebagai perilaku biasa membuat hal ini menjadi umum di kalangan artis.
"Walaupun tidak semua artis menggunakannya tetapi saat ada yang menggunakan lebih banyak diamini dan dibiarkan saja," ucapnya.
Menanggapi hal itu, psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta menuturkan secara garis besar kasus narkoba bisa menjerat siapa saja. Artinya bukan hanya menyasar kalangan artis saja dan keluarganya.
"Yang bukan artis atau keluarga artis juga jauh lebih banyak. Hanya saja kalau dari kalangan artis eksposurenya menjadi lebih dibanding masyarakat umum," kata Shinta kepada wartawan Minggu (18/2/2018).
Pada umumnya sebagian orang menggunakan narkoba itu biasanya dimulai dari jalinan pertemanan. Meskipun tahu akan efeknya namun mereka seolah merasakan kenikmatan sesaat ketika menggunakan.
"Hal ini membuat adiksi. Dan penggunanya biasanya merasa 'pasti bisa' mengendalikan penggunaannya," ujarnya. Padahal kenyataannya justru mereka yang terjebak dalam adiksi, dehingga tidak bisa mengontrol penggunaannya.
Menurut kacamata Shinta, lingkungan artis mungkin memiliki akses lebih mudah pada narkoba dibanding orang biasa. Biasanya mereka punya cukup uang untuk bisa membeli sehingga menjadi 'prospektive consumer' oleh pengedar. Dorongan lingkungan yang juga menempatkan perilaku tersebut sebagai perilaku biasa membuat hal ini menjadi umum di kalangan artis.
"Walaupun tidak semua artis menggunakannya tetapi saat ada yang menggunakan lebih banyak diamini dan dibiarkan saja," ucapnya.
(whb)