Memprihatinkan, Perilaku Remaja Semakin Nekat
A
A
A
BEKASI - Entah apa yang ada dalam benak tiga anak baru gede (ABG) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat ini. Hanya karena ingin unjuk keberanian, mereka nekat membacok seorang pelajar SMPN 4 Cikarang Barat yang sedang menyeberang Jalan Raya Fatahillah, Kecamatan Cikarang Barat. Akibatnya sangat fatal, korban VJ,15, yang terkena sabetan celurit di punggung langsung tersungkur. Yang kian mengenaskan, dia terlindas dump truck saat ambruk di tengah jalan.
Peristiwa memilukan tersebut terjadi pada Selasa (14/11), tapi baru diungkap polisi kemarin Kasus ini menunjukkan kenakalan remaja, oleh karena berbagai sebab, sudah berada pada tingkat sangat mengkhawatirkan. Kejadian tersebut mengingatkan fenomena klitih yang terjadi di DI Yogyakarta sepanjang 2016-2017. Saking masifnya peristiwa tersebut, Yogyakarta sempat menetapkan status darurat klitih. Saat itu, dengan motif yang tidak jelas pula, sekelompok remaja bermotor -sebagian besar pelaku merupakan pelajar SMP dan SMA- melukai para korban secara acak dengan senjata tajam. Tindakan tersebut mengakibatkan luka serius pada korban, bahkan beberapa pelajar SMP dan SMA tercatat meninggal dunia.
Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah prihatin atas kasus kekerasan yang melibatkan anak tersebut. Menurut dia, munculnya kekuatan untuk melakukan tindakan nekat tersebut dipicu faktor internal maupun eksternal pelaku. Secara internal, perlaku anak sangat dipengaruhi lingkungan.
"Mereka bisa melihat dan mencontoh apa yang dilihatnya. Mereka melihat bagaimana lingkungan mengekspresikan kemarahan yang semakin gamblang dipertontonkan," ujar dia.
Dari sisi eksternal, sambung dia, anak-anak memiliki daya lihat dan terbawa dalam sistem informasi yang berkembang pesat. Menurut dia, saat ini daya jelajah anak jauh lebih cepat dari pada orang tuanya. Kondisi tersebut membawa stimulus terhadap anak-anak, termasuk untuk melakukan percobaan. "Orang tua jangan kalah dengan gadget. Orang tua harus melakukan pengawasan terhadap kemajuan teknologi," tandasnya.
Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta menilai remaja rentan melakukan tindakan nekat. Menurut dia, pada fase remaja memang cenderung fase pencarian jati diri. Sehingga mereka sering melakukan hal yang tidak dibarengi dengan pertimbangan terlebih dulu. "Pola pikir yang pendek itu membuat tindakan yang dilakukan hanya didasarkan emosi sesaat. Perilaku agresif yang dilakukan kadang tidak memikirkan risiko," ujarnya.
Dia kembali menandaskan, dorongan untuk bertindak agresif pada fase remaja biasanya cenderung lebih kuat. Jika tidak dikendalikan dengan baik maka berdampak pada tindakan yang menurut mereka bisa dilakukan, padahal itu bisa merugikan orang lain. "Jika tidak dikendalikan akan muncul perilaku-perilaku spontan yang tidak memikirkan konsekuensinya secara mendalam," pungkasnya.
Sebelumnya, saat menghadiri acara penyaluran bantuan sosial nontunai PKH dan BNPT di Balai Kota Yogyakarta (15/11), Mensos Khofifah Indar Parwansa mengingatkan orang tua, guru, dan lingkungan sekitar untuk memberikan panduan kepada remaja sedini mungkin untuk mengatasi kenakalan remaja seperti klitih. Dalam pandangannya, apa yang ditunjukkan remaja merupakan perilaku imitatif.
"Kalau dia tidak bisa menirukan (dapat stigma) tidak gaul. Jadi menurut saya, yang senior-senior seperti saya harus mampu masuk dalam dunia kids zaman now," ujar dia.
Untuk mengatasi fenomena tersebut, Khofifah juga menyarankan orang tua dan lebih dekat dengan dunia anak muda. Dengan demikian mereka bisa memahami karakter dan keinginan anak-anak di saat ini. "Kita harus menjadi satu dengan dunia mereka, mencobalah menyelami perubahan-perubahan perilaku, perubahan sikap," kata Khofifah.
Kasus mengerikan yang terbaru ini terjadi di depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jalan Raya Fatahillah, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Saat itu korban bersama rekannya M dan AM hendak pulang ke rumah dengan berjalan kaki dari sekolahnya, SMPN 4 Cikarang Barat.
Dua rekannya, M dan AM, lebih dulu menyeberang jalan ke arah utara. Saat korban menyusul rekannya itu, tiba-tiba datang ketiga tersangka menggunakan satu sepeda motor Honda Beat. Dengan kondisi sepeda motor masih melaju, tersangka DM,16, yang duduk di bangku paling belakang langsung menebas punggung VJ menggunakan celurit. Melihat korban tersungkur, ketiga tersangka kabur ke arah timur.
"Rekan korban yang melihat kejadian itu langsung menuntun VJ kembali ke sekolah untuk mendapat pertolongan," kata Kapolres Metro Bekasi, Kombes Asep Adi Saputra, kepada wartawan, Jumat (17/11/2017).
Saat korban sedang dipapah kedua rekannya, tiba-tiba tubuh VJ lunglai dan terjatuh di tengah jalan. Secara bersamaan, melintas sebuah dump truck yang dikemudikan C,30, langsung melindas kepala korban hingga remuk. Oleh warga setempat, VJ dibawa ke RSUD Kabupaten Bekasi di Cibitung untuk mendapat pertolongan.
"Setibanya di rumah sakit, korban sudah meninggal dunia. Dia tewas karena kehabisan darah dan luka yang cukup parah di punggung dan kepalanya," ungkapnya.
Dari laporan itu, menurut Kapolres, pihaknya langsung melakukan penyelidikan dengan menginterogasi sejumlah saksi. Polisi kemudian berhasil mengidentifikasi ciri-ciri tersangka sehingga beberapa jam kemudian ketiga tersangka berhasil diamankan petugas. Mereka ditangkap di rumah orang tuanya di daerah Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, pada Selasa 14 November 2017 malam. Selain DM, tersangka lainnya adalah BM,14, dan AJ,14.
Kapolsek Cikarang Barat Kompol Hendrik Situmorang menambahkan, tujuan tersangka menyerang korban adalah sebagai ajang unjuk gigi bahwa mereka dikenal pemberani. "Mereka juga mencari sasaran pelajar secara acak. Kebetulan ketika tersangka melintas, korban sedang menyeberang. Saat itu juga tersangka langsung membacoknya," katanya.
Kapolres Metro Bekasi Kombes Asep Adi Saputra memastikan pelaku sudah diamankan di Mapolsek Cikarang Utara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Adapun penabrak korban masih diperiksa sebagai saksi. Selain mengamankan tersangka, polisi juga menyita barang bukti berupa sebilah celurit dan sepeda motor Honda Beat.
"Akibat perbuatannya, tersangka dijerat Pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiayaan hingga mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang dengan hukuman penjara diatas 5 tahun," sebutnya.
Secara terpisah, kekerasan yang melibatkan anak juga dilaporkan terjadi di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Bocah berusia 16 tahun yang berstatus pelajar SMA mengotaki penyerangan warga di Kecamatan Baros dan Kecamatan Cibereum (16/11). Walaupun masih bocah, pelaku yang tidak diungkapkan identitasnya tersebut mampu menghimpun massa hingga ber jumlah 45 orang, yang sebagian besar merupakan pelajar. Kekerasan merupakan dampak gesekan ormas yang ada di daerah tersebut.
Duka Orang Tua
Suasana haru masih mnyelimuti kediaman korban VJ,15, di Kampung Tanah Baru, RT 3/1, Desa Harjamukti, Kecamatan Cikarang Utara, Kabu pa ten Bekasi. VJ merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Titin,45, dan Juju,40. "Saya tidak terima anak saya meninggal mengenaskan," kata Titin, ayah korban.
Menurutnya, sebelum tewas mengenaskan, anak lelakinya itu berangkat dari rumahnya pamit untuk berangkat ke sekolah. Namun pada malam harinya keluarganya diberi tahu oleh pihak kepolisian bahwa anaknya tersebut berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bekasi.
Mendapat informasi tersebut, Titin dan Juju langsung bertolak ke RSUD yang berada di wilayah Cibitung tersebut. Bak disambar petir, kedua orang tua korban melihat kondisi anak lelaki kesayangannya tersebut sudah terbujur kaku dengan kondisi sangat me ngenaskan. "Saya kaget sampai jantung saya mau copot," ungkapnya.
Titin menceritakan, semasa hidup, anak keduanya tersebut tidak pernah membuat masalah dan terkenal baik dengan teman sebayanya. Bahkan selama ini anaknya tersebut terbilang cerdas dan selalu juara di kelas. Anaknya pun rajin mengaji. Setiap berangkat sekolah, kata dia, korban sering diantar orang tuanya ataupun naik kendaraan umum menuju sekolah.
"Boro-boro naik motor, anak saya naik sepeda aja tidak bisa, masa terlibat kasus kekerasan. Anak saya salah sasaran, saya tidak terima dengan kejadian ini," ungkapnya.
Untuk itu Titin berharap kepada pihak kepolisian untuk menghukum pelakunya seberat-beratnya. Pihak keluarga korban pun mengapresiasi pihak kepolisian yang cepat langsung meringkus pelaku. "Kejadian ini jangan sampai terulang lagi, cukup anak saya yang menjadi korbannya," tegas dia.
Peristiwa memilukan tersebut terjadi pada Selasa (14/11), tapi baru diungkap polisi kemarin Kasus ini menunjukkan kenakalan remaja, oleh karena berbagai sebab, sudah berada pada tingkat sangat mengkhawatirkan. Kejadian tersebut mengingatkan fenomena klitih yang terjadi di DI Yogyakarta sepanjang 2016-2017. Saking masifnya peristiwa tersebut, Yogyakarta sempat menetapkan status darurat klitih. Saat itu, dengan motif yang tidak jelas pula, sekelompok remaja bermotor -sebagian besar pelaku merupakan pelajar SMP dan SMA- melukai para korban secara acak dengan senjata tajam. Tindakan tersebut mengakibatkan luka serius pada korban, bahkan beberapa pelajar SMP dan SMA tercatat meninggal dunia.
Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah prihatin atas kasus kekerasan yang melibatkan anak tersebut. Menurut dia, munculnya kekuatan untuk melakukan tindakan nekat tersebut dipicu faktor internal maupun eksternal pelaku. Secara internal, perlaku anak sangat dipengaruhi lingkungan.
"Mereka bisa melihat dan mencontoh apa yang dilihatnya. Mereka melihat bagaimana lingkungan mengekspresikan kemarahan yang semakin gamblang dipertontonkan," ujar dia.
Dari sisi eksternal, sambung dia, anak-anak memiliki daya lihat dan terbawa dalam sistem informasi yang berkembang pesat. Menurut dia, saat ini daya jelajah anak jauh lebih cepat dari pada orang tuanya. Kondisi tersebut membawa stimulus terhadap anak-anak, termasuk untuk melakukan percobaan. "Orang tua jangan kalah dengan gadget. Orang tua harus melakukan pengawasan terhadap kemajuan teknologi," tandasnya.
Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta menilai remaja rentan melakukan tindakan nekat. Menurut dia, pada fase remaja memang cenderung fase pencarian jati diri. Sehingga mereka sering melakukan hal yang tidak dibarengi dengan pertimbangan terlebih dulu. "Pola pikir yang pendek itu membuat tindakan yang dilakukan hanya didasarkan emosi sesaat. Perilaku agresif yang dilakukan kadang tidak memikirkan risiko," ujarnya.
Dia kembali menandaskan, dorongan untuk bertindak agresif pada fase remaja biasanya cenderung lebih kuat. Jika tidak dikendalikan dengan baik maka berdampak pada tindakan yang menurut mereka bisa dilakukan, padahal itu bisa merugikan orang lain. "Jika tidak dikendalikan akan muncul perilaku-perilaku spontan yang tidak memikirkan konsekuensinya secara mendalam," pungkasnya.
Sebelumnya, saat menghadiri acara penyaluran bantuan sosial nontunai PKH dan BNPT di Balai Kota Yogyakarta (15/11), Mensos Khofifah Indar Parwansa mengingatkan orang tua, guru, dan lingkungan sekitar untuk memberikan panduan kepada remaja sedini mungkin untuk mengatasi kenakalan remaja seperti klitih. Dalam pandangannya, apa yang ditunjukkan remaja merupakan perilaku imitatif.
"Kalau dia tidak bisa menirukan (dapat stigma) tidak gaul. Jadi menurut saya, yang senior-senior seperti saya harus mampu masuk dalam dunia kids zaman now," ujar dia.
Untuk mengatasi fenomena tersebut, Khofifah juga menyarankan orang tua dan lebih dekat dengan dunia anak muda. Dengan demikian mereka bisa memahami karakter dan keinginan anak-anak di saat ini. "Kita harus menjadi satu dengan dunia mereka, mencobalah menyelami perubahan-perubahan perilaku, perubahan sikap," kata Khofifah.
Kasus mengerikan yang terbaru ini terjadi di depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jalan Raya Fatahillah, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Saat itu korban bersama rekannya M dan AM hendak pulang ke rumah dengan berjalan kaki dari sekolahnya, SMPN 4 Cikarang Barat.
Dua rekannya, M dan AM, lebih dulu menyeberang jalan ke arah utara. Saat korban menyusul rekannya itu, tiba-tiba datang ketiga tersangka menggunakan satu sepeda motor Honda Beat. Dengan kondisi sepeda motor masih melaju, tersangka DM,16, yang duduk di bangku paling belakang langsung menebas punggung VJ menggunakan celurit. Melihat korban tersungkur, ketiga tersangka kabur ke arah timur.
"Rekan korban yang melihat kejadian itu langsung menuntun VJ kembali ke sekolah untuk mendapat pertolongan," kata Kapolres Metro Bekasi, Kombes Asep Adi Saputra, kepada wartawan, Jumat (17/11/2017).
Saat korban sedang dipapah kedua rekannya, tiba-tiba tubuh VJ lunglai dan terjatuh di tengah jalan. Secara bersamaan, melintas sebuah dump truck yang dikemudikan C,30, langsung melindas kepala korban hingga remuk. Oleh warga setempat, VJ dibawa ke RSUD Kabupaten Bekasi di Cibitung untuk mendapat pertolongan.
"Setibanya di rumah sakit, korban sudah meninggal dunia. Dia tewas karena kehabisan darah dan luka yang cukup parah di punggung dan kepalanya," ungkapnya.
Dari laporan itu, menurut Kapolres, pihaknya langsung melakukan penyelidikan dengan menginterogasi sejumlah saksi. Polisi kemudian berhasil mengidentifikasi ciri-ciri tersangka sehingga beberapa jam kemudian ketiga tersangka berhasil diamankan petugas. Mereka ditangkap di rumah orang tuanya di daerah Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, pada Selasa 14 November 2017 malam. Selain DM, tersangka lainnya adalah BM,14, dan AJ,14.
Kapolsek Cikarang Barat Kompol Hendrik Situmorang menambahkan, tujuan tersangka menyerang korban adalah sebagai ajang unjuk gigi bahwa mereka dikenal pemberani. "Mereka juga mencari sasaran pelajar secara acak. Kebetulan ketika tersangka melintas, korban sedang menyeberang. Saat itu juga tersangka langsung membacoknya," katanya.
Kapolres Metro Bekasi Kombes Asep Adi Saputra memastikan pelaku sudah diamankan di Mapolsek Cikarang Utara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Adapun penabrak korban masih diperiksa sebagai saksi. Selain mengamankan tersangka, polisi juga menyita barang bukti berupa sebilah celurit dan sepeda motor Honda Beat.
"Akibat perbuatannya, tersangka dijerat Pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiayaan hingga mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang dengan hukuman penjara diatas 5 tahun," sebutnya.
Secara terpisah, kekerasan yang melibatkan anak juga dilaporkan terjadi di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Bocah berusia 16 tahun yang berstatus pelajar SMA mengotaki penyerangan warga di Kecamatan Baros dan Kecamatan Cibereum (16/11). Walaupun masih bocah, pelaku yang tidak diungkapkan identitasnya tersebut mampu menghimpun massa hingga ber jumlah 45 orang, yang sebagian besar merupakan pelajar. Kekerasan merupakan dampak gesekan ormas yang ada di daerah tersebut.
Duka Orang Tua
Suasana haru masih mnyelimuti kediaman korban VJ,15, di Kampung Tanah Baru, RT 3/1, Desa Harjamukti, Kecamatan Cikarang Utara, Kabu pa ten Bekasi. VJ merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Titin,45, dan Juju,40. "Saya tidak terima anak saya meninggal mengenaskan," kata Titin, ayah korban.
Menurutnya, sebelum tewas mengenaskan, anak lelakinya itu berangkat dari rumahnya pamit untuk berangkat ke sekolah. Namun pada malam harinya keluarganya diberi tahu oleh pihak kepolisian bahwa anaknya tersebut berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bekasi.
Mendapat informasi tersebut, Titin dan Juju langsung bertolak ke RSUD yang berada di wilayah Cibitung tersebut. Bak disambar petir, kedua orang tua korban melihat kondisi anak lelaki kesayangannya tersebut sudah terbujur kaku dengan kondisi sangat me ngenaskan. "Saya kaget sampai jantung saya mau copot," ungkapnya.
Titin menceritakan, semasa hidup, anak keduanya tersebut tidak pernah membuat masalah dan terkenal baik dengan teman sebayanya. Bahkan selama ini anaknya tersebut terbilang cerdas dan selalu juara di kelas. Anaknya pun rajin mengaji. Setiap berangkat sekolah, kata dia, korban sering diantar orang tuanya ataupun naik kendaraan umum menuju sekolah.
"Boro-boro naik motor, anak saya naik sepeda aja tidak bisa, masa terlibat kasus kekerasan. Anak saya salah sasaran, saya tidak terima dengan kejadian ini," ungkapnya.
Untuk itu Titin berharap kepada pihak kepolisian untuk menghukum pelakunya seberat-beratnya. Pihak keluarga korban pun mengapresiasi pihak kepolisian yang cepat langsung meringkus pelaku. "Kejadian ini jangan sampai terulang lagi, cukup anak saya yang menjadi korbannya," tegas dia.
(amm)