Antipasi Banjir Pasang, DKI Fokus pada Perawatan Tanggul

Rabu, 08 November 2017 - 09:56 WIB
Antipasi Banjir Pasang,...
Antipasi Banjir Pasang, DKI Fokus pada Perawatan Tanggul
A A A
JAKARTA - Tanggul pemisah daratan dan laut di Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, jebol. Akibatnya permukiman warga di daerah itu terendam banjir setinggi 30 sentimeter.

Agar kejadian tersebut tidak terulang, pemeliharaan tanggul bakal menjadi prioritas Pemprov DKI Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan laporan mengenai kebocoran tanggul di kawasan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara.

Bahkan, dirinya sudah melakukan koordinasi dengan mantan Wali Kota Jakarta Utara Rustam Efendi yang kini menjadi staf khususnya. “Pak Rustam kan di daerah utara waktu itu, kita akan segera memperbaikinya,” kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta. Sandiaga enggan menjelaskan lebih jauh teknis perbaikan tanggul yang dilakukan.

Dia hanya berjanji akan segera memperbaiki dengan penanggulangan kembali. “Pemeliharaan tanggul salah satu kita harus fokuskan. Apalagi dengan perubahan iklim, musim hujan ini masuk. Kita berusaha menanggulanginya dan berusaha memperbaikinya,” ungkapnya.

Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendrawan menjelaskan, tanggul jebol pada Senin (6/11/2017) sekitar pukul 07.00 WIB. Penyebabnya karena tekanan ombak tinggi. Akibat kejadian itu, pihaknya sempat menetapkan status siaga dua.

Menurut Teguh, selain berusaha menyurutkan air laut dengan mengoperasikan dua pompa, satgas air juga dikerahkan mengatasi abrasi tembok tanggul. “Untuk penanganan permanen akan diupayakan pemasangan batu kali oleh Di nas SDA sehingga bisa menutup kebocoran yang ada,” tutur Teguh.

Menurut dia, perbaikan akan dilakukan menyeluruh. Selain membenahi tanggul dari sisi dalam, perbaikan juga dilakukan dari sisi luar tanggul mengantisipasi ombak yang menghempas tanggul. Wakil Wali Kota Jakarta Utara Junaedi mengatakan, tiga unit pompa milik Suku Di nas Sumber Daya Air Jakarta Utara dioperasikan untuk membuang air ke laut.

“Agar air cepat menyurut,kita operasikan tiga unit pompa,” kata Junaedi saat di temui di Kampung Luar Batang. Hingga saat ini belum diperlukan upaya evakuasi warga, mengingat air yang merendam permukiman masih tergolong dangkal. Sejumlah karung pasir juga disiagakan di lokasi itu untuk menutupi sejumlah titik tanggul yang jebol.

“Tanggul pasir sudah mulai didistribusikan. Nanti langsung ditumpuk di sejumlah titik tanggul yang jebol,” tuturnya. Dari pantauan KORAN SINDO, meski genangan belum masuk ke dalam rumah, tapi ratusan warga yang tinggal di RT 03, 04, 05, dan 07 RW 03 mulai cemas.

Mereka takut debit air terus bertambah karena intensitas hujan yang meningkat. Kondisi terparah terjadi di kediaman Sarifudin, 64, karena letaknya berdekatan dengan tanggul yang jebol. Dinding rumahnya ambrol terkena hempasan ombak. Beruntung saat tembok runtuh, delapan anggota keluarga berada diluar rumah sehingga luput dari kecelakaan.

“Waktu itu, anak sedang kerja, cucu lagi sekolah, dan saya lagi di luar,” kata Sarifudin. Ambrolnya tembok rumah milik Sarifudin mulanya di sebabkan pembangunan tanggul beberapa bulan lalu. Alat berat yang digunakan memasang sheet pile membuat rumahnya miring.

Setelah tanggul jebol, gelombang laut yang datang mengikis tembok hingga dinding rumahnya ambrol. Mengantisipasi jebolnya tang gul, Pemerintah Kota Jakarta Utara langsung mengerahkan tiga unit pompa portabel dengan kapasitas 800 liter perdetik ke wilayah itu.

Upaya tersebut berhasil karena ketinggian air mulai berkurang dari satu meter menjadi 30 sentimeter. Sementara itu, beberapa desa di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, terendam airlaut setinggi 40 sentimeter sejak tiga hari lalu.

Akibatnya warga maupun pela jar tidak bisa melakukan aktivitasnya karena fasilitas umum se per ti sekolah dan permukiman terendam. “Ada sekitar lima desa yang direndam air laut, setiap tahun lima wilayah ini memang langganan banjir dari sungai maupun banjir dari rob air laut,” ujar Camat Muara Gembong, Fahrurozi, kemarin.

Saat ini kondisinya masih memprihatinkan karena air laut terus merendam wilayah itu. Lima desa yang terendam banjir tersebut di antaranya Desa Pantai Bahagia, Desa Pantai Sederhana, Desa Pantai Mekar, Desa Pantai Bakti, dan Desa Pantai Harapan Jaya.

Dua wilayah yang terendam banjir akibat kiriman air Sungai Ciherang, yakni Desa Pantai Mekar dan Desa Pantai Harapan Jaya. Menurut dia, lima desa itu berada persis dekat dengan laut dan berada di pinggir Sungai Ciherang maupun Sungai Citarum.

Fahrurozi mengaku untuk korban sampai sekarang tidak ada. Namun, banjir tahun lalu memang ada beberapa warga menjadi korban banjir luapan laut maupun sungai. “Saat ini warga masih berada di tempat tinggalnya, belum perlu dilakukan evakuasi,” ungkapnya.

Menurut dia, banjir juga meng genangi sejumlah sekolah, seperti di SDN 04 Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong. Namun, kondisi itu tidak mengganggu aktivitas siswa sehingga proses belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa.

Data penduduk di Ke camatan Muara Gembong mencapai 22.074 jiwa. Mereka terbagi di Desa Pantai Bahagia 3.659 jiwa, Desa Pantai Harapan Jaya 5.259 jiwa, Desa Pantai Mekar 5.293 jiwa, Desa Pantai Sederhana 3.203 jiwa, dan Desa Pantai Bhakti 4.660 jiwa.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi Aspuri mengaku, wilayah Muara Gembong merupakan wilayah langganan banjir karena letak geografisnya dekat dengan laut. Bah kan, dalam sebulan benca na banj Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika meminta agar seluruh pemerintah daerah (pemda) di Jabodetabek mewaspadai musim hujan barat.

Sebab musim ini cenderung menyebabkan banjir karena intensitas hujan meningkat. “Sampai dengan Februari atau Maret, debit hujan akan tinggi. Jadi, peningkatan air akan signifikan tak hanya di darat, tapi di laut,” tutur Kabag Humas BMKG Prabowo.

Prabowo memaparkan, hujan terjadi pada hari ini merupakan sebagian kecil dari hujan yang terjadi nanti. Dia memprediksi, curah hujan di Jabodetabek berkisar dari puluhan milimeter per hari hingga nyaris 100 milimeter per hari.
“Puncak tertingginya mungkin diprediksi Januari-Februari yang mencapai kisar ratusan milimeter,” tuturnya.

Bahkan, hujan yang turun bisa seharian penuh disertai petir dan disusul dengan angin, ombak laut cenderung semakin tinggi dan mengancam transportasi laut. Bila tidak diwas padai, ombak kemudian menyatu dengan air dari kali-kali dan membuat genangan terjadi. (Yan Yusuf/ Abdullah M Surjaya).
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0960 seconds (0.1#10.140)