Duo Tangerang Sukses Tekan Biaya Berkat Konsep Smart City
A
A
A
JAKARTA - Konsep pembangunan kota pintar atau smart city yang sedang dikembangkan Pemerintah Kota Tangerang dan Tangerang Selatan (Tangsel), menuai sukses dan mendapat apresiasi positif. Kedua kota ini bahkan dijadikan daerah percontohan bagi pembangunan kota yang mengusung tema yang sama.
Secara harfiah, konsep kota pintar dirancang untuk membantu masyarakat dan pemerintah, terutama dalam upaya mengelola sumber daya masyarakatnya agar lebih efisien. Serta dalam memberikan kemudahan pelayanan publik dengan teknologi dan inovasi, maupun dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengatakan, penerapan konsep smart city di Kota Tangsel selain bisa menekan biaya pengeluaran pemerintah dalam pelayanan publik, juga bisa memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi yang dibutuhkan dengan lebih tepat melalui aplikasi yang telah dibuat.
"Kami sudah punya 73 sistem aplikasi pelayanan, termasuk di pelayanan perizinan. Smart city itu mempermudah penggunaan teknologi informasi. Bagi pemerintah, berguna untuk pelayanan publik. Bagi masyarakat, bagaimana publik bisa menerima informasi lebih tepat," katanya kepada KORAN SINDO belum lama ini.
Dalam pembuatan 73 aplikasi layanan itu, Pemkot Tangsel memberdayakan sumber daya yang dimilikinya. Sehingga bisa menekan anggaran pengeluaran daerah. Hal yang berbeda jika mereka menggunakan jasa pihak swasta. Adapun anggaran yang dibutuhkan untuk membuat 73 aplikasi itu senilai Rp2-3 miliar.
"Kita buat 73 aplikasi itu tidak mahal. Anggarannya Rp2-3 miliar. Kita punya tim IT di Dinas Infokom sehingga bisa melakukan penghematan anggaran belanja daerah. Keuntungannya, masyarakat sekarang menjadi lebih mudah dalam mengurus pelayanan pemerintah. Pelayanan publik juga jadi lebih mudah," ucap Benyamin Davnie.
Sebelum ada aplikasi layanan itu, birokrasi di Kota Tangsel berjalan sangat lambat. Sehingga banyak masyarakat yang mengaku kesulitan dalam mengurus segala sesuatunya. Belum lagi, mereka juga harus bolak-balik ke dinas terkait. Dengan teknologi informasi ini, masyarakat tidak perlu lagi datang ke dinas terkait.
"Tetapi perlu dicatat bahwa konsep pembangunan smart city yang dikembangkan Kota Tangsel bukan hanya untuk membangun kecerdasan atau tingkat intelektual masyarakatnya agar melek teknologi. Lebih jauh, konsep pembangunan yang kami gagas untuk membentuk kebudayaan masyarakat yang positif," ungkapnya.
Kota Tangsel juga memiliki acuan kerja pembangunan daerah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam blue print pembangunan Kota Tangsel itu, smart city dimaksudkan untuk membentuk masyarakat Kota Tangsel agar berkualitas, cerdas, dan berdaya saing. "Saat ini jumlah penduduk Kota Tangsel telah mencapai 1,4 juta orang. Dari 1,4 juta itu, sebanyak 60%-nya merupakan tenaga produktif. Dan dalam tempo dua hingga tiga tahun ke depan bisa mencapai angka tiga juga orang. Sehingga konsep pembangunan smart city ini menjadi langkah yang strategis," ucapnya.
Apresiasi pelaksanaan konsep smart city yang dikembangkan Kota Tangsel pun akhirnya mendapat penghargaan Implementator Smart City Nusantara Pemerintah Daerah tahun 2017 yang memiliki tema "Satu Smart City Satukan Negeri", karena kontribusinya mengakselerasi program Smart City Nusantara sejak 2016.
Hal senada juga dialami Kota Tangerang. Penerapan konsep smart city di kota seribu industri dan sejuta jasa ini, bahkan telah diadopsi oleh 16 pemerintah kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Pemkot Tangerang juga membagikan 153 aplikasi smart city-nya secara gratis untuk digunakan.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan daerah lain dalam rangka mengembangkan smart city, agar semua pemerintah daerah bisa terus melakukan inovasi-inovasi pelayanan publik. Tujuannya agar pelayanan publik menjadi semakin mudah dan efektif.
"Setelah memberikan aplikasi secara gratis, nanti kita akan berikan pendampingan kepada daerah yang memakai aplikasi kita. Daerah juga bisa sampaikan evaluasi terhadap aplikasi yang kita berikan, terus diperbaiki, dan ternyata lebih bagus akan kita gunakan bersama-sama dalam pelayanan masyarakat," ungkapnya.
Saat ini Pemkot Tangerang telah memiliki 163 aplikasi smart city, baik yang sifatnya government maupun yang untuk pelayanan publik. Dari 163 aplikasi tersebut, sebanyak 129-nya merupakan aplikasi e-government, yang terdiri atas website OPD sebanyak 56 aplikasi, manajemen pemerintahan 34 aplikasi, manajemen layanan publik 20 aplikasi, kelompok penyampaian aspirasi 3 aplikasi, dan aplikasi android sebanyak 6 aplikasi.
"Program pengembangan smart city di Kota Tangerang sudah dimulai sejak 2014. Pada tahun 2016, Pemkot Tangerang membangun Tangerang Life Room yang merupakan integrasi seluruh aplikasi yang ada. Dari 163 aplikasi itu, ada beberapa yang kami integrasikan sehingga totalnya menjadi 115 aplikasi," pungkasnya.
Secara harfiah, konsep kota pintar dirancang untuk membantu masyarakat dan pemerintah, terutama dalam upaya mengelola sumber daya masyarakatnya agar lebih efisien. Serta dalam memberikan kemudahan pelayanan publik dengan teknologi dan inovasi, maupun dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengatakan, penerapan konsep smart city di Kota Tangsel selain bisa menekan biaya pengeluaran pemerintah dalam pelayanan publik, juga bisa memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi yang dibutuhkan dengan lebih tepat melalui aplikasi yang telah dibuat.
"Kami sudah punya 73 sistem aplikasi pelayanan, termasuk di pelayanan perizinan. Smart city itu mempermudah penggunaan teknologi informasi. Bagi pemerintah, berguna untuk pelayanan publik. Bagi masyarakat, bagaimana publik bisa menerima informasi lebih tepat," katanya kepada KORAN SINDO belum lama ini.
Dalam pembuatan 73 aplikasi layanan itu, Pemkot Tangsel memberdayakan sumber daya yang dimilikinya. Sehingga bisa menekan anggaran pengeluaran daerah. Hal yang berbeda jika mereka menggunakan jasa pihak swasta. Adapun anggaran yang dibutuhkan untuk membuat 73 aplikasi itu senilai Rp2-3 miliar.
"Kita buat 73 aplikasi itu tidak mahal. Anggarannya Rp2-3 miliar. Kita punya tim IT di Dinas Infokom sehingga bisa melakukan penghematan anggaran belanja daerah. Keuntungannya, masyarakat sekarang menjadi lebih mudah dalam mengurus pelayanan pemerintah. Pelayanan publik juga jadi lebih mudah," ucap Benyamin Davnie.
Sebelum ada aplikasi layanan itu, birokrasi di Kota Tangsel berjalan sangat lambat. Sehingga banyak masyarakat yang mengaku kesulitan dalam mengurus segala sesuatunya. Belum lagi, mereka juga harus bolak-balik ke dinas terkait. Dengan teknologi informasi ini, masyarakat tidak perlu lagi datang ke dinas terkait.
"Tetapi perlu dicatat bahwa konsep pembangunan smart city yang dikembangkan Kota Tangsel bukan hanya untuk membangun kecerdasan atau tingkat intelektual masyarakatnya agar melek teknologi. Lebih jauh, konsep pembangunan yang kami gagas untuk membentuk kebudayaan masyarakat yang positif," ungkapnya.
Kota Tangsel juga memiliki acuan kerja pembangunan daerah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam blue print pembangunan Kota Tangsel itu, smart city dimaksudkan untuk membentuk masyarakat Kota Tangsel agar berkualitas, cerdas, dan berdaya saing. "Saat ini jumlah penduduk Kota Tangsel telah mencapai 1,4 juta orang. Dari 1,4 juta itu, sebanyak 60%-nya merupakan tenaga produktif. Dan dalam tempo dua hingga tiga tahun ke depan bisa mencapai angka tiga juga orang. Sehingga konsep pembangunan smart city ini menjadi langkah yang strategis," ucapnya.
Apresiasi pelaksanaan konsep smart city yang dikembangkan Kota Tangsel pun akhirnya mendapat penghargaan Implementator Smart City Nusantara Pemerintah Daerah tahun 2017 yang memiliki tema "Satu Smart City Satukan Negeri", karena kontribusinya mengakselerasi program Smart City Nusantara sejak 2016.
Hal senada juga dialami Kota Tangerang. Penerapan konsep smart city di kota seribu industri dan sejuta jasa ini, bahkan telah diadopsi oleh 16 pemerintah kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Pemkot Tangerang juga membagikan 153 aplikasi smart city-nya secara gratis untuk digunakan.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan daerah lain dalam rangka mengembangkan smart city, agar semua pemerintah daerah bisa terus melakukan inovasi-inovasi pelayanan publik. Tujuannya agar pelayanan publik menjadi semakin mudah dan efektif.
"Setelah memberikan aplikasi secara gratis, nanti kita akan berikan pendampingan kepada daerah yang memakai aplikasi kita. Daerah juga bisa sampaikan evaluasi terhadap aplikasi yang kita berikan, terus diperbaiki, dan ternyata lebih bagus akan kita gunakan bersama-sama dalam pelayanan masyarakat," ungkapnya.
Saat ini Pemkot Tangerang telah memiliki 163 aplikasi smart city, baik yang sifatnya government maupun yang untuk pelayanan publik. Dari 163 aplikasi tersebut, sebanyak 129-nya merupakan aplikasi e-government, yang terdiri atas website OPD sebanyak 56 aplikasi, manajemen pemerintahan 34 aplikasi, manajemen layanan publik 20 aplikasi, kelompok penyampaian aspirasi 3 aplikasi, dan aplikasi android sebanyak 6 aplikasi.
"Program pengembangan smart city di Kota Tangerang sudah dimulai sejak 2014. Pada tahun 2016, Pemkot Tangerang membangun Tangerang Life Room yang merupakan integrasi seluruh aplikasi yang ada. Dari 163 aplikasi itu, ada beberapa yang kami integrasikan sehingga totalnya menjadi 115 aplikasi," pungkasnya.
(amm)