Depok Menuju Kota Bisnis yang Nyaman
A
A
A
DEPOK - Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Depok sejak tahun 2005-2017, pertumbuhan ekonomi kota penyanggah Jakarta ini selama10 tahun terakhir mengalami pertumbuhan signifikan.
Pesatnya pembangunan infrastruktur di Kota Depok berdampak positif terhadap perkembangan kota. Beragam investasi seperti properti, ritel, mal, kuliner, hingga wisata bertebaran di Depok. Ambisi Depok menjadi kota bisnis yang nyaman dan ramah bakal terwujud.
Maraknya investasi yang masuk ke Depok, tentu berbanding lurus dengan jumlah tenaga kerja yang ada di Depok. Jumlah tenaga kerja di Depok meningkat seiring peningkatan nilai investasi. Kepala DPMPTSP Kota Depok Yulistiani Mohtar mengatakan, pihaknya melakukan banyak hal untuk meningkatkan nilai investasi di Depok.
“Sesuai visi kami, yaitu Terwujudnya Pelayanan Perizinan Prima dan Kota Depok yang Ramah Investasi,” kata Yulistiani. Dia mengatakan, investasi di Depok mengalami lonjakan luar biasa pada 2017. “Berdasarkan grafik, rata-rata terjadi peningkatan perizinan dan investasi di Depok kurun lima tahun terakhir,” tuturnya.
Menurut Yulistiani, iklim investasi di Depok yang paling besar atau utama adalah properti, perdagangan dan jasa, serta pergudangan. Properti memiliki porsi sebesar 35-40% dari total investasi yang masuk di Depok. Sementara perdagangan sebesar 20%, jasa sebesar 20%, dan lain-lain sebesar 20%.
“Kami telah melaksanakan berbagai kegiatan yang diharapkan dapat merangsang investasi dan menyediakan informasi yang berguna bagi penanam modal. Misalnya, memfasilitasi promosi investasi Kota Depok yang digelar tahunan, penyusunan kajian insentif dan disinsentif penanaman modal serta lainnya,” paparnya.
Yulistiani mengatakan, perkembangan investasi dan perekonomian di Depok masih terpusat di Margonda sebagai jantung Kota Depok sehingga pemerintah kota akan mengembangkan wilayah lain seperti Bojongsari dan Tapos.
Di Bojongsari saja saat ini sudah ada rumah sakit kelas premium. Diharapkan ini menjadi barometer investor lain yang akan menanamkan modal di Bojongsari dan tidak hanya terpusat di Margonda.
“Bojongsari akan dijadikan Margonda kedua sehingga diharapkan perekonomian baru akan hidup di sana. Iklim investasi juga berkembang di sana seiring dengan adanya akses jalan yang lebih baik,” ujarnya.
Yulistiani mengatakan, berinvestasi di Depok seolah sangat menguntungkan sehingga banyak investor yang masuk ke Depok. Tentunya ini berdampak pada arus urbanisasi. Dengan kata lain, iklim investasi di Depok cenderung positif sehingga banyak kaum urban memilih Depok sebagai lokasi tujuan bisnis dan tempat tinggal.
Jika dilihat dari perkembangan, penduduk Depok didominasi dari adanya urbanisasi dibandingkan angka kelahiran yang ada di Depok. Ini artinya Depok menjadi kota tujuan kaum urban untuk tinggal di Depok.
“Depok itu kota urban. Banyak yang kerjanya di Jakarta, tapi tinggal di Depok karena melihat adanya akses transportasi dan jalan sehingga tidak heran kalau bisnis properti (apartemen) di sini laku,” tandasnya.
Menurutnya, keuntungan yang dimiliki Depok adalah kontur tanah dan air yang lebih bagus dibandingkan wilayah penyangga DKI Jakarta lainnya. Ini yang menyebabkan berbisnis properti menjadi seperti jualan kacang goreng. “Dari analisis para investor mengungkapkan bahwa usaha apartemen di Depok sangat bagus. Ini indikator langsung dari pengusaha,” tandasnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Depok Hardiono mengatakan, pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan Pemkot Depok mendongkrak perekonomian warga. “Kalau infrastruktur bagus, aktivitas perekonomian lancar, tentu nantinya masyarakat juga yang diuntungkan,” ujar Hardiono.
Dia mengatakan, pembangunan dua tol, yaitu Cinere-Jagorawi (Cijago) dan Depok-Antasari (Desari) yang sedang berjalan diharapkan bisa mengurai kemacetan yang selama ini terjadi di Kota Depok terutama di Jalan Margonda yang merupakan jalan utama di kota tersebut.
Hardiono mengakui untuk pembangunan infrastruktur jalan diperlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu pihaknya mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat untuk mempercepat proses pembangunan jalan tersebut.
“Dana dari APBD terbatas. Karena itu, perlu bantuan dari pemerintah pusat,” ucapnya. Hardiono mengatakan pembangunan jalan tembus Margonda hingga Cinere yang berada di sisi tol Cijago diharapkan dapat bisa segera terealisasi. “Kajian untuk membangun jalan baru tersebut sudah kita lakukan,” tuturnya.
Begitu juga dengan pembangunan flyover Margonda, Dewi Sartika, dan Siliwangi (Markaswangi) sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kemacetan di wilayah tersebut. (R Ratna Purnama)
Pesatnya pembangunan infrastruktur di Kota Depok berdampak positif terhadap perkembangan kota. Beragam investasi seperti properti, ritel, mal, kuliner, hingga wisata bertebaran di Depok. Ambisi Depok menjadi kota bisnis yang nyaman dan ramah bakal terwujud.
Maraknya investasi yang masuk ke Depok, tentu berbanding lurus dengan jumlah tenaga kerja yang ada di Depok. Jumlah tenaga kerja di Depok meningkat seiring peningkatan nilai investasi. Kepala DPMPTSP Kota Depok Yulistiani Mohtar mengatakan, pihaknya melakukan banyak hal untuk meningkatkan nilai investasi di Depok.
“Sesuai visi kami, yaitu Terwujudnya Pelayanan Perizinan Prima dan Kota Depok yang Ramah Investasi,” kata Yulistiani. Dia mengatakan, investasi di Depok mengalami lonjakan luar biasa pada 2017. “Berdasarkan grafik, rata-rata terjadi peningkatan perizinan dan investasi di Depok kurun lima tahun terakhir,” tuturnya.
Menurut Yulistiani, iklim investasi di Depok yang paling besar atau utama adalah properti, perdagangan dan jasa, serta pergudangan. Properti memiliki porsi sebesar 35-40% dari total investasi yang masuk di Depok. Sementara perdagangan sebesar 20%, jasa sebesar 20%, dan lain-lain sebesar 20%.
“Kami telah melaksanakan berbagai kegiatan yang diharapkan dapat merangsang investasi dan menyediakan informasi yang berguna bagi penanam modal. Misalnya, memfasilitasi promosi investasi Kota Depok yang digelar tahunan, penyusunan kajian insentif dan disinsentif penanaman modal serta lainnya,” paparnya.
Yulistiani mengatakan, perkembangan investasi dan perekonomian di Depok masih terpusat di Margonda sebagai jantung Kota Depok sehingga pemerintah kota akan mengembangkan wilayah lain seperti Bojongsari dan Tapos.
Di Bojongsari saja saat ini sudah ada rumah sakit kelas premium. Diharapkan ini menjadi barometer investor lain yang akan menanamkan modal di Bojongsari dan tidak hanya terpusat di Margonda.
“Bojongsari akan dijadikan Margonda kedua sehingga diharapkan perekonomian baru akan hidup di sana. Iklim investasi juga berkembang di sana seiring dengan adanya akses jalan yang lebih baik,” ujarnya.
Yulistiani mengatakan, berinvestasi di Depok seolah sangat menguntungkan sehingga banyak investor yang masuk ke Depok. Tentunya ini berdampak pada arus urbanisasi. Dengan kata lain, iklim investasi di Depok cenderung positif sehingga banyak kaum urban memilih Depok sebagai lokasi tujuan bisnis dan tempat tinggal.
Jika dilihat dari perkembangan, penduduk Depok didominasi dari adanya urbanisasi dibandingkan angka kelahiran yang ada di Depok. Ini artinya Depok menjadi kota tujuan kaum urban untuk tinggal di Depok.
“Depok itu kota urban. Banyak yang kerjanya di Jakarta, tapi tinggal di Depok karena melihat adanya akses transportasi dan jalan sehingga tidak heran kalau bisnis properti (apartemen) di sini laku,” tandasnya.
Menurutnya, keuntungan yang dimiliki Depok adalah kontur tanah dan air yang lebih bagus dibandingkan wilayah penyangga DKI Jakarta lainnya. Ini yang menyebabkan berbisnis properti menjadi seperti jualan kacang goreng. “Dari analisis para investor mengungkapkan bahwa usaha apartemen di Depok sangat bagus. Ini indikator langsung dari pengusaha,” tandasnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Depok Hardiono mengatakan, pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan Pemkot Depok mendongkrak perekonomian warga. “Kalau infrastruktur bagus, aktivitas perekonomian lancar, tentu nantinya masyarakat juga yang diuntungkan,” ujar Hardiono.
Dia mengatakan, pembangunan dua tol, yaitu Cinere-Jagorawi (Cijago) dan Depok-Antasari (Desari) yang sedang berjalan diharapkan bisa mengurai kemacetan yang selama ini terjadi di Kota Depok terutama di Jalan Margonda yang merupakan jalan utama di kota tersebut.
Hardiono mengakui untuk pembangunan infrastruktur jalan diperlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu pihaknya mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat untuk mempercepat proses pembangunan jalan tersebut.
“Dana dari APBD terbatas. Karena itu, perlu bantuan dari pemerintah pusat,” ucapnya. Hardiono mengatakan pembangunan jalan tembus Margonda hingga Cinere yang berada di sisi tol Cijago diharapkan dapat bisa segera terealisasi. “Kajian untuk membangun jalan baru tersebut sudah kita lakukan,” tuturnya.
Begitu juga dengan pembangunan flyover Margonda, Dewi Sartika, dan Siliwangi (Markaswangi) sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kemacetan di wilayah tersebut. (R Ratna Purnama)
(nfl)