Camat Bantah Masih Ada Aksi Premanisme di Tanah Abang
A
A
A
JAKARTA - Camat Tanah Abang Dedi Arif Darsono tidak terima di wilayahnya disebut masih ada aksi premanisme. Hal ini menampik hasil investigasi Ombudsman yang menyebut kawasan Tanah Abang masih marak pungutan liar dari aksi premanisme.
Dedi menegaskan bahwa di kawasan Tanah Abang tidak ada lagi aksi premanisme. Dedi menyebut warga sekitar kawasan Tanah Abang hanya mengkoordinir pedagang kaki lima (PKL) agar dapat berjualan.
"Itukan kesimpulan dia sendiri, Ombudsman yang menyatakan. Itu (kutipan) kalau saya lihat memang ada tapi bukan premanisme. Memang dikondisikan seperti itu, di sana ada yang mengkoordinir (masyarakat sekitar)," tegas Dedi kepada wartawan, Rabu (8/11/2017).
Dedi menyebutkan, warga di kawasan Tanah Abang yang lahannya digunakan untuk berjualan, memang meminta sejumlah uang untuk kebersihan dan keamanan. Tapi ia tidak setuju itu tidak disebut sebagai pungli. “Orang-orang yang merasa wilayahnya dipakai untuk berdagang meminta uang kebersihan dan keamanan, itu saja. Jadi mereka tidak bisa disebut preman, hanya mengkoordinir, mereka yang mengizinkan," ujar Dedi.
Dedi mengakui dulu memang ada preman di kawasan Tanah Abang. Namun kini ia memastikan tidak ada lagi aksi premanisme di kawasan tersebut. "Itu kalau preman kan dulu, sekarang tidak ada lagi. Saya rasa aman, paling mereka cuman mengkoordinir di sana, yang memperbolehkan dagang di situ," tutupnya.
Dedi menegaskan bahwa di kawasan Tanah Abang tidak ada lagi aksi premanisme. Dedi menyebut warga sekitar kawasan Tanah Abang hanya mengkoordinir pedagang kaki lima (PKL) agar dapat berjualan.
"Itukan kesimpulan dia sendiri, Ombudsman yang menyatakan. Itu (kutipan) kalau saya lihat memang ada tapi bukan premanisme. Memang dikondisikan seperti itu, di sana ada yang mengkoordinir (masyarakat sekitar)," tegas Dedi kepada wartawan, Rabu (8/11/2017).
Dedi menyebutkan, warga di kawasan Tanah Abang yang lahannya digunakan untuk berjualan, memang meminta sejumlah uang untuk kebersihan dan keamanan. Tapi ia tidak setuju itu tidak disebut sebagai pungli. “Orang-orang yang merasa wilayahnya dipakai untuk berdagang meminta uang kebersihan dan keamanan, itu saja. Jadi mereka tidak bisa disebut preman, hanya mengkoordinir, mereka yang mengizinkan," ujar Dedi.
Dedi mengakui dulu memang ada preman di kawasan Tanah Abang. Namun kini ia memastikan tidak ada lagi aksi premanisme di kawasan tersebut. "Itu kalau preman kan dulu, sekarang tidak ada lagi. Saya rasa aman, paling mereka cuman mengkoordinir di sana, yang memperbolehkan dagang di situ," tutupnya.
(thm)