Penularan AIDS di Tangsel Memprihatinkan, LGBT Paling Banyak Terjangkit
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Penyebaran penyakit seksual Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tergolong memprihatinkan. Data terbaru menyebutkan, total penderita AIDS di Tangsel mencapai 2.487 orang. Dari angka itu sebanyak 1.597 pasien berasal dari pasangan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Data tersebut berdasarkan estimasi dan proyeksi AIDS/HIV di Indonesia sejak 2011-2016. Dimana angka itu merujuk pada publikasi survei oleh Departemen Kesehatan (Depkes) pada 2012 yang menyebut bahwa Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Provinsi Banten mencapai 13.898 orang.
Salah satu aliansi organisasi anti LGBT, Aliansi Cinta Keluarga (Aila), memaparkan, jumlah 13.898 orang itu terdiri atas beberapa kategori penularan. Namun terbanyak diakibatkan hubungan lelaki seks dengan lelaki (LSL) yang estimasi ODHA-nya mencapai 5.196 orang.
"Banten jumlahnya sebanyak itu dan itu tahun 2012 loh, survei enam tahun lalu. Karena sebenarnya survei kependudukan kita juga per lima tahunan. Terakhir yang survei tahun 2017, tapi belum selesai," ujar Ketua Aila, Rita Soebagio, Minggu (21/1/2018).
Dari estimasi 5.196 ODHA akibat seks sesama jenis LSL (gay) di Provinsi Banten, yang paling besar jumlahnya berada di Kota Tangsel yakni 1.597 orang. Lalu menyusul Kota Tangerang sebanyak 1.006 orang, Serang 536 orang, Lebak 458 orang, Pandeglang 444 orang, Kota Serang 435 orang, Kota Cilegon 424 orang, dan Kabupaten Tangerang 296 orang.
"Lembaga-lembaga dunia, baik UNDP atau WHO, menyatakan bahwa LGBT di Indonesia ada 3% dari populasi, jadi sekitar 7,5 juta orang. Tapi sekali lagi, ini hanya estimasi. Organisasi LGBT di Asia menyebut organisasinya di Indonesia ada 119 organisasi LGBT," imbuhnya.
Menanggapi angka ini, Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, Pemkot Tangsek sejak lama telah mendukung segala upaya dari masyarakat untuk menolak keberadaan LGBT.
Langkah penolakan akan dibarengi dengan sosialisasi untuk mengajak para pelaku LGBT meninggalkan perilaku seks menyimpang itu. Salah satu caranya adalah melalui aksi besar-besaran pada Februari mendatang di Lapangan Sun Burst, BSD. Aksi ini akan melibatkan sekitar 130 organisasi.
"Basisnya untuk mencegah itu adalah dengan membentuk ketahanan keluarga, komunikasi keluarga secara langsung. Sementara ini sikap bersama dulu, bagaimana masyarakat satu suara menolak ini, nanti ke depannya kalau diperlukan tidak mustahil kita terbitkan regulasi sesuai dengan aturan yang ada," tandasnya.
Data tersebut berdasarkan estimasi dan proyeksi AIDS/HIV di Indonesia sejak 2011-2016. Dimana angka itu merujuk pada publikasi survei oleh Departemen Kesehatan (Depkes) pada 2012 yang menyebut bahwa Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Provinsi Banten mencapai 13.898 orang.
Salah satu aliansi organisasi anti LGBT, Aliansi Cinta Keluarga (Aila), memaparkan, jumlah 13.898 orang itu terdiri atas beberapa kategori penularan. Namun terbanyak diakibatkan hubungan lelaki seks dengan lelaki (LSL) yang estimasi ODHA-nya mencapai 5.196 orang.
"Banten jumlahnya sebanyak itu dan itu tahun 2012 loh, survei enam tahun lalu. Karena sebenarnya survei kependudukan kita juga per lima tahunan. Terakhir yang survei tahun 2017, tapi belum selesai," ujar Ketua Aila, Rita Soebagio, Minggu (21/1/2018).
Dari estimasi 5.196 ODHA akibat seks sesama jenis LSL (gay) di Provinsi Banten, yang paling besar jumlahnya berada di Kota Tangsel yakni 1.597 orang. Lalu menyusul Kota Tangerang sebanyak 1.006 orang, Serang 536 orang, Lebak 458 orang, Pandeglang 444 orang, Kota Serang 435 orang, Kota Cilegon 424 orang, dan Kabupaten Tangerang 296 orang.
"Lembaga-lembaga dunia, baik UNDP atau WHO, menyatakan bahwa LGBT di Indonesia ada 3% dari populasi, jadi sekitar 7,5 juta orang. Tapi sekali lagi, ini hanya estimasi. Organisasi LGBT di Asia menyebut organisasinya di Indonesia ada 119 organisasi LGBT," imbuhnya.
Menanggapi angka ini, Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, Pemkot Tangsek sejak lama telah mendukung segala upaya dari masyarakat untuk menolak keberadaan LGBT.
Langkah penolakan akan dibarengi dengan sosialisasi untuk mengajak para pelaku LGBT meninggalkan perilaku seks menyimpang itu. Salah satu caranya adalah melalui aksi besar-besaran pada Februari mendatang di Lapangan Sun Burst, BSD. Aksi ini akan melibatkan sekitar 130 organisasi.
"Basisnya untuk mencegah itu adalah dengan membentuk ketahanan keluarga, komunikasi keluarga secara langsung. Sementara ini sikap bersama dulu, bagaimana masyarakat satu suara menolak ini, nanti ke depannya kalau diperlukan tidak mustahil kita terbitkan regulasi sesuai dengan aturan yang ada," tandasnya.
(thm)