Diberi Obat Penahan Sakit Usai Caesar, Ibu 4 Anak Meninggal Dunia
A
A
A
TANGERANG - Seorang pasien BPJS Kesehatan bernama Ranita (37) meninggal dunia setelah minum obat penahan rasa sakit, usai melahirkan dengan cara caesar anak keempatnya di RSU Bhakti Asih, Jalan Raden Saleh, Karang Tengah, Kota Tangerang.
Ramdan Sumanta (37), suami Ranita mengatakan, istrinya meninggal dunia usai diberikan obat penahan rasa sakit dan antihipertensi. Dia menceritakan, awalnya sang istri hanya ingin melakukan check up kehamilan. Namun kata dokter yang memeriksa, Ranita telah bukaan tiga.
"Peristiwanya sudah lama, pada 3 Januari 2018 lalu. Tetapi rasanya seperti baru kemarin. Saya masih tidak menyangka, almarhumah pergi begitu cepat," ungkap Ramdan kepada SINDOnews di rumahnya Jalan KUD, Ciledug, Rabu (1/2/2018).
Dilanjutkan Ramdan, usai dilakukan pemeriksaan terhadap Ranita, diketahui bahwa ibu tiga orang anak itu memiliki penyakit darah tinggi, minus tiga pada mata, dan telah berusia 37 tahun. Sehingga, tidak bisa melakukan persalinan normal, dan harus segera dilakukan operasi caesar.
Dokter juga mengatakan, jika dalam penangannya nanti terjadi kemungkinan terburuk, maka pihak rumah sakit akan langsung merujuknya ke rumah sakit lain yang lebih besar dan lebih lengkap. Sebab, Ranita butuh penanganan khusus di rumah sakit yang lebih besar dan lengkap.
"Akhirnya istri saya dioperasi caesar. Alhamdullilah, operasinya berjalan lancar. Kemudian, istri saya dipindahkan ke ruang persiapan, lalu ke ruang perawatan. Beberapa jam kemudian, istri saya mulai kedinginan dan sudah sadarkan diri, tetapi kondisinya lemas," sambung Ramdan.
Karena sang istri merasa haus dan lapar, Ranita diberitakan makan dan minum. Setelah makan, Ranita diberikan obat penurun darah tinggi. Tidak lama kemudian, wajah dan mata Ranita mengalami bengkak-bengkak, dan sesak napas. Ternyata, Ranita memiliki alergi obat.
"Setelah minum obat itu, muka dan mata istri saya mengalami bengkak-bengkak. Kemudian, perawat itu bilang mau memberikan obat penetralisir dan pengurang rasa nyeri, untuk mengurangi sesak napas istri saya. Sampai tengah malam, istri saya masih sesak napas," ungkapnya.
Bukan semakin membaik, kondisi Ranita malah bertambah buruk. Dia pun mulai mengalami muntah-muntah. Situasi menjadi panik. Ranita akhirnya dipindah ke ruang ICU oleh dokter. Di ruang ICU itu, Ranita ditangani oleh dua orang dokter, yakni dr. Rahmadsyah dan dr.Ilham.
"Istri saya terlihat ditekan-tekan dadanya, dan dipompa oksigen melalui hidung. Tidak ada satu jam di ruang ICU, istri saya dinyatakan meninggal. Katanya karena darah tinggi dan ada penyakit jantung. Tapi, kenapa saya tidak pernah ditawarkan rujukan," ujar Ramdan.
Mendapat kenyataan itu, Ramdan mengaku ikhlas. Namun, dia bertanya-tanya tentang sebab dari kematian istrinya yang sangat janggal. Dia menduga, pihak RS telah melakukan malapraktik terhadap istrinya. Mulai dari memberi obat, hingga penanganan yang dipaksakan tanpa persetujuan.
"Bayi sempat dimasukan ke inkubator, karena mengalami sesak dan usia lahirnya belum mencukupi hari kandungan, yakni baru 35 minggu. Selain itu, jenazah istri saya juga tidak dimandikan dan dikembalikan tanpa busana. Saya belum menerima penyebab dari kematian istri saya," ucap Ramdan.
Ramdan Sumanta (37), suami Ranita mengatakan, istrinya meninggal dunia usai diberikan obat penahan rasa sakit dan antihipertensi. Dia menceritakan, awalnya sang istri hanya ingin melakukan check up kehamilan. Namun kata dokter yang memeriksa, Ranita telah bukaan tiga.
"Peristiwanya sudah lama, pada 3 Januari 2018 lalu. Tetapi rasanya seperti baru kemarin. Saya masih tidak menyangka, almarhumah pergi begitu cepat," ungkap Ramdan kepada SINDOnews di rumahnya Jalan KUD, Ciledug, Rabu (1/2/2018).
Dilanjutkan Ramdan, usai dilakukan pemeriksaan terhadap Ranita, diketahui bahwa ibu tiga orang anak itu memiliki penyakit darah tinggi, minus tiga pada mata, dan telah berusia 37 tahun. Sehingga, tidak bisa melakukan persalinan normal, dan harus segera dilakukan operasi caesar.
Dokter juga mengatakan, jika dalam penangannya nanti terjadi kemungkinan terburuk, maka pihak rumah sakit akan langsung merujuknya ke rumah sakit lain yang lebih besar dan lebih lengkap. Sebab, Ranita butuh penanganan khusus di rumah sakit yang lebih besar dan lengkap.
"Akhirnya istri saya dioperasi caesar. Alhamdullilah, operasinya berjalan lancar. Kemudian, istri saya dipindahkan ke ruang persiapan, lalu ke ruang perawatan. Beberapa jam kemudian, istri saya mulai kedinginan dan sudah sadarkan diri, tetapi kondisinya lemas," sambung Ramdan.
Karena sang istri merasa haus dan lapar, Ranita diberitakan makan dan minum. Setelah makan, Ranita diberikan obat penurun darah tinggi. Tidak lama kemudian, wajah dan mata Ranita mengalami bengkak-bengkak, dan sesak napas. Ternyata, Ranita memiliki alergi obat.
"Setelah minum obat itu, muka dan mata istri saya mengalami bengkak-bengkak. Kemudian, perawat itu bilang mau memberikan obat penetralisir dan pengurang rasa nyeri, untuk mengurangi sesak napas istri saya. Sampai tengah malam, istri saya masih sesak napas," ungkapnya.
Bukan semakin membaik, kondisi Ranita malah bertambah buruk. Dia pun mulai mengalami muntah-muntah. Situasi menjadi panik. Ranita akhirnya dipindah ke ruang ICU oleh dokter. Di ruang ICU itu, Ranita ditangani oleh dua orang dokter, yakni dr. Rahmadsyah dan dr.Ilham.
"Istri saya terlihat ditekan-tekan dadanya, dan dipompa oksigen melalui hidung. Tidak ada satu jam di ruang ICU, istri saya dinyatakan meninggal. Katanya karena darah tinggi dan ada penyakit jantung. Tapi, kenapa saya tidak pernah ditawarkan rujukan," ujar Ramdan.
Mendapat kenyataan itu, Ramdan mengaku ikhlas. Namun, dia bertanya-tanya tentang sebab dari kematian istrinya yang sangat janggal. Dia menduga, pihak RS telah melakukan malapraktik terhadap istrinya. Mulai dari memberi obat, hingga penanganan yang dipaksakan tanpa persetujuan.
"Bayi sempat dimasukan ke inkubator, karena mengalami sesak dan usia lahirnya belum mencukupi hari kandungan, yakni baru 35 minggu. Selain itu, jenazah istri saya juga tidak dimandikan dan dikembalikan tanpa busana. Saya belum menerima penyebab dari kematian istri saya," ucap Ramdan.
(whb)