Melestarikan Lenong Betawi di Era Generasi Milenial
A
A
A
DEPOK - Ratusan orang memenuhi Sanggar Betawi Ngumpul di Jalan Raya Tanah Baru, Beji menyaksikan lenong Betawi dengan lakon Mat Depok Pernikahan di Ujung Bedil. Acara lenong ini sengaja digelar
Anggota DPR dapil Depok-Bekasi Nuroji untuk melestarikan budaya lenong yang kini hampir punah.
Ditengah aktivitasnya berkantor di Senayan, politikus Partai Gerindra itu masih sempat membuat pertunjukan budaya lenong Betawi di rumahnya di Tanah Baru, Beji, Depok pada Minggu, 19 November 2017 malam.
Lenong ini mengangkat kisah nyata dari Deran atau yang lebih dikenal dengan Mat Depok yang jago memikat wanita, di awal tahun 1940-an.
Suatu ketika Deran jatuh cinta dengan Nyi Emah yang sudah bertunangan dengan Van Buluken, tuan kompeni yang dirampok Deran untuk warga miskin. Kemudian terjadilah pertempuran antara Deran dengan Van Buluken yang berakhir ditangkapnya Deran, dan dipenjara.
Dalam penjara Deran disiksa dan rindu Nyi Emah, datanglah guru silat Deran, Kong Misar membawa Nyi Emah dan akan menikahkannya dengan Deran. Van Buluken tidak terima dan dengan kasar menodongkan bedilnya saat Deran menikah dengan Nyi emah.
Ketua Dewan Kesenian Depok Nuroji yang juga penulis cerita dan skenario ini, menjelaskan itu adalah sepenggal cerita dari Mat Depok. Judul sengaja dibuat bombastis agar menarik penonton. Cerita juga disisipi kisah percintaan dan sejarah Kota Depok, dibumbui dengan lawakan segar tanpa mengurangi inti sari cerita.
"Di sini, Deran tokoh utama diceritakan sosok pemberani. Deran tidak lolos masuk tentara, namun memiliki sikap berani dan menolong sesama," katanya. Dalam lenong berdurasi dua jam ini, didukung 12 sangar seni dari Depok. Dengan total 22 pemain dan 14 pemusik.
Nama-nama beken pun ikut serta dalam lenong yang disutradari Iin Marlina ini. Seperti Ginanjar dan Udin Nganga. "Kami ingin penonton terhibur. Lihat lenong sambil duduk dibawah beralas tikar, menikmati lenong dan musik Berawi," ujarnya.
Sementara itu, Muhammad Iqbal warga Kecamatan Limo, mengaku terhibur dengan lenong yang diselenggarakan Dewan Kesenian Depok dan Sanggar Betawi Ngumpul ini. Baginya di Depok sudah sulit menonton lenong.
Padahal Depok terkenal dengan budaya Betawi. "Kadang juga harus ke luar Depok nonton lenong. Terhibur sekali mulai dari pelakon, artistiknya, cahayanya sampai suara yang main dan musiknya pas," ucapnya.
Anggota DPR dapil Depok-Bekasi Nuroji untuk melestarikan budaya lenong yang kini hampir punah.
Ditengah aktivitasnya berkantor di Senayan, politikus Partai Gerindra itu masih sempat membuat pertunjukan budaya lenong Betawi di rumahnya di Tanah Baru, Beji, Depok pada Minggu, 19 November 2017 malam.
Lenong ini mengangkat kisah nyata dari Deran atau yang lebih dikenal dengan Mat Depok yang jago memikat wanita, di awal tahun 1940-an.
Suatu ketika Deran jatuh cinta dengan Nyi Emah yang sudah bertunangan dengan Van Buluken, tuan kompeni yang dirampok Deran untuk warga miskin. Kemudian terjadilah pertempuran antara Deran dengan Van Buluken yang berakhir ditangkapnya Deran, dan dipenjara.
Dalam penjara Deran disiksa dan rindu Nyi Emah, datanglah guru silat Deran, Kong Misar membawa Nyi Emah dan akan menikahkannya dengan Deran. Van Buluken tidak terima dan dengan kasar menodongkan bedilnya saat Deran menikah dengan Nyi emah.
Ketua Dewan Kesenian Depok Nuroji yang juga penulis cerita dan skenario ini, menjelaskan itu adalah sepenggal cerita dari Mat Depok. Judul sengaja dibuat bombastis agar menarik penonton. Cerita juga disisipi kisah percintaan dan sejarah Kota Depok, dibumbui dengan lawakan segar tanpa mengurangi inti sari cerita.
"Di sini, Deran tokoh utama diceritakan sosok pemberani. Deran tidak lolos masuk tentara, namun memiliki sikap berani dan menolong sesama," katanya. Dalam lenong berdurasi dua jam ini, didukung 12 sangar seni dari Depok. Dengan total 22 pemain dan 14 pemusik.
Nama-nama beken pun ikut serta dalam lenong yang disutradari Iin Marlina ini. Seperti Ginanjar dan Udin Nganga. "Kami ingin penonton terhibur. Lihat lenong sambil duduk dibawah beralas tikar, menikmati lenong dan musik Berawi," ujarnya.
Sementara itu, Muhammad Iqbal warga Kecamatan Limo, mengaku terhibur dengan lenong yang diselenggarakan Dewan Kesenian Depok dan Sanggar Betawi Ngumpul ini. Baginya di Depok sudah sulit menonton lenong.
Padahal Depok terkenal dengan budaya Betawi. "Kadang juga harus ke luar Depok nonton lenong. Terhibur sekali mulai dari pelakon, artistiknya, cahayanya sampai suara yang main dan musiknya pas," ucapnya.
(whb)