Sebelum Meninggal, Mahasiswi Cantik Ini Keluhkan Pendarahan di Usus
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Seorang mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, bernama Aufatul Khuzzah (19), meninggal dunia akibat virus difteri. Mahasiswi asal Serang, Banten, ini meninggal setelah mendapat perawatan di RS dr Drajat Prawiranegara Serang selama 13 hari.
Kasi Surveillance Imunisasi dan Krisis Kesehatan, Dinas Kesehatan Banten Rostiana membenarkan adanya salah satu mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah yang meninggal dunia pada 24 Desember 2017 sekitar pukul 17.30 WIB di RSDP Serang karna difteri.
"Almarhumah mulai mengeluh sakit sejak 18 November. Kemudian dari tanggal 9 Desember sampai meninggal dunia di RSDP Serang," ujar Rostiana saat dikonfirmasi SINDOnews, Selasa (26/12/2017). (Baca: Diserang Difteri, Mahasiswi Cantik di Tangsel Meninggal Dunia)
Berdasarkan informasi, sebelum meninggal pihak RSDP Serang sempat memindahkan Aufatul dari ruang isolasi ke ruang perawatan biasa. Sebab, kata Rostina, pihak dokter menyatakan membran di tenggorokan korban sudah hilang.
"Yang jadi keluhan adalah melena (pendarahan di usus) sehingga dipindahkan ke bangsal bedah untuk difokuskan ke pengobatan saluran pencernaannya," ujarnya. (Baca: Pasien Suspect Difteri di Kota Bekasi Meningkat Cepat)
Sampai hari ini selama 2017, total warga Banten yang meninggal dunia karena bakteri corynebacterium diptheriae itu sudah berjumlah 10 orang. Data terakhir 142 kasus difteri terjadi di Banten.
Kasi Surveillance Imunisasi dan Krisis Kesehatan, Dinas Kesehatan Banten Rostiana membenarkan adanya salah satu mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah yang meninggal dunia pada 24 Desember 2017 sekitar pukul 17.30 WIB di RSDP Serang karna difteri.
"Almarhumah mulai mengeluh sakit sejak 18 November. Kemudian dari tanggal 9 Desember sampai meninggal dunia di RSDP Serang," ujar Rostiana saat dikonfirmasi SINDOnews, Selasa (26/12/2017). (Baca: Diserang Difteri, Mahasiswi Cantik di Tangsel Meninggal Dunia)
Berdasarkan informasi, sebelum meninggal pihak RSDP Serang sempat memindahkan Aufatul dari ruang isolasi ke ruang perawatan biasa. Sebab, kata Rostina, pihak dokter menyatakan membran di tenggorokan korban sudah hilang.
"Yang jadi keluhan adalah melena (pendarahan di usus) sehingga dipindahkan ke bangsal bedah untuk difokuskan ke pengobatan saluran pencernaannya," ujarnya. (Baca: Pasien Suspect Difteri di Kota Bekasi Meningkat Cepat)
Sampai hari ini selama 2017, total warga Banten yang meninggal dunia karena bakteri corynebacterium diptheriae itu sudah berjumlah 10 orang. Data terakhir 142 kasus difteri terjadi di Banten.
(thm)